Anda di halaman 1dari 19

MEMPERTIMBANGKAN KETERSEDIAAN FASILITAS

KHUSUS UNTUK PENYANDANG DISABILITAS


BENTENG KUTO BESAK DI KOTA PALEMBANG

Disusun Oleh :

Nama : Suci Indah Permatahati


Npm : 2019260011
Mata Kuliah : Metode Penulisan Ilmiah

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
2020 – 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tempat wisata yang paling mudah dikenal di kota Palembang
yaitu Benteng Kuto Besak yang merupakan ruang terbuka publik bagi warga kota
Palembang. Benteng Kuto Besak ini juga berada di tempat sangat strategis karena
dekat dengan sungai musi, jembatan ampera, Museum Sultan Mahmud
Badaruddin II, rumah sakit, kantor pos, masjid agung, dan juga pasar. Benteng
Kuto Besak digunakan sebagai penyambung perdagangan internasional, tempat
wisata , tempat berolahraga, tempat berinteraksi sosial, tempat berkreasi (seperti
bermain, melukis, bernyanyi), dan juga bisa digunakan sebagai tempat acara-
acara besar.
Selama ini, konsep ruang terbuka publik hanya dirancang untuk orang-
orang normal saja tanpa memikirkan orang-orang yang berkebutuhan khusus atau
disabilitas. Disabilitas harus bisa mendapatkan fasilitas khusus yang baik pada
ruang terbuka publik ini seperti jalur pedestrian, jalur pemandu, area parkir
khusus disabilitas, ramp, handrail, dan simbol tanda khusus untuk kaum
disabilitas. Disabilitas juga membutuhkan model pariwisata yang ramah.
Sehingga kaum disabilitas juga bisa ikut memanfaatkan ruang terbuka publik ini.
Karena, setiap orang memiliki hak yang sama untuk berwisata ke ruang terbuka
publik tanpa mengenal orang normal atau disabilitas, tua atau muda, kaya atau
miskin. Dan masih banyak lagi permasalahan- permasalahan yang terkait dengan
penyediaan fasilitas yang belum memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas
sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 tahun 2006 tentang
pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung dan lingkungan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 tahun 2006
tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung dan
lingkungan bertujuan untuk mewujudkan kemandirian dan menciptakan
lingkungan binaan yang ramah bagi semua orang, termasuk penyandang cacat dan
lansia. Lingkup Pedoman Teknis ini meliputi asas, dan persyaratan teknis fasilitas
dan aksesibilitas bangunan gedung dan lingkungan. Menurut Permen PU nomor
30 tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan
gedung dan lingkungan, penyandang cacat atau disabilitas adalah orang yang
mempunyai kelemahan/kekurangan fisik dan/atau mental, yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan kehidupan dan penghidupan secara wajar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perbandingan antara keadaan eksisting di Benteng Kuto Besak
dengan standar persayaratan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
30 tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan
gedung dan lingkungan ?
2. Bagaimana mewujudkan kemandirian dan menciptakan lingkungan binaan yang
ramah bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Dapat mengetahui tentang ketersediaan fasilitas untuk penyandang disabilitas
dengan sesuai standar Permen PU nomor 30 tahun 2006 tentang pedoman
teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung dan lingkungan.
2. Dapat menjadi tempat wisata yang layak dan ramah bagi penyandang disabilitas
dan bisa diterapkan diperancangan untuk kedepannya.

1.4 Lingkup Penelitian


1.4.1 Lingkup Materi
Pada pembahasan ini fokus tentang fasilitas untuk penyandang disabilitas yang
mencakup :
1. Syarat ketersediaan fasilitas ruang terbuka publik untuk penyandang
disabilitas sesuai Permen PU Nomor 30 tahun 2006 tentang pedoman teknis
fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung dan lingkungan dengan
membandingkan kondisi yang sekarang.
2. Asas-asas dari fasilitas dan aksebilitas di Benteng Kuto Besak
1.4.2 Lingkup Wilayah
Kawasan Benteng Kuto Besak ini menghadap ke sungai musi palembang dan
juga berdampingan dengan beberapa kawasan penting seperti pasar 16, masjid
agung, rumah sakit AK. Gani, kantor pos, serta jembatan ampera.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah kota
untuk menciptakan tempat wisata yang tertata baik, aman, nyaman utnuk
penyandang disabilitas serta dapat memberikan manfaat bagi akademis untuk
menambah pemahaman ilmu pengetahuan terkait dengan fasilitas yang seharusnya
ada ditempat wisata untuk kaum disabilitas dan sesuai Permen PU nomor 30
tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung
dan lingkungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyandang Disabilitas


Menurut Permen PU nomor 30 tahun 2006 tentang pedoman teknis
fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung dan lingkungan bahwa
penyandang cacat atau disabilitas adalah orang yang mempunyai kelemahan atau
kekurangan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan kehidupan dan
penghidupan secara wajar.

2.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006


Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksebilitas Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Penelitian ini berdasarkan Permen PU Nomor 30 tahun 2006 tentang


pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
bahwa Setiap pembangunan lingkungan di luar bangunan harus memperhatikan
pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas ,antara lain: jalur pedestrian, jalur
pemandu, area parkir, ram, serta rambu dan marka.
2.2.1 Jalur Pedestrian
Yang juga biasa disebut dengan trotoar merupakan kawasan jalan
khusus pejalan kaki atau juga orang yang menggunakan kursi roda secara
mandiri, didesain sesuai dengan kebutuhan manusia untuk bergerak yang
aman dan nyaman.
Persyaratan Jalur Pedestrian menurut Permen PU Nomor 30
tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada
bangunan gedung dan lingkungan, yaitu :
1. Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi
tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun
terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm.
2. Perbandingan kemiringan maksimum adalah 1:8 dan pada setiap jarak
maksimal 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.
3. Area istirahat harus menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi.
4. Drainase Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal
1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ram.
5. Ukuran Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah
dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang
rambu-rambu, lubang drainase/gorong-gorong dan benda-benda lainnya
yang menghalangi.
Di Benteng Kuto Besak ini terdapat jalur pedestrian yang sudah
dibuat, tetapi ada yang belum memenuhi syarat menurut permen PU Nomor 30
tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan
gedung dan lingkungan, antara lain :
1. Jalur Pedestrian dilokasi ini masih banyak gundukan dan banyak yang
terputus.
2. Kurangnya kursi untuk istirahat pada jalur pedestrian.
3. Terdapat beberapa pohon yang berada ditengah- tengah jalur pedestrian.

2.2.2 Jalur Pemandu


Merupakan jalur yang digunakan bagi pejalan kaki termasuk
penyandang disabilitas yang memberikan panduan arah perjalanan dan tempat
tertentu.
Persyaratan Jalur Pedestrian menurut Permen PU Nomor 30
tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada
bangunan gedung dan lingkungan, yaitu :
1. Tekstur ubin pengarah bermotif garis-garis menunjukkan arah perjalanan.
2. Tekstur ubin peringatan (bulat) memberi peringatan terhadap adanya perubahan
situasi di sekitarnya/warning.
3. Pemasangan ubin tekstur untuk jalur pemandu pada pedestrian yang telah
ada perlu memperhatikan tekstur dari ubin eksisting, sedemikian sehingga
tidak terjadi kebingungan dalam membedakan tekstur ubin pengarah dan
tekstur ubin peringatan.
4. Untuk memberikan perbedaan warna antara ubin pemandu dengan ubin
lainnya, maka pada ubin pemandu dapat diberi warna kuning atau jingga.
Di Benteng Kuto Besak ini terdapat jalur pemandu yang sudah dibuat,
tetapi ada yang belum memenuhi syarat menurut permen PU Nomor 30 tahun
2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung
dan lingkungan, antara lain :
1. Hampir seluruh jalur pemandunya terputus
2. Jalur pemandu di lokasi ini tidak bisa membuat penyandang disabilitas
kemana-mana terlalu jauh, hanya mengarahkan dijalur itu saja.

2.2.3 Area Parkir


Merupakan tempat parkir kendaraan yang dikhususkan untuk
penyandang disabilitas, dengan luas parkir yang lebar untuk tempat memutar
kursi roda.
Persyaratan area parkir menurut Permen PU Nomor 30 tahun
2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan
gedung dan lingkungan, yaitu :
1. Tempat parkir penyandang cacat terletak pada rute terdekat menuju bangunan atau
fasilitas yang dituju, dengan jarak maksimum 60 meter.
2. Area parkir harus cukup mempunyai ruang bebas disekitarnya sehingga pengguna
berkursi roda dapat dengan mudah masuk dan keluar dari kendaraannya.
3. Area parkir khusus penyandang disabilitas ditandai dengan simbol tanda parkir
penyandang disabilitas yang berlaku.

Tetapi Di Benteng Kuto Besak ini tidak ada tempat parkir untuk
kaum disabilitas, memungkinkan karena sedikitnya pengunjung penyandang
disabilitas yang di lokasi ini. Sehingga lokasi ini kurang untuk dijadikan
tempat wisata penyandang disabilitas karena tidak memenuhi syarat permen
PU nomor 30 tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas
pada bangunan gedung dan lingkungan.

2.2.4 Ram
Merupakan jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan
tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga.
Persyaratan ram menurut Permen PU Nomor 30 tahun 2006
tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung
dan lingkungan, yaitu :
1. Kemiringan suatu ramp di diluar bangunan tidak lebih 6% .
2. Panjang mendatar dari suatu ram dengan perbandingan antara tinggi dan
kelandaian 1 : 8 tidak boleh dari 900 cm.
3. Lebar ram minimumnya 95cm tanpa tepi pengaman dan 120cm dengan tepi
pengaman.
4. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ram harus memiliki tekstur
sehingga tidak licin baik diwaktu hujan

Tetapi Di Benteng Kuto Besak ini tidak ada ramp untuk kaum
disabilitas, memungkinkan karena sedikitnya pengunjung penyandang
disabilitas yang di lokasi ini. Sehingga lokasi ini kurang untuk dijadikan
tempat wisata penyandang disabilitas karena tidak memenuhi syarat permen
PU nomor 30 tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas
pada bangunan gedung dan lingkungan.

2.2.5 Rambu dan Marka


Rambu merupakan simbol atau tulisan yang menunjukan suaru arti
diatas permukaan jalan seperti lempengan-lempengan logam yang betengger
disisi jalan. Sedangkan marka adalah simbol atau tulisan yang menunjukan
suatu arti yang terbaring di badan jalan seperti garis putih melintang atau
membujur.
Persyaratan Rambu dan Marka menurut Permen PU Nomor 30
tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada
bangunan gedung dan lingkungan, yaitu :
1. Rambu harus berupa huruf timbul atau huruf braille dan rambu berpa
gambar agar lebih mudah ditafsirkan. Rambu berupa tanda dan symbol
international.
2. Penempatan rambu dan marka harus bebas pandang dan sesuai pada tempat
yang sudah ditetapkan tanpa ada pengahalang.
3. Ramp yang digunakan harus dilengkapi dengan pegangan rambat atau
handrail yang kuat dan mudah dipegang dengan ketinggian handrailnya
65cm sampai 80cm.

Tetapi Di Benteng Kuto Besak ini juga tidak terdapat rambu dan
marka untuk kaum disabilitas, memungkinkan karena sedikitnya pengunjung
penyandang disabilitas yang di lokasi ini. Sehingga lokasi ini kurang untuk
dijadikan tempat wisata penyandang disabilitas karena tidak memenuhi syarat
permen PU nomor 30 tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan
aksebilitas pada bangunan gedung dan lingkungan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi ini dilaksanakan di Benteng Kuto Besak tepatnya di Jl. Sultan Mahmud
Badarudin, 19 ilir kec. Bukit kecil, kota Palembang, Sumatera Selatan 30113
dekat Rumah Sakit Dr.AK Gani. Pemilihan lokasi ini sudah berdasarkan kriteria
yang sudah diterapkan, dimana disekitar lokasi tersebut terdapat sarana
pendukung seperti rumah sakit, masjid, kantor polisi, pasar, serta kantor pos.

3.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan terhitung dari perencanaan penelitian,
pelaksanakaan hingga pembuatan laporan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


3.3.1 Data Sekunder
Teknik ini dilakukan dengan beberapa hal dari definisi, syarat-syarat
permen pu nomor 30 tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan
aksebilitas pada bangunan gedung dan lingkungan,dan teori-teori terhadap
ruang publik.
3.3.2 Data Primer
Dengan menggunakan Metode observasi partisipatoris sebagai metode
pengamatan dimana peneliti memposisikan dirinya sebagai partisipan
sebagaimana orang lain yang sedang diobservasi. Teknik ini dilakukan
dengan observasi langsung ke lokasi Benteng Kuto Besak Palembang untuk
mendapatkan info dan meniliti secara langsung.

3.4 Teknik Analisa


Analisis dilakukan setelah melakukan survey lokasi tentang keadaan fasilitas
penunjang bagi kaum disabilitas di Benteng Kuto Besak . Penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan suatu metode deskriptif kualitatif, bertujuan
untuk menjelaskan dan mendeskripsikan secara nyata tentang keadaan fasilitas
penunjang bagi kaum disabilitas yang terdapat di Benteng Kuto Besak palembang.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

4. 1 Evaluasi Penelitian
No. Aksesbilitas Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
1. Jalur Pedestrian Karena, Jalur
1. Permukaan jalan harus Pedestrian dilokasi
stabil, kuat, tahan cuaca, ini masih banyak
bertekstur halus tetapi tidak gundukan dan
licin. banyak yang
2. Perbandingan kemiringan terputus, kurangnya
1:8 dengan jarak 900 cm kursi untuk istirahat
dan bagian yang datar pada jalur
minimal 120 cm. pedestrian, dan
3. Area istirahat harus terdapat beberapa
menyediakan tempat duduk pohon yang berada
santai di bagian tepi. ditengah- tengah
4. Drainase Dibuat tegak jalur pedestrian.
lurus dengan arah jalur
dengan kedalaman 1,5 cm.
5. Ukuran Lebar minimum
120 cm (jalur searah) dan
160 cm (dua arah). Jalur
pedestrian harus bebas dari
pohon, tiang rambu-rambu,
lubang drainase/gorong-
gorong dan benda-benda
lainnya yang menghalangi.
2. Jalur Pemandu Karena Hampir
1. Tekstur ubin pengarah seluruh jalur
bermotif garis-garis pemandunya
menunjukkan arah terputus, jalur
perjalanan. pemandu di lokasi
2. Tekstur ubin peringatan ini tidak bisa
(bulat) adanya perubahan membuat
situasi disekitarnya/warning. penyandang
3. Pemasangan ubin tekstur disabilitas kemana-
untuk jalur pemandu pada mana terlalu jauh,
pedestrian yang telah ada hanya mengarahkan
perlu memperhatikan tekstur dijalur itu saja.
dari ubin eksisting,
sedemikian sehingga tidak
terjadi kebingungan dalam
membedakan tekstur ubin
pengarah dan tekstur ubin
peringatan.
4. Ubin pemandu diberi
warna kuning atau jingga.
3. Area Parkir Karena, tidak
1. Tempat parkir terdapat area parkir
penyandang cacat terletak khusus penyandang
pada rute terdekat menuju disabilitas di
bangunan atau fasilitas yang benteng kuto besak
dituju, dengan jarak ini
maksimum 60 meter.
2. Area parkir harus cukup
mempunyai ruang bebas
disekitarnya sehingga
pengguna berkursi roda
dapat dengan mudah masuk
dan keluar dari
kendaraannya.
3. Area parkir khusus
penyandang disabilitas
ditandai dengan simbol
tanda parkir penyandang
disabilitas yang berlaku.

4. Ramp Karena, tidak


1. Kemiringan suatu ramp di terdapat ramp di
diluar bangunan tidak lebih benteng kuto besak
6% . ini
2. Panjang mendatar dari
suatu ram dengan
perbandingan antara tinggi
dan kelandaian 1 : 8 tidak
boleh dari 900 cm.
3. Lebar ram minimumnya
95cm tanpa tepi pengaman
dan 120cm dengan tepi
pengaman.
4. Permukaan datar awalan
atau akhiran suatu ram harus
memiliki tekstur sehingga
tidak licin baik diwaktu
hujan

5. Rambu dan Marka Karena, tidak


1. Rambu harus berupa terdapat rambu dan
huruf timbul dan gambar marka di benteng
agar lebih mudah kuto besak ini
ditafsirkan. Rambu berupa
tanda dan symbol
international.
2. Penempatan rambu dan
marka harus bebas pandang
dan sesuai pada tempat yang
sudah ditetapkan tanpa ada
pengahalang.
3. Ramp yang digunakan
harus dilengkapi dengan
pegangan rambat atau
handrail yang kuat dan
mudah dipegang dengan
ketinggian handrailnya
65cm sampai 80cm.

Dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas


untuk penyandang disabilitas di Benteng Kuto Besak sangat kurang atau
belum efektif untuk dijadikan wisata bagi penyandang disabilitas.
Memungkinkan karena sedikitnya pengunjung penyandang disabilitas yang di
lokasi ini. Sehingga lokasi ini kurang untuk dijadikan tempat wisata
penyandang disabilitas karena tidak memenuhi syarat permen PU nomor 30
tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan
gedung dan lingkungan.
4. 2 Saran Desain untuk Mewujudkan dan Menciptakan Lingkungan
Binaan Bagi Semua Orang termasuk Penyandang Disabilitas
1. Jalur pedestrian
Jalur Pedestrian dilokasi ini masih banyak gundukan dan banyak yang
terputus, kurangnya kursi untuk istirahat pada jalur pedestrian, dan terdapat
beberapa pohon yang berada ditengah- tengah jalur pedestrian. Sehingga
perlunya perbaikan terhadap jalur pedestrian dilokasi Benteng Kuto Besak ini,
dan juga menambahkan beberapa kursi untuk istirahat. Serta, bila perlu
penataan ulang pada jalur pedestrian ini agar dapat memenuhi syarat permen
PU nomor 30 tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas
pada bangunan gedung dan lingkungan agar perpohonan tidak menghalangi
jalur pedestrian yang dikhususkan untuk penyandang disabilitas.

2. Jalur pemandu
Hampir seluruh jalur pemandunya terputus, jalur pemandu di lokasi
ini tidak bisa membuat penyandang disabilitas kemana-mana terlalu jauh,
hanya mengarahkan dijalur itu saja. Sehingga jalur pemandu ini memerlukan
perbaikan ulang agar jalur pemandunya dapat digunakan dengan baik, aman,
dan nyaman.
3. Area Parkir
Tidak terdapat area parkir khusus penyandang disabilitas di benteng
kuto besak ini. Sehingga lokasi ini kurang efektif untuk penyandang disabilitas
.Sebaiknya, Benteng Kuto Besak ini menambahkan area parkir khusus
penyandang disabilitas dengan merancang sesuai syarat permen PU nomor 30
tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan
gedung dan lingkungan.
4. Ram
Tidak terdapat ramp di benteng kuto besak ini. Sehingga lokasi ini
kurang efektif untuk penyandang disabilitas .Sebaiknya, Benteng Kuto Besak
ini menambahkan ram dengan merancang sesuai syarat permen PU nomor 30
tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan
gedung dan lingkungan.
5. Rambu dan Marka
Pada area Benteng Kuto Besak tidak terdapat rambu dan marka.
Sehingga lokasi ini kurang efektif untuk penyandang disabilitas .Sebaiknya,
Benteng Kuto Besak ini menambahkan rambu dan marka dengan merancang
sesuai syarat permen PU nomor 30 tahun 2006 tentang pedoman teknis
fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung dan lingkungan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas untuk
penyandang disabilitas di Benteng Kuto Besak sangat kurang atau belum
efektif untuk dijadikan wisata bagi penyandang disabilitas . Karena fasilitas
yang tidak berfungsi dengan baik sesuai standar yang telah disyaratkan oleh
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 tahun 2006 tentang pedoman
teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung dan lingkungan dan juga
dilokasi ini banyak tidak memiliki kebutuhan untuk penyandang disabilitas .
Benteng Kuto Besak ini memerlukan penataan ulang, memerlukan perbaikan
jalur pedestrian dan pemandunya agar penyandang disabilitas dapat
berkunjung dengan aman, dan nyaman .

5.2 Saran
Dari kesimpulan yang didapatkan, maka sarannya, antara lain :
1. Fasilitas Penunjang untuk penyandang disabilitas harus dipenuhi dan sesuai
standar dengan memperhatikan Permen PU No 30 tahun 2006 tentang
pedoman teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung dan
lingkungan.
2. Penyandang disabilitas harus dapat mewujudkan kemandirian dan
menciptakan lingkungan binaan yang ramah bagi semua orang,
3. Pada Benteng Kuto Besak ini perlu perbaikan dan penataan ulang sesuai syarat
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 tahun 2006 tentang pedoman
teknis fasilitas dan aksebilitas pada bangunan gedung dan lingkungan.

Daftar Pustaka

Peraturan Menteri PU Nomor 05/PRT/M/2008, Tentang Pedoman Penyediaan


dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri PU No 30 tahun 2006, Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan


Aksesabilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Undang-undang No 26 Tahun 2007, tentang tata ruang.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016, tentang penyandang disabilitas.

Peraturan Menteri PUPR No 14/PRT/M/2017, tentang persyaratan kemudahan


bangunan gedung Tarsid,Didi, 2008. Aksesabilitas lingkungan fisik bagi
Penyandang Cacat, Draft Raperda Pelindungan Penyandang Cacat Kota Bandung.
https://www.gatra.com tentang data penyandang disabilitas 30 Juni 2015 diakses
12 Maret 2017

https://id.wikipedia.org/wiki/Parkir_bagi_penderita_cacat diakses 24 Mei 2018

http://m.detik.com+disabilitas&safe diakses 24 Mei 2018


pug-pupr.pu.go.id/_uploads/PP/Permen%20PU-No%2030-2006.pdf

Anda mungkin juga menyukai