Anda di halaman 1dari 15

90

KENYAMANAN LIFT BAGI KAUM DIFABLE


STUDI KASUS DI
R.S KASIH IBU, R.S ISLAM YARSIS DAN R.S MOEWARDI
SURAKARTA
Wijiyanto, Samsudin
Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Sukoharjo 57102 Telp 0271-717417
E-mail: raidi_samsudin@yahoo.co.id

ABSTRAK

Transportasi vertikal adalah transportasi yang digunakan untuk mengangkut sesuatu


benda dari bawah ke atas atau moda transportasi yang direncanakan untuk memenuhi
kebutuhan para penghuni untuk mendukung aktivitas pada gedung bertingkat.
Transportasi vertikal terdiri dari lift (Elevator), tangga berjalan (Escalator), ramp, tangga,
lift barang (Dumbwaiter) serta travator (Conveyor). Lift (Elevator) adalah suatu alat
transportasi untuk mengangkut barang atau penumpang dari satu lantai ke lantai
lainnya. Dalam setiap perencanaan lift harus diadakan dengan ketentuan perencanaan
yang baik. Rumah sakit adalah sarana yang menyelenggarakan pelayanan jasa
kesehatan kepada masyarakat. Untuk memberikan pelayanan yang baik, salah satu alat
transportasi vertikal yang harus disediakan adalah lift yang mampu membawa pasien
dari lantai satu ke lantaiu lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba untuk
mengetahui bagaimana kualitas transportasi vertikal dengan menggunakan metode
perbandingan antara studi literatur tentang standar perencanaan transportasi vertikal
dengan kondisi perencanaan transportasi vertikal (lift) yang ada di lapangan. Dengan
mengetahui perbandingan antara literatur standar perencanaan lift dengan kondisi lift
yang ada di lapangan maka dapat dikaji suatu persepsi, dengan melakukan perhitungan
empiris dari kumpulan data yang ada dengan menggunakan formula hitung; sehingga
diperoleh tabel perbandingan antara standar dengan kondisi eksisting lift di lapangan.
Pengukuran kualitas transportasi vertikal dengan melakukan evaluasi menggunakan
kriteria evaluasi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa penilaian tingkat
keberhasilan pemakaian lift suatu bangunan dalam memberikan kepuasan kepada
pemakai terutama untuk penyandang cacat fisik adalah cukup nyaman atau
penggunaan elevator (lift) adalah sangat vital.

Kata Kunci: lift, rumah sakit, difabel

PENDAHULUAN benda dari bawah ke atas atau moda


Mobilitas peralatan memainkan peran transportasi yang direncanakan untuk
utama dalam membangun hidup dan memenuhi kebutuhan para penghuni untuk
kehidupan para penyandang cacat. Mayoritas mendukung aktivitas pada gedung bertingkat.
orang-orang cacat telah memperoleh Transportasi vertikal terdiri dari lift (Elevator),
kemerdekaan serta kehilangan momentum tangga berjalan (Escalator), ramp, tangga, lift
kehidupan mereka dengan bantuan perangkat barang (Dumbwaiter) serta travator
mobilitas yang dikembangkan secara ilmiah. (Conveyor). Lift (Elevator) adalah suatu alat
Bahkan, alat-alat mobilitas yang berbeda ada- transportasi untuk mengangkut barang atau
lah teman terbaik bagi orang-orang penyan- penumpang dari satu lantai ke lantai lainnya.
dang cacat. Untuk itu dibutuhkan alat pengangkut. Dalam
Transportasi vertikal adalah transportasi setiap perencanaan lift harus diadakan
yang digunakan untuk mengangkut sesuatu dengan ketentuan perencanaan yang baik.

Wijiyanto., Samsudin., Kenyamanan lift bagi kaum difabel


91

Rumah Sakit adalah sarana yang dan landai. Namun, untuk melayani
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. kebutuhan mobilitas utama penyandang cacat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlu adanya analisis persyaratan peralatan
bagaimana kualitas transportasi vertikal atau sarana dan prasarana yang cocok untuk
dengan menggunakan metode perbandingan melayani kebutuhan kenyamanan bagi
antara studi literatur tentang standar penderita cacat (Suryaning, 2008).
perencanaan transportasi vertikal dengan Kenyamanan lift adalah suatu kondisi
kondisi perencanaan transportasi vertikal (lift) nyaman pada alat yang digunakan untuk
yang ada di lapangan. menaikkan dan menurunkan orang atau
barang dengan standar – standar tertentu
RUMUSAN PERMASALAHAN dimana lift tersebut mempunyai fasilitas
Permasalahan dirumuskan sebagai fasilitas pendukung atau penunjang.
berikut: bagaimana prosentase tingkat
kenyamanan sarana LIFT yang ada pada Penggolongan Penderita Cacat Secara
bangunan Rumah sakit sebagai sarana Umum
aksesibilitas untuk kaum difabel. Cacat merupakan kelainan pada organ
tubuh makhluk hidup yang seharusnya tidak
TINJAUAN PUSTAKA dimiliki oleh suatu organ tersebut. Program
Aksesbilitas adalah kemudahan yang Kebijakan Pemerintah bagi penyandang cacat
disediakan bagi penyandang cacat guna cenderung berbasis belas kasihan (charity),
mewujudkan kesamaan kesempatan dalam sehingga kurang memberdayakan penyan-
segala aspek kehidupan dan penghidupan. dang cacat untuk terlibat dalam berbagai
Aksessibel adalah suatu kondisi tapak atau masalah. Kurangnya sosialisasi peraturan
bangunan, fasilitas atau bagian darinya yang per-undang undangan tentang penyandang
memenuhi persyaratan teknis aksesibilitas cacat menyebabkan perlakuan stakeholder
berdasarkan standar standar yang berlaku unsur pemerintah dan swasta yang kurang
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum peduli.
No. 30/PRT/M/2006 Tentang Persyaratan
Teknis dan Aksesibilitas pada Bangunan 1. Jenis-jenis Kecacatan
Umum dan Lingkungan, asas aksesibilitas Kecacatan dapat digolongkan menjadi 3
meliputi: (tiga) bagian, di dalam buku Suluh
1. Kemudahan, yaitu setiap orang dapat Rehabilitasi Cacat Tubuh No. 39/XXX/1999
mencapai semua tempat atau bangunan halaman 15, UU Nomor 4 tentang
yang bersifat umum dalam suatu Penyandang Cacat yaitu sebagai berikut :
lingkungan. a. Cacat Fisik,
2. Kegunaan, yaitu setiap orang dapat yaitu kecacatan yang mengakibatkan
mempergunakan semua tempat atau gangguan pada fungsi tubuh, terdiri dari:
bangunan yang bersifat umum dalam suatu 1).Cacat Tubuh, diakibatkan oleh kelainan
lingkungan. fungsi tubuh, terdiri dari sebagian
3. Keselamatan, yaitu Setiap bangunan yang anggota tubuh dan terganggunya syaraf
bersifat umum dalam suatu lingkungan motorik.
terbangun, harus memperlihatkan 2).Cacat Netra yaitu cacat lihat dan cacat
keselamatan bagi semua orang. buta sama sekali
4. Kemandirian, yaitu setiap orang dapat 3).Cacat Rungu Wicara yaitu cacat
mencapai, masuk mempergunakan semua rusaknya saluran alat pendengaran dan
tempat atau bangunan yang bersifat umum alat suara.
dalam suatu lingkungan dengan tanpa b. Cacat Mental
bantuan orang lain. yaitu kelainan mental dan atau tingkah
laku baik cacat bawaan maupun akibat dari
Kenyamanan untuk penyandang cacat penyakit.
merupakan hal yang sangat penting. Ada c. Cacat Fisik dan mental
berbagai jenis perangkat mobilitas yang yaitu keadaan seseorang yang menyan-
tersedia seperti, kursi roda, mobilitas skuter, dang dua jenis kecacatan sekaligus.
angkat kursi, angkat lift kendaraan, pejalan,

Sinektika Vol.13 No.2, 2013


92

Dari jenis-jenis kecacatan di atas yang b. Adalah alat gerak manusia yang
termasuk di dalam pembahasan adalah memadukan jarak horizontal dan vertikal.
cacat tubuh. c. Adalah alat transport manusia dan barang
pada bangunan yang kurang dari 5 lantai.
2. Penggolongan kecacatan d. Adalah sarana yang digunakan untuk
Penggolongan kecacatan dalam mempermudah gerakan melintas, dan
pembahasan ini yaitu pada cacat fisik dengan terutama pada bangunan umum seperti
kecacatan tubuhnya digolongkan, sebagai hotel, rumah sakit dan mall, agar mudah
berikut: dalam mengangkut atau melintasi
a. Menurut penyebabnya yaitu diakibatkan ketinggian yang berlainan.
kecelakaan lalu lintas atau insdustri, akibat
penyakit folio dan TBC tulang, akibat Tangga
peperangan atau kejahatan dan cacat Tangga adalah alat transportasi vertikal
sejak lahir. pada bangunan yang mempunyai pijakan dan
b. Menurut bentuk kecacatan yaitu cacat kemiringan yang digunakan untuk mencapai
amputasi tangan dan kaki, cacat ketinggian tertentu. Tangga dibagi menjadi
kelumpuhan pada kedua kaki (paraplegia). dua macam:
c. Menurut penggunaan alat bantu yaitu 1. Tangga Statis
menggunakan alat bantu luar (tongkat, Keberadaan tangga statis pada bangunan
kursi roda, cruth, armpit), menggunakan dibagi menjadi:
alat bantu dalam (tangan/ kaki palsu, a. Tangga Umum, macam–macamnya ada
sepatu Orthopedi, braca/ alat penguat tangga lurus, tangga spiral (putar),
kaki). tangga paralel, tangga sudut dan tangga
d. Menurut kemampuan gerak, yaitu : kombinasi.
- Ambuland Disablet: penderita yang b. Tangga Darurat, untuk menyelamatkan
tidak mengalami kesulitan yang cukup diri dari terjadinya kebakaran atau
berarti untuk bergerak. keadaan darurat lainnya sehingga
- Semi Ambuland Disablet: penderita tangga ini harus dilindungi dari api dan
yang mengalami sedikit kesulitan untuk asap.
bergerak. 2. Tangga Berjalan (Escalator)
- Non Ambuland Disablet: penderita Adalah tangga yang bisa bergerak
yang harus menggunakan alat bantu untuk karena adanya mesin penggerak yang
bergerak (kursi roda). bertenaga listrik. Escalator sangat cocok
untuk pemakai dalam jumlah besar dalam
Transportasi Vertikal bangunan berlantai yang tak begitu
Menurut Juwana (2009), sistim banyak.
transportasi vertikal adalah salah satu
masalah yang menjadi pemikiran pertama Elevator (Lift)
pada perencanaan bangunan bertingkat Pengertian Lift
banyak. Di dalam masalah transportasi Menurut Juwana (2009), sebuah
vertikal tersebut kita mengenal berbagai alat elevator atau lift adalah transportasi vertikal
dengan segala kekurangan dan kelebihannya. kendaraan yang efisien untuk orang atau
barang bergerak antar lantai dari sebuah
Alat-alat transportasi vertikal diantaranya bangunan. Mereka umumnya didukung oleh
adalah ramp, tangga dan elevator motor listrik yang baik mendorong daya tarik
kabel dan sistem penyeimbang, atau pompa
Ramp hidrolik cairan untuk menaikkan piston
Pengertian Ramp silinder.
Ramp memiliki definisi dan spesifikasi sebagai Elevator / lift merupakan instalasi trans-
berikut (Azizah,1999): portasi vertikal (tegak lurus ke atas) yang
a. Adalah jalan atau lintasan miring (rata-rata mengangkut manusia atau barang atau
8-10 derajat) untuk gerak manusia pada keduanya dalam ruang berupa tabung atau
suatu bangunan berlantai banyak. sangkar yang digerakkan oleh mesin untuk

Wijiyanto., Samsudin., Kenyamanan lift bagi kaum difabel


93

mencapai ketinggian yang ditentukan / Rangka counter weight terbuat dari profil
diinginkan. baja, isi harus seberat kereta elevator
Berdasarkan jenis penggunaannya, maka ditambah 50% kapasitas kereta yang
lift dibagi 4 jenis klasifikasi: terbuat dari besi cor.
1. Bangunan Umum–Komersil (general  Operating Panel
purpose–commercial) Terbuat dari dua panel yang terletak
2. Perhotelan/Penginapan (Residential) pada kedua sisi pintu kereta. Push
3. Institusional/Perkantoran (Institutional) button merupakan rangkaian elektronik
4. Pertokoan (Store) yang dilengkapi dengan lampu indikator
Sebagai alat transportasi vertikal, dan sebagainya.
elevator/lift memiliki persyaratan sebagai  EMR (Elevator Machine Room)
berikut: - Untuk sistem elevator elektrik, mesin
1. Tidak menunggu lama (low waiting time) ditempatkan di atas.
2. Perlambatannya nyaman (smooth and - Untuk sistem elevator hidrolik, mesin
rapid) diletakkan di bawah.
3. Percepatannya nyaman (comfortable - Penentuan letak mesin berdasarkan
acceleration) atas struktural dan kemudahan.
4. Mempunyai kecepatan tinggi (rapid
transportation) Tata Ruang Letak Lift
5. Mempunyai pemberhentian yang otomatis Tata ruang letak lift di rumah sakit sering
(automatic level and landing) ditentukan dari jumlah dan konfigurasi tata
6. Cepat menaikkan dan menurunkan letak lift dan jumlah maksimal empat buah
penumpang dalam satu deretan.
7. Digunakan pada bangunan dengan jumlah Untuk bangunan yang tingginya lebih
lantai > 4. dari 25 lantai, dianjurkan untuk membagi
layanan lift dengan mengelompokan lantai
Spesifikasi Elevator / Lift yang dilayani/konsep zona, di mana tiap zona
1. Sifat Elevator: dilayani oleh sejumlah lift tertentu. Gambar
 Mempunyai kapasitas muat yang dibawah ini menunjukkan tata letak sekelom-
terbatas. pok lift yang baik, alternatif lain dapat juga
 Digerakkan dengan bandul. dilakukan.
 Membutuhkan ruangan tersendiri untuk
mesin dan keretanya.
2. Elemen Elevator:
 Magneting Landing Device
Untuk memberhentikan kereta elevator
pada tiap lantai yang dituju, dengan
toleransi maksimum 5mm dari level
lantai bersangkutan.
 Buffer
Buffer yang dipakai dari jenis Spring
Buffer dan Oil Buffer, dimana bagian
atas diberi lapisan karet setebal 5mm.
Tiap elevator, minimum menggunakan 4
buffer, tiap buffer dilengkapi dengan
Safety Switch yang dihubungkan pada
panel kontrol. Panel ini diletakkan pada
pondasi beton.
 Guide Rail
Terbuat dari profil baja T, rail harus
dilapisi dengan suatu bahan pondasi
beton. Gambar 1. Tata letak sekelompok lift
 Counter Weight Sumber: Juwana, 2009

Sinektika Vol.13 No.2, 2013


94

Pada bangunan tinggi dan luas, jumlah Fasilitas Elevator


lift yang di perlukan meningkat sebanding Fasilitas elevator terdiri dari :
dengan jumlah lantai yang dilayani.dengan
demikian, jika mencapai suatu ketinggian Mesin Room
tertentu, maka areal luas yang digunakan Semua lift, baik traksi atau hidrolik,
untuk menempatkan lift menjadi meningkat memerlukan ruang untuk menyimpan mesin
dan melebihi ketentuan ekonomis (di atas 20 motor listrik besar (atau pompa hidrolik) dan
% luas lantai). Jadi pada umumnya lift hanya controller kabinet. Ruangan ini terletak di atas
melayani 12 – 15 lantai. hoistway (atau di bawah, untuk hidrolik lift)
dan mungkin berisi mesin untuk satu atau
Macam macam Hydraulic lift sekelompok lift.
 Lift hidrolik konvensional pertama kali di-
kembangkan oleh Dover (sekarang Pintu elevator
Thyssen Krupp) Elevator. Mereka meng- Pintu lift melindungi pengendara dari
gunakan silinder bawah tanah, sangat jatuh ke dalam lubang. Konfigurasi yang
umum untuk bangunan tingkat rendah paling umum adalah memiliki dua panel yang
dengan 2-7 lantai, dan memiliki kecepatan bertemu di tengah, lalu geser terbuka lateral.
hingga 200 kaki / menit (1 meter / detik). Dalam konfigurasi cascading (berpotensi
 Lift hidrolik Holeless dikembangkan oleh memungkinkan entryways lebih luas dalam
Otis. Elevator pada 1970-an, dan meng- ruang terbatas), pintu-pintu dijalankan pada
gunakan sepasang silinder di atas tanah, rel independen, sehingga saat terbuka,
yang membuatnya praktis untuk lingkungan mereka terselip di belakang satu sama lain,
atau biaya gedung-gedung sensitif dengan dan ketika tertutup, mereka membentuk
2, 3, atau 4 lantai. lapisan mengalir di satu sisi
 Lift hidrolik bertali menggunakan kedua
alternatif selinder di atas tanah dan sistem Kontrol Umum
tali, yang menggabungkan fleksi-bilitas dari Tipikal lift penumpang modern akan memiliki:
hidrolik dengan keandalan holeless  Ruang untuk berdiri, guardrails, bantalan
hidrolik, meskipun mereka dapat melayani kursi (mewah)
hingga 8-10 lantai  Unit pendingin udara untuk meningkatkan
sirkulasi dan kenyamanan.
Jenis - jenis lift penumpang  Tombol panggil untuk memilih lantai.
Beberapa dari ini menjadi kunci saklar
Lift penumpang khusus dipergunakan untuk
(untuk mengontrol akses). Dalam beberapa
layanan yang mereka lakukan, termasuk:
lift, lantai tertentu tidak dapat diakses
Rumah Sakit. Pintu masuk depan dan
kecuali menggunakan kartu swipes
belakang, double decker, dan penggunaan
keamanan atau memasukkan kode akses
lainnya.
atau keduanya
 Satu set pintu tetap terkunci di setiap lantai
untuk mencegah akses yang tidak
disengaja ke dalam lift oleh individu .
 Memicu alarm. Sering kali, ini akan menjadi
kunci switch.
 Tombol alarm atau switch, dimana
penumpangnya dapat digunakan untuk
memberi sinyal bahwa mereka telah
terjebak di lift.

Kapasitas
Biasanya lift penumpang tersedia dalam
Gambar 2. Sistem konsep lift kapasitas dari 450-2700 kg dalam 230 kg
Sumber: google.com, 2009 bertahap. Umumnya penumpang lift di
bangunan delapan lantai atau kurang
menggunakan system hidrolik atau listrik,

Wijiyanto., Samsudin., Kenyamanan lift bagi kaum difabel


95

yang dapat mencapai kecepatan hingga 200 ft 1. Koridor/lobby lift


/ min (1,0 m / s) hidrolik dan sampai 500 ft / Ruang perantara untuk menunggu
min . Pada bangunan sampai dengan sepuluh kedatangan lift, sekaligus mewadahi
lantai, gearless cenderung memiliki kecepatan penumpang yang baru keluar dari lift harus
hingga 500 ft / min (2,5 m / s), dan di atas disediakan lebar ruangan ini minimal 185
lantai sepuluh kecepatan mulai pada 500 ft / cm dan tergantung konfigurasi ruang .
min (2,5 m / s) sampai 2000 ft / min (10 m / s). 2. Kontrol umum
a. Perletakan tombol dan layar tampilan
Standar Lift untuk penyandang cacat yang mudah di lihat dan mudah
Pada bangunan belantai banyak, lift dijangkau.
merupakan alat utama untuk sirkulasi vertikal b. Panel luar yang berisikan tombol lift
terutama bagi penyandang cacat berkursi harus di pasang di tengah lobby atau
roda dan mereka yang sulit untuk berjalan. hall lift dengan ketinggian 90-110 cm
Standar ukuran lift untuk kaum cacat: dari muka lantai bangunan.
 Panjang : 110 cm c. Panel dalam dari lift di pasang dengan
 Lebar : 90 cm ketinggian 90 - 110 cm dari lantai ruang
 Bukaan pintu : 70 cm lift
Standar ukuran lift untuk kaum cacat yang d. Semua tombol harus memakai huruf
ditemani: braile yang di pasang dengan atau
 Panjang : 140 cm tanpa mengganggu tombol biasa lift.
 Lebar : 110 cm e. Selain terdapat indikator suara, layar/
 Bukaan pintu : 70 cm tampilan yang secara visual menunju-
Standar ketinggian tombol pengendali kan posisi lift harus dipasang diatas
dapat ditekan dengan mudah. Untuk pintu lift baik di dalam maupun di luar
penggunaan umum tata letak vertikal dengan lift.
jarak tombol 30 cm, tinggi panel rata rata 140 3. Ruang lift/Elevator
cm maksimal 160 cm. Sedangkan untuk kaum a. Ukuran ruang harus dapat memuat
cacat tanpa pengawal tidak boleh lebih dari pengguna kursi roda, mulai dari masuk
130 cm. melewati pintu lift, gerakan memutar,
menjangkau panel tombol dan keluar
METODE PENELITIAN melewati pintu lift. Ukuran bersih
Bahan dan Peralatan penelitian minimal ruang lift adalah 140 cm x 140
Peralatan yang dipergunakan meliputi Kamera cm.
Alat Tulis, Alat Gambar dan jam. b. Ruang lift harus di lengkapi pegangan
rambat pada ketiga sisinya.
Pengumpulan data 4. Pintu lift
Pengambilan data dilakukan dengan cara a. Waktu minimum bagi pintu untuk tetap
studi literatur, survey lapangan dengan untuk terbuka karena menjawab panggilan
mengambil data, sketsa dan foto bangunan adalah 3 detik. Sedangkan Ukuran
yang akurat, wawancara / interview quisioner bersih minimal pintu lift adalah 110 cm.
b. Mekanisme pembukaan dan penutupan
Analisis dan Sintesis pintu harus sedemikian rupa sehingga
Data yang diperoleh di lapangan memberikan waktu yang cukup bagi
mengenai kenyamanan Lift akan dianalisis pengguna untuk keluar masuk.
dengan membandingkannya dengan hasil c. Penyandang cacat terutama untuk
studi literatur. Selanjutnya hasil kuesioner masuk dan keluar dengan mudah. Untuk
akan dianalisis dan kemudian antara hasil itu lift dilengkapi oleh sensor photo
analisis kuesioner dan studi literature akan elektrik yang dipasang pada ketinggian
dibandingkan yang sesuai.

Penentuan Parameter (Landasan teori) Metode penelitian dapat dilukiskan secara


Standar penentuan penerapan sistem diagramatis dengan bagan proses penelitian
Aksesibilitas pada lift ditentukan berdasarkan: sebagai berikut :

Sinektika Vol.13 No.2, 2013


96

Permasalahan:
Bagaimana prosentase tingkat kenyamanan sarana LIFT yang ada pada
bangunan Rumah sakit sebagai sarana aksesibilitas untuk kaum difabel.

Batasan penelitian:
Kenyamanan LIFT untuk penderita cacat tubuh
yang bergerak menggunakan kursi roda

Tujuan penelitian:
1. Mengetahui seberapa besar kenyamanan sarana lift yang ada pada
bangunan pada rumah sakit.
2. Meningkatkan status sosial penderita cacat atau meningkatkan
kesejahteraan penyandang cacat tentang aksesibilitas.

Data teori Data yang ada di lapangan

Analisa dan Pembahasan:


Menganalisa data-data di temuan di lapangan kemudian menilai dengan teori yang ada.

Kesimpulan dan Rekomendasi:


Menyimpulkan hasil analisa dan pembahasan kemudian menghasilkan sebuah rekomendasi

Selesai

Gambar 3. Bagan alir penelitian


Sumber: Peneliti 2010

DISKRIPSI OBYEK PENELITIAN merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai


Kota Solo terletak sekitar 65 km Timur Solo.
Laut Yogyakarta dan 100 km Tenggara. Tinjauan lokasi penelitian ini dilakungan
Semarang. Lokasi kota ini berada di dataran pada rumah sakit di Surakarta yang
rendah (hampir 100m di atas permukaan laut) khususnya bangunan rumah sakit bertingkat
yang diapit Gunung Merapi di Barat yang memiliki memiliki mobilitas berupa
dan Gunung Lawu di Timur. Agak jauh di lift(elevator). Tiga rumah sakit ini adalah
selatan terbentang Pegunungan Sewu. Di Rumah Sakit Kasih Ibu, Rumah Sakit Islam
sebelah Timur mengalir Bengawan Solo dan Yarsis dan Rumah Sakit Moewardi.
di bagian Utara mengalir Kali Pepe yang

Wijiyanto., Samsudin., Kenyamanan lift bagi kaum difabel


97

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil amatan di lapangan terdiri dari 3


kasus yaitu:
Kasus 1 : Rumah Sakit Kasih Ibu

Gambar 6. Lobby lift RS. Kasih Ibu


Sumber: Survey Lapangan, 2009

2. Pada lift luasan ruang Ukuran bersih ruang


lift adalah 140 cm x 180 cm.

Gambar 4. Letak lift RS. Kasih Ibu


Sumber: Survey Lapangan, 2010

Gambar 7. Ruang lift RS. Kasih Ibu


Sumber: Survey Lapangan, 2009

3. Pada ruang lift di lengkapi handle atau


pegangan rambat pada ketiga sisinya.

Gambar 5. Detail lift RS. Kasih Ibu


Sumber: Survey Lapangan, 2010

Kondisi fisik lift (elevator)


Kondisi fisik lift (elevator) di rumah sakit
Kasih Ibu antara lain :
1. Lift di rumah sakit Kasih Ibu berpola
berhadapan. Dan lobby berada ditengah
lift. Gambar 8. Pegangan handle lift
Sumber: Survey Lapangan, 2009

Sinektika Vol.13 No.2, 2013


98

4. Perletakan tombol dan layar tampilan yang


mudah di lihat dan mudah dijangkau,
dengan ketinggian 90 cm dari muka lantai
bangunan.

Gambar 12. Detail lift RS. Yarsis


Sumber: Survey Lapangan, 2010

Kondisi fisik lift (elevator)


Gambar 9. Tata letak tombol lift Kondisi fisik lift (elevator) di rumah sakit
Sumber: Survey Lapangan, 2009 Islam Yarsis
1. Lobby lift pada rumah sakit yarsis sangat
Kasus 2 : Rumah Sakit Islam Yarsis luas ukuran 5x5 m.

Gambar 13. Lobby lift RS. Yarsis


Sumber: Survey Lapangan, 2009

Gambar 10. Letak lift rumah sakit Yarsis 2. Ukuran bersih ruang lift adalah 210 cm x
Sumber: Survey Lapangan, 2010 300 cm. Ruangan lift ini memungkinkan
untuk memutar kursi roda.

Gambar 14. Ruang lift RS. Yarsis


Sumber: Survey Lapangan, 2009

Gambar 11. Detail lift RS. Yarsis


Sumber: Survey Lapangan, 2010

Wijiyanto., Samsudin., Kenyamanan lift bagi kaum difabel


99

3. Pada ruang lift di rumah sakit yarsis juga


dilengkapi handle atau pegangan rambat
pada ketiga sisinya.

Gambar 18. Detail lift RS. Moewardi


Sumber: Survey Lapangan, 2010

Kondisi fisik lift (elevator)


Kondisi fisik lift (elevator) di rumah sakit
Moewardi adalah :
Gambar 15. Pegangan lift RS. Yarsis 1. Lobby rumah sakit moewardi sudah
Sumber: Survey Lapangan, 2009 cukup nyaman untuk sirkulasi
4. Perletakan tombol dan layar tampilan
mudah di lihat dan mudah dijangkau,
dengan ketinggian 100 cm dari muka
lantai bangunan. Maka terjadi kenya-
manan untuk menekan tombol.

Gambar 19. Kondisi lobby lift RS. Moewardi


Sumber: Survey Lapangan, 2009

2. Ukuran bersih ruang lift adalah 140 cm x


Gambar 16. Tata letak tombol lift 210 cm. Ruangan lift ini tidak memung-
Sumber: Survey Lapangan, 2009 kinkan untuk memutar kursi roda dengan
baik.
Kasus 3 : Rumah Sakit Islam Moewardi

Gambar 20. Luas Ruang lift RS. Moewardi


Sumber: Survey Lapangan, 2009

3. Pada ruang lift juga tidak dilengkapi


handle atau pegangan rambat pada
Gambar 17. Letak lift RS. Moewardi ketiga sisinya
Sumber: Survey Lapangan, 2010

Sinektika Vol.13 No.2, 2013


100

Pegangan Ketiga sisi Masuk


lift lift kriteria
mempuny standar
ai
pegangan
rambat
Posisi lift Tidak ada Kurang
pada lantai tampilan masuk
posisi lift kriteria
pada atas standar
lift

Gambar 21. Handle lift RS. Moewardi Ukuran Ukuran Masuk


Sumber: Survey Lapangan, 2009 ruang lift bersih kriteria
ruang lift standar
adalah
4. Tombol dapat dilihat dan mudah 210 cm x
dijangkau, dengan ketinggian 100 cm dari 300 cm.
Luas pintu Luas pintu Masuk
muka lantai bangunan. lift lift kriteria
berukuran standar
140 cm
02 RS Loby lift Posisi Masuk
Islam (185X185) lobby di kriteria
Yarsis tengah lift standar
serta
berukuran
3x3 m
Panel ketinggian Masuk
Tombol 100 cm kriteria
luar tinggi dari muka standar
90 – 120 lantai
Gambar 22. Tata letak tombol lift m bangunan.
Sumber: Survey Lapangan, 2009 Pegangan Ketiga sisi Masuk
lift lift kriteria
Berdasarkan data tersebut diatas, selanjutnya mempuny standar
diadakan analisis dengan menggunakan ai
parameter koridoor (lobby lift), Kontrol umum, pegangan
rambat
ruang lift dan pintu lift.
Posisi lift Ada Masuk
pada lantai tampilan kriteria
Analisis Kondisi Lift posisi lift standar
pada atas
Tabel 1. Analisa lift di ketiga rumah sakit lift
No Rumah Para Hasil Ket. Ukuran Ukuran Masuk
sakit meter Temuan ruang lift bersih kriteria
Lapangan ruang lift standar
01 RS Loby lift Posisi Masuk adalah
Kasih (185X185) lobby di kriteria 210 cm x
Ibu tengah lift stándar 300 cm.
serta Luas pintu Luas pintu Masuk
berukuran lift lift kriteria
3x3 m berukuran standar
Panel Ketinggian Masuk 140 cm
Tombol 90 cm dari kriteria 03 RS Moe Loby lift Posisi Masuk
luar tinggi muka standar wardi (185X185) lobby di kriteria
90 – 120 lantai tengah lift standar
m bangunan. serta
berukuran
3x3 m

Wijiyanto., Samsudin., Kenyamanan lift bagi kaum difabel


101

Panel ketinggian Masuk 2) Frekuensi penggunaan alat


Tombol 100 cm kriteria
luar tinggi dari muka standar Tabel 3. Frekuensi penggunaan alat
90 – 120 lantai No Responden Frekuensi
m bangunan.
Pegangan Tidak ada Masuk 1 Lift 29
lift pegangan kriteria 2 Ramp 1
pada standar 3 Lain-lain -
ketiga sisi Jumlah Total 30
lift Sumber: Hasil survei Tahun 2010
Posisi lift Tidak ada Kurang
pada lanta tampilan kriteria
3) Frekuensi kenyamanan letak lift
posisi lift standar
pada atas
lift Tabel 4. Frekuensi kenyamanan letak lift
No Responden Frekuensi
Ukuran Ukuran Masuk
ruang lift bersih kriteria
1 Sudah 5
ruang lift standar 2 Cukup 17
adalah 3 Belum 7
210 cm x Jumlah Total 29
300 cm. Sumber: Hasil Survei Tahun 2010
Luas pintu Luas pintu Masuk
lift lift kriteria
berukuran standar
4) Frekuensi kenyamanan lift
140 cm
Sumber : Analisis 2010
Tabel 5. Frekuensi kenyamanan lift
No Responden Frekuensi
Hasil survey quisioner. 1 Cukup 13
Untuk mengetahui tingkat kenyamanan 2 Kurang 16
pada lift (elevator) di rumah sakit dilakukan 3 Belum -
dengan menyebarkan quisioner pada Jumlah Total 29
penderita cacat di ketiga rumah sakit yang Sumber: Hasil Survei 2010
dijadikan lokasi penelitian
5) Frekuensi bagian yang kurang nyaman
Analisa Data
Distribusi Frekuensi Tabel 6. Frekuensi bagian yang kurang
Berdasarkan survey, terdapat 5 nyaman
pertanyaan yang harus dijawab responden. No Responden Frekuensi
Responden adalah para penyandang cacat 1 Luasan 2
dan berjumlah 30 orang. Dari 5 pertanyaan 2 Pegangan 7
tersebut, maka terdapat 5 perhitungan yang
3 Lebar pintu 2
menghasilkan 5 tabel frekuensi. Hasil
4 Tombol pintu 4
perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:
5 Lain-lain 3
1) Frekuensi keperluan berada di rumah
sakit Jumlah Total 18
Sumber: Hasil Survei tahun 2010
Tabel 2. Frekuensi Keperluan di Rumah Sakit
No Responden Frekuensi Ukuran Tendensi Pusat
Ukuran tendensi pusat adalah nilai-nilai
1 Berkunjung 11
yang mewakili seluruh anggota di dalam
2 Dirawat 19
kelompok sampel. Biasanya nilai yang dipakai
3 Lain-lain -
untuk tendensi pusat yaitu nilai yang tertinggi.
Jumlah Total 30 Jadi, ukuran tendensi pusat pada pertanyaan
Sumber: Hasil Survey Tahun 2010
responden diatas adalah sebagai berikut:

Sinektika Vol.13 No.2, 2013


102

1) Pada frekuensi pengunjung rumah sakit, responden yang menjawab cukup nyaman
ukuran tendensi pusatnya adalah 19 maka ukuran dispersinya adalah 84,6%.
responden yang menjawab dirawat sebagai 4) Pada frekuensi kenyamanan lift, ukuran
pasien sebesar (63.33 %). tendensi pusatnya adalah 16 responden
2) Pada frekuensi penggunaan alat yang menjawab kurang nyaman maka
transportasi vertikal, ukuran tendensi ukuran dispersinya adalah 73,7%
pusatnya adalah 29, responden yang 5) Pada frekuensi bagian lift yang kurang
menjawab menggunakan lift (96,6 %). nyaman pada pegangan lift, untuk tendensi
3) Pada frekuensi kenyamanan letak lift, pusatnya adalah 7 responden yang
ukuran tendensi pusatnya adalah 17 menjawab pegangan pada lift, maka
responden yang menjawab cukup nyaman ukuran dispersinya adalah 93,4%.
(58,6 %).
4) Pada frekuensi kenyamanan lift, ukuran Estimasi Parameter
tendensi pusatnya adalah 16 responden Modus adalah statistik, karena
yang menjawab kurang nyaman (55,17%). merupakan salah satu ukuran pada sampel.
5) Pada frekuensi bagian lift yang kurang Semua ukuran yang dipakai pada sampel
nyaman pada pegangan lift, untuk tendensi disebut statistik. Kalau ukuran tersebut
pusatnya adalah 7 responden yang dipakai pada populasi, maka namanya bukan
menjawab Pegangan pada lift (38,88 %). statistic tetapi parameter.
Bila parameter ditulis dengan þ, maka þ
Ukuran Dispersi perlu diestimasi berdasarkan statistik p.
Ukuran tendensi pusat selalu di sertai Estimasi proporsi itu dihitung dengan rumus:
dengan ukuran dispersi yang menunjukkan
variasi di dalam kelompok sampel. Ukuran (p-za/2:n-1.σp) ≤ þ ≤ (p-za/2:n-1.σp) ...(2)
dispersinya adalah Indeks Variabel Komulatif
(IVK) dapat dihitung dengan rumus di bawah Keterangan:
ini: Za/2:n-1 : Batas konfidensi (1,96).
P : Statistik proporsi.
∑ 𝑛𝑖 . 𝑛𝑗 σp : Standar eror distribusi sampling
𝐼𝑉𝐾 = 𝑥 100 % … (1) proporsi, dapat dihitung dengan rumus :
𝑛 2
𝑝( )
𝑘
𝑝 (1−𝑃)
Keterangan: σ𝑝 = √ ...(3)
𝑛
ni : jumlah frekuensi kategori tertentu
nj : jumlah frekuensi kategori-kategori lain
p : jumlah pasangan ni dan nj Dengan menggunakan rumus diatas,
n : jumlah seluruh frekuensi dihasilkan angka sebagai berikut :
k : banyaknya kategori
1) Pada frekuensi pengunjung rumah sakit,
Dengan menggunakan rumus diatas, hasilnya ukuran tendensi pusatnya adalah 19
adalah sebagai berikut: responden yang menjawab dirawat sebagai
1) Pada frekuensi pengunjung rumah sakit, pasien sebesar (63.33 %).
ukuran tendensi pusatnya adalah 19 Jadi frekuensi pengunjung rumah sakit
pada populasi berada di antara 0,4628
responden yang menjawab dirawat sebagai
pasien maka ukuran dispersinya adalah (46,28%) ke 0,803 (80,3%) pada tingkat
69,7% konfidensi 95%.
2) Pada frekuensi penggunaan alat 2) Pada frekuensi penggunaan alat
transportasi vertikal, ukuran tendensi transportasi vertikal, ukuran tendensi
pusatnya adalah 29, responden yang pusatnya adalah 29, responden yang
menjawab menggunakan lift (96,6%). menjawab menggunakan lift (96,6%).
3) Pada frekuensi kenyamanan letak lift, Jadi frekuensi penggunaan alat
ukuran tendensi pusatnya adalah 17 transportasi vertikal di rumah sakit pada

Wijiyanto., Samsudin., Kenyamanan lift bagi kaum difabel


103

populasi berada di antara 0,901 (90,1%) ke rumah sakit(1/3) tidak mempunyai


1,030 (103%) pada tingkat konfidensi 95%. pegangan lift. Jadi estimasi parameter
3) Pada frekuensi kenyamanan letak lift, tersebut benar.
ukuran tendensi pusatnya adalah 17
responden yang menjawab cukup nyaman Kesimpulan
(58,6%). Bedasarkan hasil penelitian yang
Jadi frekuensi kenyamanan letak lift penulis lakukan di Rumah Sakit Surakarta
tersebut pada populasi berada di antara dapat disimpulkan sebagai berikut :
0,407 (40,7%) ke 0,764 (76,4%) pada 1. Berdasarkan data keseluruhan dari unsur-
tingkat konfidensi 95%. unsur yang diteliti dari ketiga rumah sakit
4) Pada frekuensi kenyamanan lift, ukuran yang ada di surakarta bahwa penilaian
tendensi pusatnya adalah 16 responden tingkat keberhasilan pemakaian lift suatu
yang menjawab kurang nyaman (55,17%). bangunan dalam memberikan kepuasan
Jadi frekuensi kenyamanan lift di rumah kepada pemakai terutama untuk
sakit pada populasi berada di antara 0,371 penyandang cacat fisik adalah cukup
(37,1%) ke 0,732 (73,2 %) pada tingkat nyaman atau cukup berhasil.
konfidensi 95%. 2. Berdasarkan data survey yang dilakukan
5) Pada frekuensi bagian lift yang kurang pada ketiga rumah sakit maka penggunaan
nyaman pada pegangan lift, untuk tendensi elevator (lift) adalah sangat vital sekitar
pusatnya adalah 7 responden yang 96,6 % dalam pemakaian lift untuk kaum
menjawab Pegangan pada lift (38,88%). difabel dalam bangunan tinggi.
Jadi frekuensi bagian lift yang kurang 3. Perbedaan kenyamanan lift pada rumah
nyaman di rumah sakit pada populasi sakit terutama terletak pada pegangan 7
berada di antara 0,1638 (16,38 %) ke responden yang menjawab Pegangan
0,6138 (61,38 %) pada tingkat konfidensi pada lift (38,88 %).dari 18 responden.
95%.
Saran / rekomendasi
Temuan – temuan. Berdasarkan kesimpulan dan implikasi
1. Tata letak lift pada ketiga rumah sakit yang penelitian, maka beberapa saran yang
dijumpai di lapangan sudah cukup baik perlu disampaikan adalah sebagai berikut:
sedangkan pada frekuensi kenyamanan a. Untuk kalangan akademisi:
letak lift, ukuran tendensi pusatnya adalah Dalam penelitian selanjutnya apabila ada
17 responden yang menjawab cukup peneliti yang ingin melanjutkan dikaji lebih
nyaman (58,6 %). Frekuensi kenyamanan mendalam dari aspek aspek teknis maupun
letak lift tersebut pada populasi berada di fungsional dalam suatu desain bangunan.
antara 0,407 (40,7%) ke 0,764 (76,4%) b. Untuk pengelola rumah Rumah sakit
pada tingkat konfidensi 95 %. Sehingga Untuk melakukan pengelolaan yang lebih
data yang ada di lapangan dan data baik terhadap exsisting ruang atau
quisioner benar. bangunan
2. Perbandingan luas pintu lift yang ada di c. Bagi Pemerintah Daerah
ketiga rumah sakit adalah 140 cm dengan Dimohonkan untuk memberlakukan
data parameter standar lift sudah cocok. peraturan penggunaan Lift yang standar
Sehingga luas ruang lift tersebut sudah internasional bagi kaum difabel. Sehingga
nyaman. peraturan itu akan berguna bagi rancangan
3. Pada frekuensi kenyamanan lift, ukuran bangunan berikutnya.
tendensi pusatnya adalah 16 responden
yang menjawab kurang nyaman pada
pegangan lift (55,17 %). Frekuensi bagian
lift yang kurang nyaman di rumah sakit
pada populasi berada di antara 0,1638
(16,38 %) ke 0,6138 (61,38 %) pada
tingkat konfidensi 95%, sedangkan data
yang ada dari ketiga rumah sakit yang
mewakili semua jumlah rumah sakit ada 1

Sinektika Vol.13 No.2, 2013


104

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Ronim ,1999, Buku Pedoman Kuliah Utilitas, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gulo, W., 2002. Metodologi Penelitian, Gramedia, Jakarta.

Juwana, Jimmy S., 2005, Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk Arsitektur dan Praktisi
Bangunan, Erlangga, Jakarta.

Neufert, Ernst. 1995. Data arsitek, Erlangga, Jakarta.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 Tentang Persyaratan Teknis dan
Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan

Suryaning,S.,2008, Buku Pedoman Kuliah Aksesibilitas, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat

www.wikipedia.com. Elevator.

www.wikipedia.com.Kursiroda

Wijiyanto., Samsudin., Kenyamanan lift bagi kaum difabel

Anda mungkin juga menyukai