Anda di halaman 1dari 36

Laporan Akhir

Mata kuliah Perancangan 1

Alat Bantu-Angkat Pasien

Anggota Kelompok:

Isnain Aliman 13111021

Ridho Fidiantowi 13111100

King Bima Sakti 13111103

Dosen Pembimbing :

Rachman Setiawan, NIP : 19740315 200604 1001

Program Studi Teknik Mesin


Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2014

0
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peralatan kesehatan yang digunakan untuk pelayanan kesehatan berkembang pesat seiring
dengan kemajuan teknologi dari waktu ke waktu. Alat-alat kesehatan tersebut terdiri dari berbagai
macam peralatan yang dapat menunjang kesehatan manusia, baik dari segi jenis alat maupun prinsip
kerjanya. Keamanan dan keselamatan pasien saat pengoperasian merupakan hal yang mutlak pada
peralatan kesehatan. Untuk itu semua peralatan kesehatan yang menyangkut pelayanan kesehatan
kepada manusia atau pasien perlu perancangan yang andal dan aman saat dioperasikan.

Menurut data menteri sosial pada tahun 2013, terdapat 2,8 juta penyandang cacat di
Indonesia. Tidak hanya penyandang cacat saja yang membutuhkan kursi roda sebagai alat bantu
kesehatan, tetapi pasien yang sedang mengalami sakit hingga butuh bantuan orang lain untuk
bergerak pun tidak kalah banyak, bahkan lebih banyak jumlahnya daripada penyandang cacat di
Indonesia.Untuk menunjang kegiatan para penyandang keterbatasan tersebut, dibutuhkan sebuah
alat pembantu untuk mereka dalam beraktifitas, salah satunya adalah kursi roda.

Diantara penyandang cacat dan sakit tersebut, terdapat orang-orang yang tidak mampu
dalam berpindah tempat secara mandiri seperti halnya saat menggunakan kursi roda. Orang-orang
tesebut butuh bantuan orang lain untuk dapat naik ke kursi roda tersebut. Tidak hanya untuk naik ke
kursi roda, tetapi untuk berpindah dari kursi roda ke tempat lain seperti mobil, kasur, dan lain-lain,
diperlukan bantuan oleh orang lain. Dalam hal ini Bantuan yang biasa diberikan untuk penyandang
keterbatasan tersebut adalah dengan cara mengangkat orang tersebut naik ke kursi roda.

Pengangkatan beban berat yang dilakukan dengan cara membungkuk akan menimbulkan
dampak kesehatan bagi orang yang mengangkat dan juga orang yang diangkat. Pengangkatan beban
berlebih dengan membungkuk (saat mengangkat korban penyandang cacat) akan menimbulkan
dampak-dampak kesehatan sebagai berikut:

- Syaraf terjepit yang mengakibatkan nyeri punggung


- Kifosis
- Hernia
- Dislokasi sendi
- Fraktura
Pengangkatan dengan cara konvensional juga akan berakibat kepada kesehatan pasien.
Pengangkatan yang dilakukan dengan cara konvensional pada pasien akan menimbulkan dampak-
dampak kesehatan sebagai berikut:

- Dislokasi sendi
- Fraktura
- Gangguan pernafasan
- Tertekannya lambung
- Gangguan peredaran darah
- Kurang meratanya distribusi tekanan

1
Berdasarkan studi lapangan yang kami lakukan di Rumah Sakit Boromeus Bandung, banyak
ditemukan pasien yang membutuhkan bantuan suster untuk mengangkat pasien. Suster bertugas
tidak hanya merawat pasien, tetapi juga untuk memindahkan pasien dari suatu tempat ke tempat
lain. Contohnya adalah memindahkan pasien dari kursi kasur ke kursi roda. Oleh karena itu, suster
seringkali harus membantu mengangkat pasien dari suatu tempat ke tempat lain.

Keluhan yang dirasakan suster dalam memindahkan pasien tersebut sebagaimana resiko
yang telah disebutkan dari pengangkatan pasien secara konvensional. Dampak bagi pasien yang
diangkat dengan cara mengangkat biasa pun beresiko tinggi. Jika suster tersebut suatu ketika tidak
kuat untuk mengangkat pasien tersebut yang bebannya berat, maka akan lebih sulit lagi untuk
memindahkannya, dan diperlukan dua orang suster untuk memindahkan orang tersebut. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu alat bantu dalam kebutuhan mengangkat seperti kasus-kasus diatas.

Beberapa rumah sakit seperti Rumah Sakit Santo Borromeus sudah memiliki solusi untuk
masalah tersebut, mereka memiliki alat mini crane yang berfungsi untuk memindahkan pasien dari
suatu tempat ke tempat lain untuk menghindari resiko cidera pasien dan suster. Baik alat tersebut
berupa alat portabel atau permanen yang dipasang dalam instalasi rumah sakit. Tetapi
permasalahan utamanya adalah ketersediaan alat tersebut yang terbatas.

Alat kesehatan berupa mini crane tersebut memiliki kisaran harga yang cukup mahal, yaitu
20-35 juta rupiah. Dengan harga yang sangat mahal tersebut menyebabkan tidak semua rumah sakit
memiliki fasilitas tersebut, dan kebanyakan rumah sakit hanya mengandalkan bantuan suster untuk
memindahkan pasien

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang kami ajukan adalah bagaimana
merancang suatu produk alat bantu angkat pasien yang dapat meminimalisir dampak-dampak
kesehatan yang ditimbulkan akibat pengangkatan pasien dengan menggunakan alat bantu angkat
pasien dengan harga yang terjangkau. Alat tersebut harus dapat berfungsi untuk memindahkan
pasien terutama untuk menghindari cidera pada suster, dan terutama pada pasien yang memiliki
penyakit yang tidak bisa menggerakan tubuh. Diharapkan dengan tugas desain perancangan mesin
ini, kami dapat mendesain mini crane berupa alat bantu angkat pasien yang portable, handal, aman,
serta dengan harga terjangkau.

1.3 Tujuan

Tujuan perancangan alat bantu angkat pasien yang hendak kami capai adalah sebagai
berikut :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perancangan 1 , sebagai mata kuliah wajib dalam
menempuh pendidikan strata 1 Teknik Mesin ITB.
2. Untuk merancang alat bantu angkat pasien yang portabel, aman dan handal, dengan harga
yang terjangkau untuk target pasar Indonesia.

2
1.4 Sasaran

Sasaran dari rancangan yang kami lakukan dalam perancangan alat bantu angkat pasien ini
adalah memenuhi kriteria-kriteria berikut ini :

1.4.1. Rancangan dasar

Rancangan dasar yang kami lakukan adalah membuat suatu alat bantu angkat pasien, yakni
suatu alat yang berfungsi sebagai crane (peralatan hoisting) dengan objek benda yang diangkat
adalah manusia. Alat yang kami rancang pun harus berupa alat yang portabel, sehingga alat tersebut
harus dapat dengan mudah untuk dibawa, tetapi masih dapat melakukan fungsi dari alat bantu
angkat pasien tersebut.

Kami mengklasifikasikan enam buah komponen utama dari rancangan dasar yang kami
lakukan, yakni sebagai berikut :

1. Base

Struktur base berfungsi sebagai penopang beban (manusia) dan struktur. Base dapat dilipat
dan memiliki 3 derajat kebebasan ketika digunakan. 3 derajat kebebasan yang dimiliki ketika
beroprasi adalah: maju-mundur, kanan-kiri, dan serong kanan-kiri. Base haruslah rigid dan memiliki
reliability yang tinggi. Pada bagian base ini terdapat bagian lock, serta bagian kaki yang menopang
struktur column dan boom.

2. Lock

Pengunci terdapat pada hubungan antara base dengan column dan boom dengan hoisting
equipment. Pengunci harus mudah digunakan dimana orang awam pun bisa menggunakannya dan
aman jika dikenai beban operasi. eKomponen lock harus dapat menahan posisi column dalam posisi
steady saat melakukan kerja pengangkatan, tetapi harus memiliki mekanisme agar komponen
column dapat dilepaskan dengan mudah dari komponen lock ini.

3. Column

Column adalah bagian yang menyangga boom. Column dapat dilipat sehingga berhimpit
dengan boom dan base. Column berfungsi sebagai struktur yang mengangkat manusia, serta
menahan beban momen dan beban akibat pengangkatan beban.

4. Boom

Boom didesain sedemikian rupa agar wire rope mengalami beban tarik. Beban tarik
menghindarkan hoisting equipment dari dampak buckling akibat pembebanan kompresi. Terdapat
engsel yang menghubungkan boom dengan column serta hoisting equipment.

3
5. Hoisting system

Hoisting equipment yang digunakan adalah Hidraulik. Banyak system mekanik yang dapat
digunakan untuk pengangkatan beban seperti gearbox, wire and pulley, motor listrik, dan lain-lain.
Namun sesuai penilaian alternative yang telah kami lakukan, pilihan alternatif solusi yang paling
tepat dengan sistem alat bantu angkt pasien ini adalah sistem hidraulik dengan penggerak manual.
Dalam sistem hoisting tersebut terdapat tuas yang berfungsi untuk menyalurkan gaya aktuasi untuk
melakukan proses pengangkatan. Tuas diposisika agar nyaman digunakan untuk digerakan
menggunakan kaki. Untuk mekanisme yang digunakan untuk transfer gaya dari hidraulik menuju
boom menggunakan wire rope. Wire rope mampu menerima beban tarik yang besar. Wire rope
meurpakan alternatif solusi dari batang panjang yang digunakan dalam desain ini.

6. Bucket

Bucket disesuaikan dengan ergonomi pengguna alat ini, sesuai dengan target pasar alat
tersebut, maka ergonomi yang kami desain adalah sesuai dengan ergonomi pengguna Indonesia.
Bucket yang kami gunakan terbuat dari bahan kain sintetis yang kuat untuk menahan beban tarik.
Sehingga dapat menambah faktor keamanan dari pasien yang diangkat menggunakan bucket
tersebut

1.4.2 Analisis teknis komponen kritis

Dalam proses menganalisis teknik untuk komponen-komponen kritis pada alat bantu angkat
pasien, kami melakukannya dengan menggunakan perhitungan manual maupun perhitungan dengan
menggunakan software. Software yang kami gunakan untuk menganalisis adalah Inventor dan Ansys.

Dalam proses perhitungannya, kami melakukan dengan cara iterasi. Pertama kali kami
menentukan dimensi awal secara manual, dan kemudian kami buat solid modelnya dan kemudian
dianalisis menggunakan Ansys, Setelah muncul hasil perhitungan dari software tersebut, kami
melakukan modifikasi pada dimensi awal komponen tersebut, dan kamudian diujikan ulang kembali
menggunakan simulasi software. Ketika analisis menggunakan software tersebut telah mencapai
hasil yang baik, maka kami menggunakan dimensi tersebut sebagai dimensi akhir yang digunakan
dalam rancangan kami.

1.4.3 Gambar susunan sistem dan komponen

Berdasarlam embodimen yang telah kami buat, berikut adalah gambar susunan secara
lengkap, beserta komponen-komponen di dalamnya :

4
Gambar susunan alat bantu angkat pasien :

1.4.4 Aspek keterbuatan/keterakitan

Aspek keterbuatan dari perancangan alat bantu angkat pasien ini meliputi material, fungsi,
geometri dan proses produksi alat tersebut. Dalam proses perancangan alat bantu angkat ini, telah
banyak memperhitungkan banyak aspek, mulai dari menentukan design requirement and objective
dari alat, hingga perhitungan menggunakan software dan telah disajikan dalam bentuk gambar
teknik seperti halnya yang akan dibahas dalam bab dua. Dalam pemenuhan aspek material, fungsi,
geometri dan proses produksi, kami telah mempelajari dalam bentuk studi literatur dan studi
lapangan. Hal tersebut ditujukan agar dalam proses produksi alat bantu angkat ini mengalami
kendala hingga alat tersebut selesai dibuat.

5
BAB II : Perancangan Dasar

2.1 Kriteria Perancangan (DR&O)

Dalam menentukan kriteria DRnO dari desain yang kami lakukan, sebelumnya kami telah
memelajari kebutuhan desain berdasarkan hasil studi literatur, wawancara, dan observasi lapangan.
Berdasarkan literatur, kami telah memelajari produk sejenis yang sudah ada di pasaran, yakni dari
produk dengan merek molift. Untuk wawancara dan observasi lapangan, kami telah melakukannya
di beberapa rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Santo Boromeus dan Rumah Sakit Hasan Sadikit
Bandung. Disana kami menelusuri keberadaan alat bantu angkat pasien, dan berdasarkan hasil yang
kami lakukan, maka kami menentukan kriteria perancangan kami dalam bentuk Design Requirement
and Objective rancangan alat bantu kesehatan sebagai berikut :

2.1.2 Kriteria Must :

1. Berat maksimum alat 50 Kg : Mengapa kami memilih berat maksimum alat bantu tersebut
seberat 50 Kg, karena kami ingin mendesain alat ini portabel, sehingga kriteria utamanya adalah alat
tersebut mudah untuk dibawa dan diutamakan memiliki berat seringan mungkin. Berdasarkan
produk sejenis, bobot yang dimiliki alat tersebut sebesar 50 kg, bahkan ada seri dari alat tersebut
yang mencapai berat 45 kg.

2. Safe Working Load system hoisting 60 kg untuk jenis prototype . Safe working load yang
kami rencanakan disini sebesar 60 kg karena keterbatasan kami dalam biaya pembuatan. Tetapi
dalam perancangan yang sebenarnya, safe working load yang ingin dicapai hingga 150 Kg.

3. Kecepatan pengangkatan minimum 2 cm/s. Kecepatan pengangkatan minimum sebesar


2cm/s ditentukan berdasarkan perhitungan yang telah kami lakukan untuk mencapai waktu yang
optimum. Jika kecepatan pengangkatan yang didapatkan ternyata sangat lambat, maka kerja operasi
dari alat bantu angkat pasien tersebut akan semakin lama dan tidak efisien dari segi waktu.

4. Gaya dari tangan yang dibutuhkan untuk mengangkat maksimum- 20 N, atau dari kaki
maksimum 40N. Kami menentukan gaya maksimum sebesar tersebut, untuk menjamin kenyamanan
suster yang menggunakan alat bantu angkat tersebut, karena alat bantu angkat yang kami desain
menggunakan sistem penggerak manual.

5. Portabel dengan alat yang bisa dilipat dengan 2 kali lipatan. Alat ini didesain untuk
portabel, sehingga harus memiliki mekanisme sistem yang dapat penunjang kerjanya, tetapi jumlah
pelipatan dibatasi agar mekanisme yang dimilikinya tidak terlalu kompleks, dan mengurangi resiko
penurunan reliability dari alat bantu angkat pasien tersebut ketika digunakan.

6. Dimensi maksimum alat saat dilipat sebesar: 1500mm x 500mm x 800 mm. (PxLxT).
Dimensi yang dibutuhkan dalam alat bantu angkat pasien ini portabel, dan harus memiliki dimensi
sekecil-kecilnya saat dilipat. Indikator yang kami gunakan dalam menentukan dimensi maksimum ini
adalah bahwa alat ini dapat masuk ke dalam mobil city car, sehingga memudahkan

6
7. Dimensi maksimum alat ketika beroperasi, 1500mm x 800 mm x 1850 mm (PxLxT).

8. Ergonomi baik untuk pasien dan suster (operator) (Ukuran dimensi dari alat disesuaikan
dengan berbagai kondisi fisik terutama dari data antropometri orang Indonesia).

9. Sistem prime mover dari alat tersebut harus memiliki sistem self lock.

2.1.3 Kriteria Wish :

1. Harga produksi alat angkat dibawah 2 juta rupiah. Dalam tugas kuliah lanjutan mata
kuliah perancangan ini, kita akan membuat alat tersebut berdasarkan hasil rancangan yang telah
kami lakukan. Dalam hal ini, Prodi Teknik Mesin ITB membiayai kelompok kami dengan biaya sebesar
2 juta rupiah untuk membuat alat tersebut. Oleh karena itu, biaya produksi dari rancangan alat
bantu angkat pasien dapat dicapai dibawah harga dua juta rupiah.

Berikut adalah produk sejenis dari alat bantu angkat pasien yang kami pelajari dalam
merancang alat bantu angkat pasien :

7
2.2 Alternatif solusi

Gambar di samping adalah alur kerja


yang telah kami lakukan dari awal pencarian ide
hingga menentukan solusi akhir rancangan alat
bantu angkat pasien :

Dalam proses brain storming yang kami


lakukan, terdapat banyak topik yang telah kami
dapatkan untuk diangkat dalam tugas
perancangan ini, tetapi ada tiga topik yang kami
ajukan saat presentasi tentang topik untuk
menentukan topik perancangan, yaitu alat bantu
angkat pasien, generator listrik berbasis polisi
tidur, dan hanger lipat serba guna. Berdasarkan
kesepakatan kami atas berbagai pertimbangan,
maka kelompok kami sepakat untuk memilih
topik perancangan yang kami angkat yaitu alat
bantu angkat pasien.

Untuk mendefinisikan masalah dalam


desain alat bantu angkat pasien, kami melakukan
berbagai studi agar kami dapat menentukan
DRnO dari alat tersebut. Kami telah melakukan
studi secara literatur, wawancara, dan obsevasi
lapangan. Dimana berdasarkan studi yang kami
lakukan tersebut, kami telah menentukan DRnO
alat bantu angkat pasien seperti yang telah
dijelaskan pada bagian kriteria perancangan.

Dari definisi masalah yang kami


dapatkan, berbagai solusi alternatif telah kami
tentukan. Pada awalnya kami telah menentukan berbagai sistem mekanik yang dapat
diimplementasikan pada alat bantu angkat pasien. Sistem-sistem tersebut diantaranya struktur alat,
struktur base, sistem hoisting, dan desain bucket.

Untuk menentukan pilihan kombinasi yang baik dari berbagai sistem mekanik tersebut,
maka kami membuat penilaian berdasarkan DRnO yang dibutuhkan, agar didapat solusi terbaik dari
berbagai sistem mekanik tersebut. Perhitungan yang kami lakukan berdasarkan sistem perbandingan
absolut, dimana tiap-tiap komponen kami nilai berdasarkan kriteria DRnO yang telah kami tentukan.
Berikut adalah berbagai sistem mekanik yang dapat diimplementasikan pada alat bantu angkat
pasien, beserta penilaian tiap-tiap komponen yang akan dikombinasikan menjadi suatu sistem baru.

8
2.3 Pemilhan sub sistem

2.3.1 Pemilihan sub sistem pertama :


Berikut ini adalah penjabaran berbagai sistem pertama yang kami tentukan, beserta
penilaian tiap komponen terhadap DRnO :

Analisis Penilaian
Kode Sub No Sub
Sub Sistem Jenis
Sistem Sistem Kelebihan Kekurangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Score total
A 1 Batang penyangga Konstruksi minimalis Struktur diam, penyangga batang mengalami beban 5 2 4 0 5 4 5 5 3 0 0 33
kritis
2 Poros penyangga momen dengan gear Mudah digunakan, tidak mengganggu Struktur penahan momen kritis 5 2 4 0 5 5 5 4 3 0 0
pasien 33
3 Self Locking dekat poros Konstruksi minimalis Sistem self lock dekat poros mengalami beban 5 2 4 0 5 5 2 5 3 0 0
Hoisting Structure sangat kritis 31
4 Prime mover batang penyangga Konstruksi minimalis Batang penyangga menggangu pengguna 4 5 4 0 4 4 4 3 5 0 0 33

5 Long extended structure Konstruksi tidak mengganggu pasien Konstruksi besar 4 5 5 0 3 4 4 5 5 0 0

35

B 1 T lock structure Dimensi pelipatan lebih kecil Mekanisme lebih sulit dari fixed, banyak komponen 4 4 0 0 5 5 5 0 3 0 0
26
Base Structure Mekanisme mudah digunakan, komponen
2 Fixed structure mekanik minim Dimensi tidak bisa diperkecil saat dilipat 5 4 0 0 3 4 4 0 5 0 0
25

C 1 Hydraulic Cylinder Compact, self locking Proses pengangkatan diskrit, 3 4 4 3 5 4 4 4 3 5 0


39
2 Sprocket and chain Proses pengangkatan kontinu, Tidak ada self lock. 4 4 4 4 3 4 4 3 5 0 5
40
Energi dapat disimpan dalam gas butuh banyak perangkat lain yang berdimensi
3 Pneumatic bertekanan (kompresibel). besar, power yang dibutuhkan besar, tidak ada self 1 4 4 4 1 1 1 1 1 0 5
locking, 23
Hoisting prime 4 Rack and Pinion Gear Self locking, pengangkatan kontinu Sistem kurang fleksibel 2 4 2 4 4 4 4 4 3 4 5

mover 40
5 Power screw thread Self locking, pengangkatan kontinu Sistem kurang fleksibel 2 4 2 4 4 4 4 4 3 5 5

41
6 Pulley and wire Pengangkatan kontinu Tidak ada self lock. 4 4 4 4 3 4 3 3 4 0 5

38
Butuh perangkat gearbox tambahan dengan
7 Gear pengangkatan kontinu transmisi daya yang tinggi. Tidak ada Self locking 4 4 2 4 3 4 4 4 3 0 5
37
D 1 Personal stuff (full fabric) mengikuti ergonomi tubuh tidak ada penyangga tubuh 5 4 0 0 0 0 0 0 0 4 5

18
2 Personal stuff (plastic and fabric) ada penyangga tubuh lebih rumit 4 5 0 0 0 0 0 0 0 3 4
Bucket design 16
3 plastic based bucket (kursi) ada penyangga tubuh ketertukaran rendah 4 5 0 0 0 0 0 0 0 3 3 15
concept
4 plastic based bucket (kursi + Pegangan) ada penyangga tubuh, lebih aman konstruksi rumit 3 5 0 0 0 0 0 0 0 4 3 15

5 Gabungan seluruh (kursi, pegangan, fabric) lengkap, bisa disesuaikan dengan konstruksi rumit 2 2 0 0 0 0 0 0 0 5 2 11
kebutuham

Berikut ini adalah sedikit gambaran dari komponen serta konsep struktur yang akan
digunakan dari perancangan alat bantu angkat pasien :

9
Berikut adalah konfigurasi sub sistem yang kami pilih pada pemilihan pertama :
Hoisting structure : Long extended structure
Base structure : T lock structure
Hoisting prime mover : Power scre thread
Bucket design concept : Personal stuff full fabric

2.3.1 Pemilihan sub sistem kedua :


Pada pemilihan sub sistem yang kedua, kami mengerucutkan dua buah sistem hoisting, yaitu
sistem hidraulik dan sistem power screw. Penilaian yang kami lakukan adalah sebagai berikut :

Analisis Penilaian
Sub Sistem Kode Sub No Sub Jenis
Sistem Sistem Kelebihan Kekurangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Score total

4 Prime mover batang penyangga Konstruksi minimalis Batang penyangga menggangu pengguna 4 5 4 0 4 4 4 3 5 0 0 33

Hoisting Structure A
5 Long extended structure Konstruksi tidak mengganggu pasien Konstruksi besar 4 5 5 0 3 4 4 5 5 0 0 35

Base Structure B 1 T lock structure Dimensi pelipatan lebih kecil Mekanisme lebih sulit dari fixed, banyak komponen 4 4 0 0 5 5 5 0 3 0 0 26

Hoisting prime C
1 Hydraulic Cylinder Compact, self locking Proses pengangkatan diskrit, 4 4 4 4 5 5 4 4 2 5 3 44

mover 5 Power screw thread Self locking, pengangkatan kontinu Sistem kurang fleksibel 2 4 2 3 4 3 3 5 3 5 5 39

Bucket design
concept D 1 Personal stuff (full fabric) mengikuti ergonomi tubuh tidak ada penyangga tubuh 5 4 0 0 0 0 0 0 0 4 5 18

Berikut adalah konfigurasi sub sistem yang kami pilih pada pemilihan kedua :
Hoisting structure : Prime mover batang penyangga
Base structure : T lock structure
Hoisting prime mover : Kombinasi hidraulik dengan wire rope
Bucket design concept : Personal stuff full fabric

2.4 Embodiment

Berdasarkan pemilihan sub sistem yang pertama, berikut adalah embodimen yang kami buat
dari rancangan awal yang telah ditentukan dengan sistem hoisting berupa power screw.

10
Telah diketahui bahwa hasil dari embodimen tersebut masih banyak memiliki kelemahan
pada saat asistensi, terutama pada mekanisme power thread yang berputar untuk meneruskan
daya, terhadap mekanisme penyalur gaya aktuasi terhadap power thread dan mounting terhadap
strukturnya. Oleh karena itu dibutuhkan solusi lain yang dibutuhkan agar meminimalisir kendala
mekanisme yang sulit dibuat tersebut.

Solusi kedua dari sistem hoisting yang dapat digunakan adalah sistem hidraulik. Tetapi
korelasi struktur alat terhadap hidraulik berbeda dengan power thread. Sehingga kami menentukan
rancangan alat angkat tersebut sebagai berikut

Embodimen yang kami rancang adalah sebagai berikut :

Perlu diketahui bahwa pada awalnya, kami mendesain alat bantu angkat pasien tersebut
dengan sistem penggerak prime mover digerakan oleh tangan yang menghasilkan gaya aktuasi untuk
mengangkat pasien. Kemudian kami mendesain alat tersebut menggunakan gaya aktuasi yang
dihasilkan oleh kaki, sehingga komponen tuas untuk menerima gaya aktuasi diberikan di struktur
base. Gaya aktuasi yang dapat dihasilkan oleh kaki lebih besar daripada tangan, oleh karena itu, pada
desain selanjutnya, kami menggunakan kaki sebagai sumber gaya aktuasi untuk mengangkat pasien
tersebut.

Embodimen yang telah kami buat dengan menggunakan aktuator berada pada base,
sehingga kaki dapat dengan mudah memberikan gaya aktuasi untuk menggerakan hidraulik. Solusi
dari hidraulik yang berada di bawah (bagian base) agar dapat tersalurkan pada struktur column
adalah dengan menggunakan batang panjang yang menghubungkan hidraulik dengan column.

11
Berikut adalah embodiment solid model dari alat bantu angkat tersebut :

embodiment solid model

Berdasarkan hasil asistensi, desain tersebut memiliki kekurangan, terutama masalah pada
penggunaan batang panjang sebagai penerus gaya aktuator hidarulik terhadap lengan boom.
Masalah tersebut adalah munculnya buckling yang diakibatkan tekanan kompresi dari pembebanan
berat pasien terhadap boom, yang ditahan oleh batang panjang tersebut. Sehingga dalam
penggunaannya, sistem tersebut memiliki keterbatasan pada beban yang dapat diangkatnya
dikarenakan permasalahan buckling tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme untuk
menghantarkan gaya dari hidarulik terhadap boom, dengan memanfaatkan keungungan mekanis
berupa tegangan tarik untuk menghindari buckling akibat pembebanan kompresi.

Solusi yang kami dapatkan berikutnya adalah menggunakan kombinasi antara hidraulik dan
wire rope sebagai penghantar gaya aktuasi terhadap boom. Untuk pengaplikasian ini, kami memiliki
dua buah solusi untuk mendapatkan keuntungan mekanis tersebut, yaitu menggunakan pengubah
gaya berupa katrol dan lengan jungkat jungkit.

Berikut adalah embodimen dari sistem yang telah kami rancang :

Hoisting structure : Prime mover batang penyangga


Base structure : T lock structure
Hoisting prime mover : Kombinasi hidraulik dengan wire rope atau tuas
Bucket design concept : Personal stuff full fabric

12
Kami memilih embodimen satu yang akan digunakan dalam perancangan alat bantu angkat
yang kami lakukan. karena dengan menggunakan sistem wire-pulley, hidraulik dapat didesain agar
menerima beban aksial terhadap sumbu hidraulik. Hal tersebut perlu dilakukan karena gaya yang
dihasilkan oleh hidraulik berupa gaya aksial, dan menghindari pembebanan bending pada hidraulik.

Dalam analisis dan sintesis, kami memiliki kendala dalam segi keterbuatan jika membuat
konfigurasi hidraulik disusun seperti gambar embodimen di atas. Masalah tersebut muncul pada
pembuatan komponen lock dan struktur base yang memiliki pembebanan paling kritis. Menambah
komponen pada beban kritis tersebut lah yang harus dihindari, sehingga kami memisahkan lokasi
penempatan hidraulik semula menyatu dengan komponen lock, diubah menjadi terpisah dari
komponen lock. Selain itu, pemisahan lokasi hidraulik menambah keuntungan kemudahan untuk
melipat alat tersebut ketika selesai digunakan.

Berikut adalah final embodimen dari sistem yang telah kami rancang :

Hoisting structure : Prime mover batang penyangga


Base structure : T lock structure
Hoisting prime mover : Kombinasi hidraulik dengan wire rope
Bucket design concept : Personal stuff full fabric

13
Embodimen final

Solid model

14
BAB III : Analisis dan Perancangan Detail

3.1 Perhitungan sistem secara manual

Berdasarkan embodimen alat bantu angkat pasien di atas, maka dalam penentuan dimensi
dan material pada komponen-komponen yang kritis, diperlukan perhitungan secara manual dan
simulasi menggunakan software.

Berikut adalah perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan dalam penentuan komponen alat


bantu angkat pasien :

3.1.1 Perhitungan gaya yang terjadi pada struktur :

Untuk menghitung gaya kritis yang dialami oleh struktur, maka sebelumnya kami
menentukan tiga jenis operasi yang akan mengalami beban maksimum, yaitu, pada saat struktur
boom mengalami elevasi maksimum, elevasi minimum, dan saat boom tegak lurus terhadap column.

Berikut adalah DBB saat boom mengalami beban kritis beserta perhitungan gaya yang terjadi pada
wire rope dan column

3.1.1.1 Pembebanan saat elevasi maksimum :

73 cm

50 cm
F Beban

Momen terhadap lengan x lengan y


a Newton (m) (m)
9 cm
Beban 3000 0.73 0.5 6 cm
Tegangan tali ? 0.09 0.06
Tegangan tali = 23306 N θ = 4 (derajat)
θ=4
o

Momen terhadap lengan x lengan y θ


ab Newton (m) (m) F Column
Beban 3000 0.82 0.56
F Wire rope
Gaya pada
Column ? 0.09 0.06
Gaya pada Column = 27333 N

15
3.1.1.2 Pembebanan saat boom tegak lurus terhadap column :

95 cm

8 cm
10 cm

θ=4
o

θ
F Beban
F Column F Wire rope
lengan lengan y
Momen terhadap a Newton x (m) (m)
Beban 3000 0.95 0.08
Tegangan tali ? 0.1 0
Tegangan tali = 28569 N θ = 4 (derajat)

lengan lengan y
Momen terhadap ab Newton x (m) (m)
Beban 3000 1.05 0.08
Gaya pada Column ? 0.1 0
Gaya pada Column = 31500 N

3.1.1.3 Pembebanan saat elevasi maksimum :

10 cm
85 cm 3 cm
22 cm

θ=4
o

F Column F Wire rope

F Beban
lengan
Momen terhadap a Newton x (m) lengan y (m)
Beban 3000 0.85 0.22
Tegangan tali ? 0.1 0.03
Tegangan tali = 25035 N θ = 4 (derajat)

16
lengan
Momen terhadap ab Newton x (m) lengan y (m)
Beban 3000 0.95 0.25
Gaya pada Column ? 0.1 0.03
Gaya pada Column = 28500 N

Berdasarkan perhitungan gaya-gaya diatas, maka didapatkan gaya tegangan tali maksimum
sebesar 28.569 N dan gaya maksimum yang diterima boom sebesar 31500N pada saat kondisi kritis
struktur boom tegak lurus terhadap column.

3.1.1.4 Perhitungan keseluruhan sistem

Karena kondisi paling kritis telah ditentukan, maka ditinjaulah struktur secara keseluruhan :

DBB Struktur secara keseluruhan :

Berat struktur diasumsikan memiliki center of gravity seperti gambar di atas. Berat dari
struktur diasumsikan sebesar 50 Kg (maksimum yang diizinkan oleh DRnO).

Berdasarkan DBB di atas, didapatkan gaya reaksi pada ban belakang sebesar 682,53 N

17
3.1.1.5 Perhitungan struktur column

Karena momen yang muncul akibat pembebanan dilawan oleh gaya tegangan
tali, maka diasumsikan struktur column hanya mengalami tegangan aksial terhadap
struktur. Pada kondisi operasi saat beban kritis, seluruh beban yang diterima column
langsung berhubungan terhadap struktur base, sehingga column merupakan batang dua
gaya. Fungsi dari dua buah pin yang berada pada struktur column berfungsi sebagai
penstabil struktur column saat bekerja.

Gambar di samping adalah DBB dari column :

F pada column mengalami beban sebesar 31500 N. Pada struktur base. Pada
kondisi operasi beban maksimum, dengan asumsi pembebanan dilakukan secara statik,
maka pin tersebut tidak menerima beban dari reaksi pengangkatan beban oleh struktur
boom.

3.1.1.6 Perhitungan hidraulik saat mengalami beban kritis

Gambar di samping adalah DBB hidraulik saat mengalami beban kritis

Berdasarkan DBB di atas, Gaya tegang tali sebesar28569 N, maka Gaya


hidraulik maksimum yang diterima hidraulik secara statik sebesar 57068,4 N

18
3.1.1.7 Perhitungan pulley saat mengalami beban kritis

Berdasarkan DBB di samping, Gaya tegang tali sebesar


28569 N, maka gaya reaksi pada pulley, adalah :

F Reaksi pulley sb x = 1988,68 N

F Reaksi pulley sb y = 57068,4N

3.1.1.8 Perhitungan struktur base saat mengalami beban kritis

Berdasarkan DBB di atas, didapatkan gaya-gaya reaksi sebagai berikut :

Gaya struktur Gaya (N)


F Hidraulik 57068,4 N
F Aktuasi 40 N
F tali 28569 N
F Column 31500 N
F Reaksi pulley sb x 1988,68 N
F Reaksi pulley sb y 57068,4N
F section sb x 1198,68 N
F section sb x 8902,96 N
F reaksi pada ban belakang 682,53 N
F reaksi pada ban depan 2757,47 N

19
3.1.2 Analisis Tegangan Menggunakan Inventor

Berdasarkan diagram benda bebas struktur column, struktur column merupakan struktur
batang dua gaya yang mengalami beban kompresi. Oleh karena itu struktur tersebut perlu
memperhitungkan aspek buckling yang akan terjadi akiban pembebanan kompresi dari struktur
tersebut. Sehingga dengan safety factor yang telah ditentukan, fenomena buckling akibat
pembebanan kompresi tersebut dapat dihindari.

3.1.2.1 Solid Model beserta pembebanan yang terjadi akibat tegangan rope dan beban operasi.

20
3.1.2.2 Data yang didapat dari simulasi Inventor.

Massa yang didapat adalah 45,9237 Kg.

Material struktur dan komponen seperti pulley, roller, poros, dan roda kami asumsikan
terbuat dari steel.

21
3.1.2.3 Material yang digunakan

benda ini adalah Steel, high strength low Untuk locking menggunakan material
alloy. plastic PPS

22
3.1.2.4 displacement yang didapat dari 3.1.2.5 Safety Factor yang didapat dengan
simulasi inventor menggunakan simulasi inventor

Displacement maximum yang terjadi Safety factor minimum yang terjadi adalah
adalah 24,77 mm. Hal ini disebabkan karena 0,02. Safety factor didapat dari pembagian
konsentrasi tegangan yang terjadi pada titik, tegangan maksimum (ultimate) dari material
tidak terdistribusi pada saat simulasi. dengan pembebanan yang terjadi pada
daerah tersebut. Sebetulnya pembebanan
yang kami lakukan telah melibatkan safety
factor sebesar 5 untuk mengakomodasi beban
impak. Safety factor yang kecil dikarenakan
konsentrasi tegangan. Konsentrasi tegangan
karena beban tidak terdistribusi. Pada saat
pembuatan benda sebenarnya, kami akan
mendistribusikan beban dari beban operasi
dan tegangan rope maka dari itu tidak akan
terjadi konsentrasi tegangan.

23
3.2 Perhitungan pemilihan drum dan wire rope

Berdasarkan DBB dari desain di atas, maka diketahui safe working load dari sistem tersebut
sebesar 60 Kg, namun dalam kebutuhan safety factor, maka kami menggunakan safety factor sebesr
2 Untuk kondisi pembebanan yang statis.

Safe Working Load : 60 Kg dengan safety factor = 5. Jadi pembebanan yang dimasukan dalam
perhitungan sebesar 3000 N.

3.1.3.2 Susunan Katrol

Direncakan susunan katrol seperti pada gambar berikut :

Diketahui:

Jumlah katrol ekivalen (Z) = 2 dengan konfigurasi running-off move pulley.

Pulley ressistance factor ( asumsi 1,02, karena kami menggunakan ball bearing sebagai
tumpuan pulley terhadap poros.

Berdasarkan perhitungan, didapatkan gaya tegang tali sebesar 28569 N

24
3.1.3.3 Pemilihan jenis wire

Untuk pemilihan lay pada wire rope, kami memilih right-regular lay. Kami menggunakan tipe
wire rope tersebut karena kami menggunakan single wire rope, dan pada saat keadaan operasi,
dibutuhkan kondisi wire rope yang tidak berotasi pada saat pembebanan dilkakukan.

Untuk pemilihan safety factor dalam pemilihan wire rope, ditentukan safety factor yang
dipilih sebesar 5, karena wire rope bekerja dengan gaya aktuasi yang diberikan oleh kaki, dengan
kondisi operasi yang ringan.

25
3.1.3.3 Pemilihan wire

Pemilihan wire yang akan digunakan berdasarkan perhitungan di bawah ini :

Untuk pemilihan jenis wire rope, kami menggunakan katalog yang digunakan dari PT. Wonosari Jaya,
yaitu salah satau perusahaan yang memproduksi wire rope untuk kebutuhan industri di Indonesia.

Berikut adalah katalog yang kami gunakan untuk memilih wire rope :

26
Wire ropel yang pilih adalah jenis kawat yang kami pilih dari katalog adalah jenis 6x7 FC,

σallow = 2025 N/mm2

Luas penampang kabel untuk menahan beban maksimum adalah

27
Diketahui=

E’=3.210/8 Diameter kawat =

=78,40 KN/mm2

i=42(6x7)

d/Dmin=1/30 (dari table 7, 7 bending)



A=103453/(320,72-1/30-78,4/1,5 =0.51mm

2
A=19,6mm Tegangan yang didapat :
σ =1507,58 N/mm2.
d= √
Karena tegangan aktual lebih kecil dari
tegangan yang iizinkan, maka wire rope yang
d=√ dipilih memenuhi kriteria pemilihan.

d=4,99mm

pilih d=5mm

Dmin=30mm

3.1.3.4 Pemilihan diameter pulley

Pulley yang digunakan dalam sistem ini merupakan salah satu komponen yang penting untuk
menunjang kerja dari wire rope untuk menyalurkan gaya dari hidraulik menuju boom untuk
melakukan pengangkatan

Berikut adalah persamaan dan tabel yang digunakan dalam pemilihan pulley :

28
Diketahui :

factor for no.repeated bends : z = 28569 N, m = 0.26

factor for rope construction = C = 0,73

factor for rope diameter = C1 = 0,85

factor for production and operation = C2 = 0,9

Berdasarkan grafik hubungan antara D/d dan σ actual di atas, diperkirakan umur dari rope tersebut
dibawah 30000 cycle.

29
3.4 Perhitungan kecepatan pengangkatan melalui gaya aktuasi yang diberikan oleh kaki terhadap
pengangkatan :

Untuk menghitung kecepatan pengangkatan, komponen yang harus ditinjau adalah komponen
hidraulik, tuas untuk gaya aktuasi, serta struktur boom.

3.4.1 Simulasi perhitungan hidaulik :

Berdasarkan hukum mekanika fluida tentang tekanan pada fluida, dengan kebutuhan gaya maksimal
yang dibutuhkan hidraulik untuk melakukan pembebanan sebesar 57058,4 N, dan berdasarkan
gambar di atas, diperlukan gaya aktuasi untuk tuas hidraulik sebesar 101, 18 N.

3.4.2 Simulasi pesawat sederhana sistem hidraulik :

Berikut adalah perhitungan yang dibutuhkan untuk menghitung gaya aktuasi maksimal yang
dibutuhkan, dengan memperhitungkan tuas hidraulik sebagai aktuator.

Berdasarkan DBB di atas, maka dibutuhkan gaya aktuasi sebesar 12,64 N. Dimana gaya aktuasi
memenuhi kriteria DRnO.

30
3.4.3 Perhitungan kecepatan pengangkatan

Elevasi tuas dari posisi maksimum ke minimumnya


mencapai 10 cm. Dalam perhitungan, untuk mencapai satu
siklus penekanan (stroke) diperlukan waktu 0,3 – 0,4s.
sehingga dalam waktu satu detik, elevasi tuas yang dicapai
dapat mencapai 30 cm.

Dalam satu kali stroke, penambahan hidraulik


mencapai 0.67 mm, sehingga dalam waktu satu detik dapat
dicapai 2 mm/s.

berdasarkan DBB dari boom, dengan lengan aktuasi


dari wire sepanjang 10 cm, dan lengan pembebanan
sepanjang 95 cm, maka didapatkan kecepatan pengangkatan
sebesar 3,8 cm/s

BAB IV : Aspek Keterbuatan & keterakitan

4.1 Pembuatan Tiap Part

1. Boom

Boom terbuat dari baja profil U (6x6 tebal 3mm) yang dipotong-potong menjadi 3 bagian
dengan dimensi sesuai gambar teknik lalu di las sesuai bentuk pada gambar teknik. Pada bagian
sisinya dilubangi untuk pemasangan poros. Pada sisi atasnya dilubangi untuk memasang pasak untuk
rope. Proses pemotongan dilakukan dengan gergaji dan pelubangan dilakukan dengan mesin bor.

2. Collumn

Collumn terbuat dari baja profil U (7x7 tebal 3mm) yang dipotong sesuai dengan gambar
teknik menggunakan gergaji. Pada kedua sisinya dilubangi dengan mesin bor dengan dimensi sesuai
gambar teknik. Pada bagian bawahnya ditambahkan semacam pasak yang terbuat dari batang besi
yang dipotong lalu di las pada baja profil U utama. Untuk pembuatan “kuping” terbuat dari plastic
yang di lem.

31
3. Poros

Poros terbuat dari baja silinder dengan ukuran diameter 20mm yang dipotong sesuai dengan
gambar teknik menggunakan gergaji. Kemudian poros dimasukkan kedalam lubang yang telah
disediakan pada komponen yang menggunakan poros.

4. Roda

Roda tidak kami buat, kami membelinya disesuaikan dengan spesifikasi yang memenuhi.

5. Base

Base dibuat dari pelat-pelat baja tipis yang dipotong-potong kemudian di las agar dapat
membentuk sesuai dengan gambar teknik.

6. Lock

Kunci dibuat dari resin yang dibuat dengan cara dicetak. Kunci digunakan dari plastik agar
mengurangi beban keseluruhan alat.

7. Kaki-kaki

Bagian kaki utama dibuat dari pipa baja profil kotak yang dipotong sesuai dimensi lalu dilas
supaya berbentuk U.

8. Bucket

Bucket terbuat dari bahan kain yang dipotong lalu dijahit dengan kuat. Bahan bucket terbuat
dari bahan polyester. Pemotongan dilakukan sesuai dengan gambar.

9. Cantengan Bucket

Bahan terbuat dari pipa baja profil U yang dipotong lalu dilubangi seperti pada gambar
teknik. Lubang berguna untuk pemasangan rope.

4.2 Proses Perakitan


Proses perakitan alat ini dimulai, dari kaki kaki yang disambung dengan dengan
menggunakan poros. Kemudian pasang base dengan kaki-kaki. Letakkan hidraulik pada base
beserta tuas penekannya. Kemudian pasang collumn pada base. Setelah itu pasang boom diatas.
Kemudian pasang kawat yang menghubungi hidraulik dengan boom. Setelah semua terpasang
barulang pasang cantengan bucket dan bucketnya.

4.3 Penentuan proses kritis/penting

Proses kritis terletak ketika alat sedang mengangkat beban dengan elevasi yang maksimum.
Titik kritis muncul pada batang boom, sambungan boom dan collumn, base dan terletak pada
terusan dari hidraulik. Hal ini bisa diatasi dengan bentuk geometri dan pemilihan material yang
kuat.

32
4.4 Perkiraan Biaya

Nama Harga Jumlah Total


Hidraulik Rp. 650000 1 Rp. 650000
Roda 1 set Rp. 150000 1 Rp 150000
Kawat besi Rp. 30000 2 Rp. 60000
Besi Rp. 12000/kg 60 kg Rp. 720000
Las Rp150000 1 Rp. 150000
Kain Polyester Rp. 100000 1 Rp. 50000
Roller Rp 10000 2 Rp. 20000
Pulley Rp. 20000 1 Rp. 20000
Mur dan Baut Rp. 15000 1 Rp. 15000
Plastik Lock Rp. 50000 1 Rp. 50000
Total Keseluruhan Rp. 1885000

4.5 Kesesuaian rancangan terhadap Kriteria Perancangan/DR&O

Berdasarkan analisis keterbuatan dan keterakitan yang kami lakukan, maka kami membuat
analisis kesesuaian rancangan yang sudah ada terhadap kriteria perancangan :

No Kriteria DRnO Ketercapaian


1 Berat maksimum alat 50 Kg 45 Kg
2 Safe Working Load system hoisting 60 kg untuk jenis Tercapai dengan safety factor 5
prototype
3 Kecepatan pengangkatan minimum 2 cm/s 3,8 cm/s
4 Gaya dari tangan yang dibutuhkan untuk mengangkat 12,64 N
maksimum- 20 N, atau dari kaki maksimum 40N
5 Portabel dengan alat yang bisa dilipat dengan 2 kali 2 kali lipatan
lipatan
6 Dimensi maksimum alat saat dilipat sebesar: 1500mm x 1450mm x 570mm x 400mm
800 mm x 500mm. (PxLxT)
7 Dimensi maksimum alat ketika beroperasi, 1500mm x 800 1450mm x750mm x 1800mm
mm x 1850 mm (PxLxT)
8 Ergonomi baik untuk pasien dan suster ergonomis
9 Sistem prime mover dari alat tersebut harus memiliki hidraulik memiliki self lock
sistem self lock
10 Harga produksi alat angkat dibawah 2 juta rupiah Rp 1885000,00

33
Berikut adalah embodimen alat bantu angkat pasien dalam posisi dimensi minimum dan
maksimum.

34
V Kesimpulan

Berdasarkan hasil perancangan alat bantu angkat pasien yang telah kami lakukan, Parameter
DRnO yang terpenuh adalah sebagai berikuti:

 Berat maximum kurang dari 50 Kg.


 Gaya aktuasi yang diberikan kurang dari 40 Newton.
 Kecepatan pengangkatan lebih dari 2 m/s.
 Dimensi maksimum alat saat dilipat sebesar: 1500mm x 500mm x 800 mm (PxLxT).
 Dimensi maksimum alat ketika beroperasi, 1500mm x 800 mm x 1850 mm (PxLxT).
 Ergonomi baik untuk pasien dan suster
 Sistem prime mover dari alat tersebut harus memiliki sistem self lock.
 Portabel dengan alat yang bisa dilipat dengan 2 kali lipatan.
 Safe Working Load system hoisting 60 kg dengan safety factor sebesar 5.
 Harga produksi alat angkat dibawah 2 juta rupiah.

Oleh karena itu, alat ini dapat diproduksi sesuai dengan DRnO yang telah disepakati dan sesuai
dengan permodelan inventor.

Daftar Pustaka

Lampiran

Gambar teknik

Gambar susunan

Gambar komponen/part

35

Anda mungkin juga menyukai