Disusun Oleh:
1. Annisa Khusnul K. (P27228019060)
2. Ema Widy Hermalia (P27228019067)
3. Lintang Khimayatuna (P27228019081)
4. Pravika Destyan A.P. (P27228019090)
5. Sabrina Aribatin Nisa’ (P27228019099)
A. LATAR BELAKANG
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani ergon & nomos yang mana Ergon ini
artinya kerja, dan nomos artinya aturan. Secara umum, Ergonomi merupakan ilmu
yang mempelajari tentang interaksi manusia dengan sistem, prinsip, profesi, data dan
cara dalam merancang sistem supaya sistem tersebut dapat optimal sesuai dengan
keperluan dan kekurangan, serta keterampilan. Antropometri merupakan salah satu
cabang ilmu ergonomi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia
yang dapat digunakan untuk merancang fasilitas yang ergonomis. Antropometri
secara luas dapat digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses
perrancangan atau desain produk maupun sistem kerja yang akan digunakan manusia.
Aksesibilitas berasal dari kata ‘akses’, terjemahan dari kata access, yang dalam
bahasa Inggris bermakna jalan masuk. Aksesibilitas atau dalam Bahasa inggris
disebut accessibility berarti hal yang dapat masuk atau mudah dijangkau atau
dicapai.Secara umum aksesibiltas bisa diartikan sebagai tingkat kemudahan yang bisa
dicapai seseorang terhadap sesuatu, baik itu berupa obyek benda, pelayanan, tempat,
dan yang lainnya.
Permasalahan aksesibilitas fisik apakah yang menghalangi kaum difabel dalam
mengakses fasilitas publik kota Surakarta. Berdasarkan SE Menteri Sosial No
A/A164/VIII/2002/MS dinyatakan agar penyediaan elemen aksesibiltas mengacu pada
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 468/KPTS/1998 yang telah direvisi melalui
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas
dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan. Dimana disitu di jelaskan bahwa
Asas Aksesibilitas di Indonesia adalah :
1. Kemudahan , semua orang dapat mencapai semua tempat.
2. Kegunaan , setiap orang dapat mempergunakan semua tempat.
3. keselamatan, setiap bangunan dan lingkungan harus memperhatikan keselamatan bagi
semua orang.
4. kemandirian, setiap orang harus dapat mencapai, masuk dan mempergunakan semua
tempat tanpa bantuan orang lain
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah laporan kasus ini yaitu mengobservasi tempat umum yang
terdapat beberapa fasilitas yang digunakan oleh penyandang disabilitas. Mengobservasi yang
sudah sesuai dan memberi solusi untuk fasilitas yang belum sesuai.
C. TUJUAN
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah
Analisis Lingkungan & Ergonomi yaitu mencari informasi dan mengobservasi mengenai
falisilitas umum yang ada di wilayah Surakarta. Laporan ini tidak hanya untuk memenuhi
tugas namun juga untuk mendapat informasi mengenai fasilitas umum apakah sudah sesuai
dan layak digunakan oleh penyandang disabilitas. mencari informasi mengenai falisilitas
umum yang ada di wilayah Surakarta.
BAB II
ANALISIS & SOLUSI
Untuk memberi sedikit gambaran, kami mempunyai sampel untuk dijadikan bahan
pertimbangan agar pembaca lebih memahami Aksesibilitas Umum bagi Kaum
Disabilitas
Dapat dilihat dibawah, jika kami memilih Ramp yang ada di Pasar Sangkrah dan di
Pasar Klewer. Ramp merupakan bidang miring yang menghubungkan perbedaan ketinggian
lantai, bentuknya seperti jalan landai yang lurus digunakan untuk mempermudah aksesibilitas
bagi para penyandang cacat, pengguna kursi roda, maupun anak-anak, ibu hamil, serta lansia.
• YANG TIDAK SESUAI
Tinggi : 13 cm
Lebar 150 cm
Panjang : 240-242 cm
Mengapa pada Ramp diatas kita katakan masih belum sesuai untuk digunakan sebagai
aksesibilitas bagi para penyandang disabilitas? Walaupun jika dilihat secara kemiringan tidak
terlalu curam.
Kekurangan pada Ramp diatas terletak pada ketidakhadirannya hand Rail sebagai
syarat pelengkap bagi para disabilitas untuk pegangan pada saat berada di medan yang
miringdan lebar ramp tersebu agak sempit untk dilalui oleh kursi roda. Jika dilihat dari
panjangnya, mungkin untuk kemiringan bagi pejalan yang ada di Pasar Tradisional, yang
mana notabenenya tidak memerlukan jarak yang lama, sudah pas. Kemiringannya pun juga
sudah pas.
= 24 batang
Kami memberi jarak tiap batang pada haid rail dengan jarak 10 cm agar kaki anak kecil tidak
mudah masuk ke celah batang haind rail tersebut dan orang yang menngunakan kursi roda
yang melewati ramp tersebut agar roda pada kusi roda tidak mudah asuk ke celah batang
haind rail tersebut yang melewati ramp tersebut
Digambar trdpt 7 (hanya ilustrasi)
Lebar haind rail ; 180 cm
Namun, diabalik kekurangan yang dimiliki pada aksesibilitas ramp. Pasar sangkrah juga
sudah memiliki akses pada anak tangganya, yakni berupa guiding block (paving block tuna
netra). Yakni semacam penanda yang digunakan untuk penunjuk jalan, khususnya bagi para
penyandang Tuna Netra. Serta tekstur permukaan lantai yang digunakan sudah sesuai, tidak
terlalu licin teksturnya.
Dimana ukuran ini terpaut jauh bagi para penggunanya khususnya kaum
disabilitas jika tidak dilengkapi dengan bordes, yakni bagian datar yang digunakan
untuk memberikan jeda istirahat minimal 120 cm)
Setiap panjang ramp 900 cm, sebaiknya disediakan bordes (bagian datar pada
ramp yang digunakan untuk memberikan jeda istirahat bagi para pengguna disabilitas,
minimal diberikan panjang 120 cm).
Menurut kami, pemberian bordes tidak hanya untuk menghemat energi bagi
penggunanya, akan tetapi juga mengurangi angka kecelakaan jika digunakan para
pengguna kursi roda.
Menurut kami, pada tinggi kemiringan ramp dengan panjang ramp yang
lumayan panjang, menurut kami terlalu tinggi. Walaupun syarat kemiringan maksimal
adalah 7 derajat atau sama dengan setiap panjang 100 cm, maka maksimum naiknya
adalah 12 cm.
Beda cerita jika nantinya di setiap panjang ramp 900 cm diberikan bordes yang
panjangnya minimal 120 cm. seperti contoh dibawah ini.
Pada ramp yang ada di Pasar Klewer tersebut sebenarnya sudah terdapat bordes, akan
tetapi bordes itu ditempatkan pada Level Akhir.
Dimana ini ditentukan melalui dimensi ruang yang telah diukur menurut
ukuran umumnya. Baik ukuran pengguna kursi roda, pemakai jalan, dan pengguna
jalan lainnya. Ini telah dipikirkan ukuran paling umumnya, agar semua dapat
terakomodasi dan aksesibilitas umum dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Selain hal-hal diatas, tekstur permukaan diantara kedua ramp yakni di Pasar
Klewer dan Pasar Sangkrah tersebut sudah sama dan sudah sesuai. Karena tidak
membahayakan penggunanya dan terbilang ramah akan situasi (tidak licin.)
BAB III
PENUTUPAN
a. Kesimpulan
Dari data yang telah kami berikan, dapat disimpulkan bahwa fasilitas umum yang ada
di kota Surakarta, beberapa sudah memenuhi standar kelayakan untuk kaum disabilitas dan
pengguna lainnya. Diantaranya seperti yang ada pada lampiran analisis diatas.
Semoga dengan dibuatnya laporan hasil pengamatan ini dapat memberikan gambaran
serta ilmu bagi pembaca. Serta, untuk kedepannya diharapkan mampu menjadi acuan proses
pembelajaran, khususnya Mata kuliah Analisis Lingkungan dan Ergonomik.
b. Saran
Kami sangat mengharapkan masukan serta kritik kepada pembaca sekalian, guna
menambah pengetahuan serta mengetahui letak kesalahan yang mungkin masih ada.
Sekian dari kami, kurang lebihnya mohon dimaafkan. Semoga ini dapat bermanfaat di
kemudian hari bagi kita semua.
REFERENSI
o https://www.arsitur.com/2017/12/perancangan-ramp-pada-bangunan.html
o https://www.archify.com/id/archifynow/tip-agar-hunian-ramah-penyandang-disabilitas
o https://www.google.com/search?
q=ramp+atau+jalan+landai+adalah&safe=strict&sxsrf=ALeKk03nG9FltxSwT3ISD1IjuVt00
vOUag:1604585451788&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwi17_XOyuvsAhV
EX30KHX59Ag4Q_AUoAXoECA8QAw&biw=1366&bih=568
o https://www.google.com/search?
q=lebar+ramp+ditentukan+dimensi+ruang&tbm=isch&ved=2ahUKEwi1puKxyOvsAhVRC
HIKHZQsDTgQ2-
cCegQIABAA&oq=lebar+ramp+ditentukan+dimensi+ruang&gs_lcp=CgNpbWcQAzoECC
MQJzoFCAAQsQM6BAgAEEM6BwgAELEDEEM6AggAOgYIABAFEB46BAgAEBg6B
AgAEB5QyskMWMmJDWD-
jA1oAHAAeACAAb8CiAHFHJIBCDI2LjguMC4xmAEAoAEBqgELZ3dzLXdpei1pbWfA
AQE&sclient=img&ei=lQWkX_WHL9GQyAOU2bTAAw&bih=568&biw=1366&safe=stric
t