Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


DIREKTORAT BINA PENATAAN BANGUNAN

Komputerisasi
HSBGN
Denpasar, 27 Februari 2017
TATA CARA PENYUSUNAN HSBGN
1. Pendahuluan
2. Komputerisasi/Aplikasi HSBGN
3. Praktik Pengisian Data
4. Presentasi / evaluasi
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
3. Peratuan Presiden Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara
KEDUDUKAN HSBGN DALAM ANALISIS BIAYA UNTUK
PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

BGN Baru :
1. data luas bangunan
2. Jumlah lantai
ANALISIS
BGN Eksisting (Perawatan)
: data tingkat kerusakan

HSBGN
Kab/Kota

1. Biaya konstruksi fisik BIAYA PEKERJAAN


TOTAL BIAYA 2. Biaya perencanaan STANDAR
YANG 3. Biaya pengawasan/ MK
DIPERLUKAN 4. Biaya pengelolaan kegiatan BIAYA PEKERJAAN NON
STANDAR
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Dokumen Pembiayaan Pembangunan Bangunan Gedung Negara mencakup:
1. Biaya Konstruksi Fisik
adalah pembiayaan pembangunan untuk pekerjaan STANDAR dan pekerjaan NON-STANDAR.
Dimana biaya pekerjaan non standar MAKSIMAL adalah 150% dari biaya pekerjaan standar.

BIAYA BIAYA PEKERJAAN BIAYA


KONTRUKSI FISIK STANDAR PEKERJAAN
BGN NON-STANDAR
2. Biaya Perencanaan Konstruksi
3. Biaya Pengawasan/Manajemen Konstruksi
Besarnya nilai biaya PERENCANAAN dan PENGAWASAN/MANAJEMEN KONSTRUKSI, MAKSIMUM
dihitung berdasarkan prosentase biaya terhadap Nilai Biaya Konstruksi Fisik (sesuai interpolasi
pada PermenPU no. 45/PRT/M/2007).
4. Biaya Pengelolaan Kegiatan
Besarnya biaya pengelolaan kegiatan, diperuntukkan bagi kegiatan operasional, peruntukannya
terdiri atas:

BIAYA BIAYA
BIAYA PENGELOLAAN OPERASIONAL UNSUR OPERASIONAL UNSUR
KEGIATAN PENGGUNA ANGGARAN PENGELOLA
TEKNIS

20
PEKERJAAN STANDAR BGN

Pekerjaan Standar BGN


meliputi pekerjaan : struktur, arsitektur , finishing, utilitas
Dihitung berdasarkan
- standar harga satuan tertinggi berdasarkan klasifikasi bangunan
gedung negara;
- koefisien faktor pengali jumlah lantai bangunan; dan
- luas bangunan

Biaya Pek. Standar = (HSBGN) (K) (Ltb)


HSBGN : Standar Harga Satuan Tertinggi BGN
Ltb : Luas total lantai bangunan
K : Koefisien jumlah lantai
PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 14
Aplikasi HSBGN
Kendala Input
(Kesalahan Input / Konversi)
Contoh kasus pengisian material
Pipa Kab. Luwu Timur, Sulawesi
Selatan
- Dibandingkan harga kab/kota
tetangga jauh lebih tinggi
- Kemungkinan salah pengisian
harga per batang, belum
dikonversi kedalam m’
- Terjadi koreksi HSBGN
Kendala Input
(Kesalahan Input / Konversi)
Contoh kasus pengisian material
sekrup Kab. Pesisir selatan, Sumatera
Barat
- Dibandingkan harga kab/kota
tetangga jauh lebih tinggi
- Kemungkinan salah pengisian
harga per kilogram (Rp.28.000),
belum dikonversi kedalam “buah”
(harga perbuah Rp.1.500,- :
perkiraan dari kota sawahlunto)
- Terjadi koreksi HSBGN

HSBGN awal HSBGN setelah koreksi


Kesalahan input Yang Sering Terjadi
N NAMA MATERIAL SATUAN DALAM SATUAN HARGA JUAL DI
O APLIKASI PASARAN
1 Besi • Kilogram (kg) • Kilogram
• Batang (12 meter)
2 Pipa PVC • Meter (m’) • Batang (4 meter)
• Batang (6 meter)
3 Paku Sekrup • Buah (bh) • Kilogram
• Boks (800-2000 pcs / boks
tergantung ukuran)
4 Genteng • Buah (bh) • Buah
• Meter persegi (m2)
5 Seng Plat BJLS • Meter (m’) • Meter (m’)
• Lembar
6 Bata Beton ringan • Buah (bh) • Buah (bh)
• Meter kubik (m3)
tebal 75 cm = 111 buah/m3
Tebal 100cm = 83 buah/m3
Sumber Data
Sumber data aplikasi HSBGN merupakan hasil survey material dan upah tahun berjalan di
kabupaten/kota terkait.
• Melakukan identifikasi wilayah administratif kabupaten/kota meliputi:
• Luas wilayah dan kondisi geografis;
• Jangkauan dan kendala akses transportasi;
• Penetapan wilayah remote atau zona harga (oleh kepala daerah) jika terdapat perbedaan
harga yang cukup signifikan karena:
• Luas wilayah yang mempengaruhi jarak dan harga antar wilayah kecamatan;
• Kondisi geografis yang menyulitkan akses transportasi (misal: kepulauan, daerah
pegunungan/dataran tinggi dan atau karena kondisi alamiah lainnya)
• Penetapan mekanisme survey yang akan dilaksanakan yang meliputi:
• Dilaksanakan sendiri oleh TPH (Dinas Teknis)
• Dilaksanakan bersama survey SSH/SHBJ dengan SKPD lain (Bappeda, Setda, BPS)
• Dilaksanakan oleh penyedia jasa (menggunakan konsultan)
• Dilaksanakan oleh pihak lain (misal : dilaksanakan oleh BPS berdasar MoU atau
permintaan)
• Pelaksanaan survey harga dengan metode:
• Survey pada ibukota kabupaten/kota sebagai acuan harga terhadap wilayah lainnya;
• Harga berbasis kecamatan;
• Dapat menggunakan harga tertinggi atau rerata;
PENETAPAN ZONA / INDEKS HARGA

Penetapan wilayah remote atau zona harga (oleh


kepala daerah) jika terdapat perbedaan harga yang
cukup signifikan karena:
• Luas wilayah yang mempengaruhi jarak dan
harga antar wilayah kecamatan;
• Kondisi geografis yang menyulitkan akses
transportasi (misal: kepulauan, daerah
pegunungan/dataran tinggi dan atau karena
kondisi alamiah lainnya)
Hasil Input Komputerisasi
Hasil Input Komputerisasi

1 4

2 3 5
Saran Terhadap Hasil Input Komputerisasi
Hasil kajian statistic terhadap HSBGN di 33 ibukota provinsi di Indonesia didapatkan gradasi
Harga per m2 sebagai berikut :
• Gedung Tidak sederhana Rp 5.405.000,- s.d Rp 7.025.000,-
• Gedung sederhana Rp 3.355.000,- s.d Rp 5.115.000,-
• Rumah Tipe A antara Rp 4.690.000,- s.d Rp 6.910.000,-
• Rumah Tipe B antara Rp 3.647.500,- s.d Rp 6.247.500,-
• Rumah Tipe CDE antara Rp 3.485.000,- s.d Rp 5.005.000,-

8000
7025 6910
7000 6247.5
6000 5405 5115 5005
5000 4690

4000 3355 3647.5 3485


3000
2000
1000
0
GTS GS RN-A RN-B RN-CDE
Jadwal Penyusunan HSBGN
MONITORING
Kompilasi
data
HSBGN
Legal

A B1 B2 B3 B4 D

Workshop Survey Pendampingan


HSBGN Harga -1 dan Legalisasi
HSBGN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOP DES
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai