Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

AKSESIBILITAS BANGUNAN

Evaluasi Eksisting Sarana Aksesibilitas untuk Penyandang Disabilitas

DI SUSUN OLEH :

MIRA SANTY ALTING

07261811017

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah review dengan judul “Evaluasi Eksisting Sarana Aksesibilitas
untuk Penyandang Disabilitas”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada DOSEN
PENGAJAR kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

TERNATE, 12 oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Identifikasi Masalah......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
A. Evaluasi Fasilitas Penunjang Disabilitas Di gedung fakultas Hukum ...................................
1. Jalur Pedestrian

2. Area Parkir

3. Tangga

4.Pintu

5. Toilet

BAB III PENUTUP................................................................................................................


C. Kesimpulan.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Data statistik yang dihimpun oleh WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia
mempresentasikan bahwa jumlah penyandang disabilitas berkisar antara 15% dari total
populasi penduduk dunia. Di Indonesia, penyandang disabilitas diperkirakan mencapai 36. 150.
000 orang atau sekitar 15% dari total penduduk Indonesia tahun 2011 yang penduduknya
mencapai 241 juta jiwa. Sebelumnya, tahun 2004 penyandang disabilitas Indonesia diperkirakan
sebanyak 1. 480. 000 dengan rincian sebagai berikut: penyandang tunadaksa berjumlah 162.
800 orang (11%), tunanetra 192. 400 (13%), tuna rungu 503. 200 (34%), mental dan intelektual
348. 800 (26%), dan orang yang pernah mengalami penyakit kronis (kusta dan tuberklosis) 236.
800 (16%). Jumlah angka ini diperkirakan jumlah penyandang disabilitas yang tinggal dengan
keluarga atau masyarakat, dan belum termasuk mereka yang tinggal di panti asuhan.

Semua kelengkapan akses, fasilitas sarana prasarana yang ada pada bangunan gedung
dan lingkungan sekitar gedung, diharapkan dapat diakses dan dimanfaatkan oleh semua orang,
tidak terkecuali penyandang disabilitas, sehingga dapat diwujudkan kesamaan kesempatan,
dalam segala aspek kehidupan. Menurut UU Nomor 4. Tahun (1997), Aksesibilitas adalah
kemudahan yang disediakan bagi penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan
kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Aksesibilitas fisik meliputi
layanan yang terkait dengan perencanaan pembangunan kawasan kota serta fasilitas umum UU
Nomor 28 tahun (2002). Aksesibilitas dalam bidang non fisik berupa bidang pendidikan,
rekruitmen ketenagakerjaan, (bagi difabel) sehingga mereka mempunyai kesempatan yang
sama. Sejalan dengan itu yang dimaksud dengan aksesibilitas fisik adalah fasilitas yang dapat di
tuju, dilewati, dimasuki, dan dapat dipergunakan oleh penyandang disabilitas.

Dalam hal yang lebih luas aksesibilitas fisik mencangkup akses terhadap berbagai
bangunan (yang ada di dalam lingkup Universitas), akses dari dan menuju sarana transportasi,
komunikasi, serta berbagai fasilitas di luar ruangan termasuk sarana rekreasi
B. Identifikasi masalah

 Bagaimana akses sirkulasi antar ruang di dalam Gedung Fakultas Hukum dalam
memenuhi unsur aksesibilitas bagi difabel
 Sejauh mana tingkat aksesibilitas (elemen kajian), terhadap penyandang disabilitas
tunanetra?
 Sejauh mana tingkat aksesibilitas (elemen kajian), terhadap penyandang disabilitas
tunadaksa pengguna kruk dan kursi roda?
BAB II. PEMBAHASAN

A. Evaluasi Fasilitas Penunjang Disabilitas Di gedung fakultas Hukum

Pada penelitian ini evaluasi fasilitas penunjang disabilitas di gedung fakultas Hukum berdasarkan
permen PU nomor 30 tahun 2006 dan permen PUPR Nomor 14/PRT/M/2017 yang menjelaskan
tentang pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan. Dalam hal
ini evaluasi akan ditujukan pada fasilitas-fasilitas di luar bangunan yang seperti tertera pada Bab I
Ketentuan Umum, tentang Prinsip Penerapan pembangunan diluar bangunan sebagai berikut:
a. Ukuran dasar ruang atau lantai bebas
b. Jalur pedestrian
c. Jalur pemandu
d. Area parkir
e. Ramp
f. Rambu dan Marka

1. Jalur Pedestrian

Jalur yang digunakan untuk berjalan kaki/tunanetra atau tunadaksa secara mandiri yang
dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak dengan aman, mudah, nyaman, dan tanpa
hambatan. Kebutuhan jalan pedestrian antara difabel dengan manusia normal sangat jauh berbeda. Baik
dari segi ukuran, petunjuk, hingga ubin yang digunakan sebagai lapis perkerasan jalan pedestrianpun
harus menggunakan ubin khusus, yang memenuhi unsur-unsur berdasarkan standar teknis jalan untuk
disabilitas.

NO NAMA Persyaratan Menurut Contoh


FASILITAS Permen PU Nomor 30
tahun 2006
1. Jalur - Permukaan jalan harus

Pedestrian stabil, kuat, tahan cuaca,


bertekstur halus tetapi
tidak licin. Hindari
sambungan atau gundukan
pada permukaan, jika
terpaksa ada gundukan
tingginya tidak boleh
melebihi 1,25 cm.
- Kemiringan maksimim 2º
dan pada setiap jarak 900
cm diharuskan terdapat
bagian yang datar miniman
120 cm.
- Area istirahat digunakan
untuk membantu
pengguna jalan difabel
dengan menyediakan
tempat duduk santai
dibagian tepi
- Pencahayaan berkisar
antara 50-150 lux
tergantung pada intensitas
pemakaian, tingkat bahaya,
dan kebutuhan keamanan.
- Drainase dibuat tegak
lurus dengan arah jalur
dengan kedalam maksimal
1,5 cm, mudah dibersihkan,
dan perletakkan lubang
dijauhkan dari tepi jalur
pedestrian.
- Tepi pengaman dibuat
setinggi maksimal 10 cm
dan lebar 15 cm sepanjang
jalur pedestrian.

Dilokasi penelitian Gedung Fakultas Hukum ini sudah ada jalur pedestrian yang sudah dibuat, namun
jalur tersebut belum memperhatikan keamanan, kemudahan dan kenyamanan bagi kaum disabilitas
untuk berjalan di jalur pedestrian tersebut, hal ini disebabkan karena :

a. Jalur Pedestrian masih bergelombang, memiliki gundukan dan terputus (tidak bersambung)

Sesuai dengan permen PU nomor 30 tahun 2006 menerangkan bahwa Permukaan pada
jalur pedestrian harus harus kuat dan stabil, tahan terhadap perubahan cuaca, bertekstur halus
tapi tidak licin, sedapat mungkin menghindari sambungan pada lantai atau gundukan pada
permukaan lantai. Sedangkan pada jalur pedestrian di obyek penelitian masih banyak yang
bergelombang, masih banyak gundukan pada lantainya serta terputus pada area yang tidak
seharusnya.

2. Area Parkir

Area parkir khusus difabel berbeda dengan manusia normal, selain kendaraan yang mereka
gunakan untuk mobilisasi berbeda, ukuran dasar pengaplikasiannya juga berbeda.
NO. Nama Persyaratan Menurut Gambar
Fasilitas Permen PU Nomor 30 Tahun
2006
Area Parkir -Tempat parkir penyandang
cacat terletak pada rute
terdekat menuju
bangunan/fasilitas yang
dituju, dengan jarak
maksimum 60 meter.
- Jika tempat parkir tidak
berhubungan langsung
dengan bangunan, misalnya
pada parkir taman dan
tempat terbuka lainnya,
maka tempat parkir harus
diletakkan sedekat mungkin
dengan pintu gerbang
masuk dan jalur pedestrian.
-. Area parkir harus cukup
mempunyei ruang bebas di
sekitarnya sehingga
pengguna berkursi roda
dapat dengan mudah masuk
dan keluar dari
kendaraannya.
- Area parkir khusus
penyandang cacat ditandai
dengan simbol tanda parkir
penyandang cacat yang
berlaku.
- Pada lot parkir penyandang
cacat disediakan ramp
trotoir di kedua sisi
kendaraan.
- Ruang parkir mempunyai
lebar 370 cm untuk parkir
tunggal atau 620 cm untuk
parkir ganda dan sudah
dihubungkan dengan ramp
dan jalan menuju fasilitas-
fasilitas lainnya.

Pada lokasi penelitian di Gedung Fakultas Hukum ini tidak ada disediakan tempat parkir yang di
khususkan untuk kaum disabilitas, sehingga membuat kawasan ini sangat tidak direkomendasikan untuk
kaum disabilitas.
Gambar Denah gedung fakultas hukum, Belum adanya akomodasi untuk disabilitas

3. Tangga

Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan


mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang memadai.
Tangga untuk jalur evakuasi berbeda dengan tangga yang digunakan untuk mobilisasi sehari-
hari.

NO Nama Persyaratan Menurut Permen gambar


Fasilitas PU Nomor 14 Tahun 2017

Tangga -Harus memiliki dimensi


pijakan dan tanjakan yang
seragam.
- Harus memiliki kemiringan
kurang dari 60º.
-Tidak terdapat tanjakan yang
berlubang yang dapat
membahayakan pengguna
tangga.
- Harus dilengkapi dengan
pegangan rambat (handrail)
minimum pada salah satu sisi
tangga.
- Pegangan rambat harus
ditambah panjangnya pada
bagian ujungnya (bagian
puncak dan bagian bawah)
dengan 30 cm.
- Pegangan rambat harus
mudah dipegang dengan
ketinggian 65-80 cm dari
lantai, bebas dari elemen
konsruksi yeng mengganggu,
dan bagian ujungnya harus
bulat atau dibelokkan dengan
baik kearah lantai, dinding
atau tiang.
– Untuk tangga yang terletak
diluar bangunan, harus
dirancang sehingga tidak ada
air hujan yang menggenang
pada lantai.

4. Pintu

Pintu adalah bagian dari sebuah tapak, bangunan atau ruang yang merupakan tempat
untuk masuk dan keluar, dan pada umumnya dilengkapi dengan penutup (daun pintu) serta
Grendel.

NO. Nama Persyaratan Menurut Gambar


Fasilitas Permen PU Nomor 14
Tahun 2017

Pintu -Pintu pagar ke tapak harus


mudah dibuka.
- Pintu keluar/masuk utama
memiliki lebar bukaan minimal
90 cm, dan pintupintu yang
kurang penting memiliki lebar
bukaan minimal 80 cm.
- Di daaerah sekitar pintu
masuk sedapat mungkin
dihindari adanya ramp atau
perbedaan ketinggian lantai.
- Hindari penggunan bahan
lantai yang licin di sekitar
pintu.
- Plat tendang yang diletakkan
di bagian bawah pintu
diperlukan bagi pengguna
kursi roda dan tongkat
penyandang tunanetra.
- Pintu toilet penyendang
disabilitas dilengkapi dengan
engsel yang dapat menutup
sendiri.
- Pada bagian atas luar pintu
toilet penyandang disabilitas
disediakan lampu alarm (panis
lamp) yang akan diaktifkan
oleh pengguna toilet dengan
menekan tombol bunyi
darurat (emergency sound
button).

5. Toilet

Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang
disabilitas, orang tua, anak-anak, dan ibu-ibu hamil) pada bangunan gedung atau fasilitas umum
lainnya.

No. Nama Persyaratan Menurut Gambar


Fasilitas Permen PU Nomor 14
Tahun 2017
Toilet - Toilet dan kamar kecil
umum yang aksesibel harus
dilengkapi dengan tampilan
rambu/simbol dengan
sisten cetak atau timbul
“penyandang disabilitas”
pada bagian luarnya.
- Toilet atau kamar kecil
umum harus memiliki ruang
gerak yang cukup untuk
masuk dan keluar bagi
pengguna kursi roda dan
kruk.
- Ketinggian tempat duduk
kloset harus sesuai dengan
ketinggian pengguna kursi
roda sekitar (45-50 cm).
- Toilet atau kamar kecil
umum harus dilengkapi
dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki
posisi ketinggian
disesuaikan dengan
pengguna kursi roda dan
penyandang cacat yang lain.
Pegangan disarankan
memiliki bentuk siku-siku
mengarah ke atas untuk
membantu pergerakan
pengguna kursi roda.
- Letak kertas tisu, air, kran
air atau pancuran
(showwer), dan
perlengkapanperlengkapan
seperti tempat sabun dan
pengering tangan harus
dipasang sedemikian hingga
mudah digunakan oleh
orang yang memiliki
keterbatasan fisik dan bisa
dijangkau pengguna kursi
roda
- Semua kran air sebaiknya
dengan menggunakan
sistem pengungkit dipasang
pada wastafel, dll.
- Bahan lapis perkerasan
dan penyelesaian pada
lantai toilet harus tidak licin.
- Pintu harus mudah dibuka
dan ditutup untuk
memudahkan pengguna
kursi roda dalam
menjangkaunya.
- Kunci toilet atau grendel
dipilih sedemikian, sehingga
bisa dibuka dari luar jika
terjadi kondisi darurat.
- Pada tempat-tempat yang
mudah dijangkau, seperti
pada daerah pintu masuk,
dianjurkan untuk
menyediakan tombol
pencahayaan darurat
(emergency light button)
bila sewaktu-waktu terjadi
listrik padam.

6. Sistem peralatan dan perlengkapan control

Merupakan perlengkapan dan perlatan pada bangunan yang bisa mempermudah semua
orang (tanpa terkecuali penyandang disabilitas, lansia, anak-anak, dan ibu hamil) untuk
melakukan kontrol peralatan tertentu, seperti sistem alarm, tombol/stop kontak, dan
pencahayaan.

No Nama Persyaratan Menurut Gambar


. Fasilitas Permen PU Nomor 14
Tahun 2017
Sistem 1. Sistem

peralatan alarm/peringatan

dan a. Harus tersedia


peralatan peringatan
perlengkapa
yang terdiri dari sistem
n control
peringatan suara (vocal
alarms), sistem
peringatan bergetar
vibrating alarms) dan
berbagai petunjuk serta
penandaan untuk
melarikan diri pada
situasi darurat.
b. Stop kontak harus
dipasang dekat tempat
tidur untuk
mempermudah
pengoperasian sistem
alarm, termasuk
peralatan bergetar
(vibraing devices) di
bawah bantal.
c. Semua pengontrol
peralatan listrik harus
dapat dioperasikan
dengan satu tangan dan
tidak memerlukan
pegangan yang sangat
kencang atau sampai
dengan memutar
lengan.

2. Tombol dan stop


kontak, dipasang pada
tempat yang posisi
tingginya sesuai dan
mudah dijangkau oleh
penyandang difabel.
BAB III. PENUTUP

Kesimpulan

Adapun simpulan hasil dari penelitian yang telah dilakukan ini adalah sebagai berikut:

1. Semua fasilitas penunjang disabilitas di Gedung Fakultas Hukum tidak berfungsi dengan baik
karena belum sesuai standar yang telah disyaratkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 14 tahun 2017.

2. Semua fasilitas penunjang yang terdapat di Gedung Fakultas Hukum belum bisa menerapkan
azaz aksesibilitas yang tercantum pada Peraturan Menteri Nomor 14 tahun 2017.

3. Diperlukan penataan ulang secara komprehensif terhadap kawasan di Gedung Fakultas


Hukum sehingga bisa menjadi tempat belajar yang layak dan ramah bagi pengguna dan
pengunjung penyandang disabilitas.

4. Masih diperlukan perbaikan jalur pedestrian dan jalur pemandu untuk disabilitas.

5. Perlu dibuat tempat parkir disabilitas, handrail disabilitas dan Ramp sehingga jalur pedestrian
dan jalur pemandu bisa digunakan secara maksimal oleh kaum disabilitas.

6. Perlu dibuatkan rambu atau tanda khusus untuk kaum disabilitas sehingga mereka bisa
mendapatkan tempat dan jalur khusus pada kawasan ini.

7. Semua fasilitas penunjang bagi kaum disabilitas pada kawasan Gedung Fakultas Hukum
belum efektif untuk membantu penyandang disabilitas dalam menjalankan aktifitas di area
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai