Anda di halaman 1dari 34

Retna Dwi Handari

Balai Hiperkes D.I.Yogyakarta


Karena sudah menjalar ke seluruh sektor ekonomi
dan seluruh bidang kehidupan sosial, epidemi
HIV/AIDS merupakan ancaman bagi pertumbuhan
dan pembangunan jangka panjang.

Dampak sosial ekonominya akan sangat akut


apabila kerugian SDM terkonsentrasi pada tenaga
dengan ketrampilan yang langka, profesional dan
pelatihan manajerial yang lebih tinggi

Jumlah meningkat
Sebagian besar mengenai usia produktif
(a) Isu tempat kerja: HIV/AIDS adalah isu
tempat kerja,karena dia mempengaruhi
angkatan kerja, dan karena tempat kerja
dapat memainkan peran vital dalam
membatasi penularan dan dampak
epideminya

(b) Non diskriminasi: Seharusnya tidak ada


diskriminasi atau stigma terhadap pekerja
berdasarkan status HIV yang nyata atau
dicurigai
(c). Kesetaraan gender:Hubungan gender yang
lebih setara dan pemberdayaan wanita
adalah penting untuk mencegah penularan
HIV dan membantu masyarakat mengelola
dampaknya.

(d)Lingkungan kerja yang sehat: Tempat kerja


harus Meminimalkan risiko pekerjaan, dan
disesuaikan dengan kesehatan dan
kemampuan pekerja
(e) Dialogsosial:Kebijakan dan program HIV/AIDS
yang sukses membutuhkan kerjasama dan saling
percaya antara pengusaha, pekerja dan
pemerintah.

(f) Tidak boleh melakukan skrining untuk tujuan


pekerjaan: Tes HIV di tempat kerja harus
dilaksanakan sebagaimana dijelaskan Dalam
kaidah ILO, harus bersifat sukarela dan rahasia,
dan tidak boleh digunakan untuk menskrining
pelamar atau pekerja.

(g) Kerahasiaan : Akses kepada data perseorangan,


termasuk status HIV pekerja, harus dibatasi oleh
aturan dan kerahasiaan yang ditentukan dalam
instrumen ILO yang ada.
(h) Melanjutkan hubungan pekerjaan: Pekerja
dengan penyakit yang berkaitan dengan HIV
harus dibolehkan bekerja dalam kondisi yang
sesuai selama dia mampu secara medik.

(i)Pencegahan: Mitra sosial mempunyai posisi yang


unik untuk mempromosikan upaya pencegahan
melalui informasi, pendidikan dan dukungan bagi
perubahan perilaku.

(j)Kepedulian dan dukungan: Pekerja berhak


mendapat pelayanan kesehatan yang terjangkau
dan mendapat santunan dari jaminan yang
bersifat wajib dan jaminan yang berkaitan
Dengan pekerjaan
.
Adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
penularan HIV dan menanggulangi dampak
negatif HIV/AIDS.

Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan


dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat
kerja.
 Kebijakan
tentang upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS

 Komunikasi kebijakan dengan Pendidikan


latihan

 Perlindunganpekerja dengan HIV?AIDS dari


tindak dan perlakuan diskriminatif

 Menerapkan prosedur K3
 Pengusahadilarang melakukan tes HIV untuk
digunakan sebagai prasyarat suatu proses
rekrutmen atau kelanjutan ststus pekerja
atau kewajiban pemeriksan kesehatan rutin.

 TesHIV hanya dapat dilakukan atas


kesukarelaan dengan persetujuan tertulis
dari pekerja dengan ketentuan bukan
dimaksud seperti diatas.
 Bila
tes HIV dilakukan maka pengusaha wajib
menyediakan konseling kepada pekerja
sebelum dan sesudah dilakukan tes HIV.

 Tes
HIV hanya boleh dilakukan oleh dokter
dengan keahlian khusus.

 Informasiyang diperoleh dari kegiatan


konseling, tes, pengobatan, perawatan, dan
kegiatan lain harus dijaga kerahasiaannya .
No. KEP.20/DJPPK/VI/2005 tentang Petunjuk teknis
Pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di Tempat Kerja
 Komitmen pengusaha untuk mendidik
pekerja tentang HIV/AIDS
 Promosi, Pencegahan
 Kebijakan tertulis
Cakupan :
Penjelasan tentang HIV/AIDS, cara penularan,
cara pencegahan.

Penjelasan tentang IMS sebagai salah satu


faktor risiko terinfeksi HIV/AIDS.

Penjelasan mengenai peraturan perundang-


undangan.
 Perjanjian kerja bersama
 Pekerja atau buruh dengan HIV/AIDS berhak
untuk terus bekerja selama mereka mampu
bekerja dan tidak menimbulkan bahaya
terhadap diri sendiri, pekerja lain dan orang
lain di tempat kerja.
 Pekerja dengan HIV/AIDS hendaknya
bertingak secara bertanggungjawab dengan
mengambil langkah-langkah sewajarnya
untuk mencegah penularan HIV kepada rekan
kerjanya.
 Pekerjadengan HIV/AIDS hendaknya didorong
untuk menginformasikan kepada pengusaha
teeeerhadap ststus HIV jika pekerjaan yang
akan dilakukan menimbulkan potensi risiko
penularan.
 Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan khusus .
 Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja.
 Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair.
 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja.
 Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja.

 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.


 Pendidikan Kesehatan untuk tenaga kerja dan
latihan untuk petugas Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan.
 Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja.
 Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
 Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu
dalam kesehatannya.
 Memberikan laporan berkala tentang Pelayanan Kesehatan Kerja kepada pengurus.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di
tempat kerja selanjutnya disebut dengan P3K
ditempat kerja, adalah upaya memberikan
pertolongan pertama secara cepat dan tepat
kepada pekerja/buruh/ dan/atau orang lain
yang berada di tempat kerja, yang mengalami
sakit atau cidera di tempat kerja.

Petugas P3K di tempat kerja adalah


pekerja/buruh yang ditunjuk oleh
pengurus/pengusaha dan diserahi tugas
tambahan untuk melaksanakan P3K di tempat
kerja.
 Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K
dan fasilitas P3K
 di tempat kerja.
 (2)
 Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat
kerja.
Pasal 3

Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus memiliki lisensi dan
buku kegiatan P3K dari Kepala Instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan
setempat.

(2) Untuk mendapatkan lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan;
b. Sehat jasmani dan rohani;
c. Bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K;
d. memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar di bidang P3K di tempat kerja yang dibuktikan dengan
sertifikat pelatihan.

(3) Pemberian lisensi dan buku kegiatan P3K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dikenakan
biaya.

(4) Pedoman tentang pelatihan dan pemberian lisensi diatur lebih


lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan ketenagakerjaan.

Pasal 4
Petugas P3K dalam melaksanakan tugasnya dapat meninggalkan pekerjaan utamanya untuk
memberikan pertolongan bagi pekerja/buruh dan/atau orang lain yang mengalami sakit atau
cidera di tempat kerja.

Pasal 5
(1) Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), ditentukan berdasarkan
jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja, dengan rasio sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
(2) Pengurus wajib mengatur tersedianya Petugas P3K
pada :
a. Tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter
lebih sesuai jumlah pekerja/buruh dan potensi
bahaya di tempat kerja;
b. Tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung
bertingkat sesuai jumlah pekerja/buruh dan potensi
bahaya di tempat kerja;
c.Tempat kerja dengan jadwal kerja shift sesuai jumlah
pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja.

Pasal 7
(1) Pengurus wajib memasang pemberitahuan tentang
nama dan lokasi P3K di tempat kerja pada tempat
yang mudah terlihat.
(2) Petugas P3K di tempat kerja dapat menggunakan
tanda khusus yang mudah dikenal oleh pekerja/buruh
yang membutuhkan pertolongan.
Pasal 9
(1) Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf a dalam hal :
a. Mempekerjakan pekerja/buruh 100 orang
atau lebih;
b. Mempekerjakan pekerja/buruh kurang dari
100 orang dengan potensi bahaya tinggi.
LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN


TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PER-15/MEN/VIII/2008

TENTANG
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KE
CELAKAAN DI TEMPAT KERJA
 1. kebijakan penyelenggaraan
 2. Sasaran
 3. Tujuan
 4. Tema
 5. Kegiatan
 6. Waktu dan durasi
 7. Penyelenggara

Anda mungkin juga menyukai