Anda di halaman 1dari 30

Disusun oleh :

Inna Nurrohmatul Karimah


1102013135
PENDAHULUAN

Non-
Dermatofitosis
Mikosis
Superfisialis

Dermatofitosis
Non-Dermatofitosis

Pitiriasis versikolor Folikulitis malasezzia

Piedra Tinea Nigra Palmaris


DEFINISI

Pitiriasis versikolor Pitiriasis versikolor adalah infeksi kulit superfisial


kronik, yang tidak memberikan gejala subyektif

Folikulitis Malasezzia adalah penyakit kronis pada


Folikulitis malassezia
kulit folikel pilosebasea

infeksi jamur pada helai rambut, ditandai dengan


Piedra
benjolan sepanjang rambut

Tinea Nigra Palmaris infeksi jamur superfisial yang asimptomatik pada


stratum korneum
Epidemiologi

didaerah tropis, remaja dan dewasa muda,


Pitiriasis versikolor jarang pada anak dan orangtua.

Folikulitis malassezia beriklim hangat dan lembab, mengenai dewasa


muda sampai usia pertengahan.

Piedra didaerah tropis, dapat menyerang pria ataupun


wanita

Tinea Nigra Palmaris daerah tropis dan subtropis. Perbandingan


antara perempuan dan laki-laki yaitu 3:1.
Etiopatogenesis

Malessezia spp miselia


Pitiriasis versikolor Malessezia asam dikarboksilat melanin
metabolit sinar UV lesi hipopigmentasi

Malassezia, dimana dapat tumbuh berlebih dalam


folikel
Folikulitis malassezia folikel pecah reaksi peradangan terhadap
lemak bebas yang dihasilkan lipase jamur klinis
folikulitis.
Etiopatogenesis
Piedra hitam (piedra hortae). Piedra putih, genus
Trichosporon
Piedra Masuk kekutikula rambut, tumbuh mengelilingi
rambut, benjolan rupture patah
rambut.

dematiaceace atau jamur berpigmen hitam-


Hortae werneckii yang biasanya hidup ditanah,
Tinea Nigra Palmaris saliran air dan tanaman busuk. Masa inkubasi 2-7
minggu.
Gejala Klinis

makula berbatas tegas dapat hipopigmentasi,


Pitiriasis versikolor hiperpigmentasi, dan kadang eritematosa dan
berskuama halus (pitiriasiformis).

Folikulitis malassezia papul dan pustule perifolikular berukuran 2-


3mm, dengan peradangan minimal.

Piedra •Piedra hitam


•Pedra putih

Gejala berupa makula coklat sampai hitam,


Tinea Nigra Palmaris berbatas tegas tidak bersisik
Diagnosis
Pemeriksaan lampu Wood untuk melihat
Pitiriasis versikolor flouresensi kuning keemasan akan membantu
diagnosis klinis

Folikulitis malassezia Menemukan kelompok sel ragi dan spora bulat


atau blastospora

•Piedra hitam dengan larutan KOH, hifa coklat-


hitam.
Piedra
•Piedra putih anyaman hifa yang tersusun
kurang regular

Tinea Nigra Palmaris kerokan kulit dan biakan


Diagnosis Banding

Pitiriasis versikolor Folikulitis malassezia

Pitiriasis alba Akne vulgaris : tidak gatal


Eritrasma Folikulitis bacterial
Vitiligo Folikulitis eosinofilik
Erupsi akneiformis.

Piedra Tinea Nigra Palmaris

Pediculosis Dermatitis kontak


Tinea kapitis Nevus junctional
Dermatitis. Sifilis
Melanoma
Tatalaksana
Pitiriasis versikolor
obat topikal :
Selenium sulfide : sampo 1,8%, 15-30 menit setiap hari kemudian dibilas.
losio 2,5%, 15-30 menit setiap hari kemudian dibilas.
Ketokenazol : sampo 2%
Natrium hiposulfit : 20%
Solusio propilen glikol : 50%

Obat sistemik :
Ketokenazol : 200mg/hari, 5-10 hari.
Itrakinazol : 200mg/hari, 5-7hari.

Tinea Nigra Palmaris

Salep salisil sulfur


Salep tinctur jodii.
Tatalaksana
Folikulitis malassezia
Antimikotik oral :
Ketokenazol : 200gr/hari, selama 4 minggu
Trakonazol : 200gr/hari, selama 2 minggu.
Fluconazol : 150gr/ minggu, selama 4 minggu.

Antimikotik topikal :
Sampo ketokenazol atau selenium sulfide

Piedra

Memotong rambut yang terkena infeksi


Larutan subllimat 1/2000/hari
Ketokenazol sampo.
Prognosis
Perjalanan penyakit
Pitiriasis versikolor berlangsung kronik,
namun umumnya
memiliki prognosis baik

Secara umum
Folikulitis malassezia prognosis baik dan
dapat sembuh

Secara umum
Piedra
prognosis baik

Jika tidak diobati


Tinea Nigra Palmaris akan menjadi kronik.
GAMBAR

Pitiriasis
Versikolor

Folikulitis
malassezia
GAMBAR

Piedra hitam
dan piedra putih

Tinea nigra
palmaris
Dermatofitosis
Definisi

Dermatofitosis merupakan infeksi jamur superfisial genus dermatofita.

Etiologi
Dermatofitosis disebabkan jamur dermatofita yang memilki sifat mencernakan
keratin dan termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi menjadi tiga yaitu,
Microsporum, trichophyton, Epidemophyton.
Tinea barbae

Tinea Kapitis Tinea Kruris

KLASIFIKASI

Tinea korporis Tinea Unguium

Tinea pedis et
Manum
Gejala Klinis

Grey patch ringworm

Tinea Kapitis Kerion

Black dot ringworm

Bentuk interdigitalis
Tinea pedis et
Manum Moccasin Foot

Bentuk subakut
GAMBAR
Tinea Kapitis

Tinea pedis et
Manum
Gejala Klinis

Onomikosis subungual
distal (OSD)

Tinea Unguium Onomikosis subungual


proksimal (OSP)

Onomikosis superfisial
putih (OSPT)

Tinea Kruris bercak hitam disertai


sedikit sisik
Gejala Klinis
Berupa lesi bulat atau lonjong,
berbatas tegas terdiri atas eritema,
skuama, kadang dengan vesikel dan
papul ditepi.

Diawali dengan bentuk papul


berwarna coklat yang perlahan-
Tinea korporis
lahan menjadi besar. Stratum
korneum bagian tengah ini terlepas
dari dasarnya dan melebar.

Bentuk lain tinea korporis yang


disertai kelainan dirambut yaitu
tinea favosa.

berupa papul eritematous atau


pustule yang ditengahnya terdapat
Tinea barbae
folikel rambut. Kadang terlihat krusta
eksudasi, rambut yang terkena rontok
dan mudah tercabut.
Tinea Unguium Tinea Kruris
Tinea korporis

Tinea barbae
Penunjang Diagnosis

1. Pemeriksaan mikologi untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis


berupa kerokan kulit, rambut dan kuku. Terlebih dahulu tempat kelainan
dibersihkan dengan spiritus 70%, kemudian untuk:
Kulit tidak berambut
Kulit berambut
Kuku

2. Pemeriksaan sediaan basah dengan larutan KOH.


3. Pemeriksaan dengan pembiakan dilakukan dengan menanamkan bahan
klinis pada media buatan yaitu medai agar dextrose sabouraud dan dapat
ditambahkan antibiotic (kloramfenikol) atau klorheksimid.
Diagnosis banding

 Dermatitis
 Kandidosis
 Sifilis II
 Dermatitis seboroik
 Psoriasis
 Pitiriasis rosea
 Eritrasma
 Sikosis barbe
 Alopesia areata
Pengobatan

Griseofulvin : dosis 0,5-1gr untuk orang dewasa


dosis 10-25 mg/kgBB/hari diberikan selama 1-2 kali
sehari
Ketokenazol : dosis 200mg/hari
Itrakonazol : dosis 200-400mg/hari
Terbinafin : dosis 250mg/hari
Daftar Pustaka

1. Bramono K, Budimulja U, Widaty S, Dermatomikosis, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Indonesia,
Edisi ke-7, Cetakan ke 1, Jakarta, 2015, hal103-109.
2. Jacinto-Jamora S, Tamesis J, Katigbak ML. Pityrosporum folliculitis in the Philippines: diagnosis, prevalence, and
management. J Am Acad Dermatol. 1991 May. 24(5 Pt 1):693-6.
3. Gupta AK, Batra R, Bluhm R, Boekhout T, Dawson TL Jr. Skin diseases associated with Malassezia species. J Am Acad
Dermatol. 2004 Nov. 51(5):785-98. Pada tanggal 22 februari 2018 https://emedicine.medscape.com/article/1091037
4. Fischman O. Black piedra among Brazilian Indians.Rev Inst Med Trop Sao Paulo. 1973 Mar-Apr. 15(2):103-6. Pada tanggal
22 februari 2018 https://emedicine.medscape.com/article/1092330
5. Obana Y, Sano M, Jike T, Homma T, Nemoto N. Differential diagnosis of trichosporonosis using conventional
histopathological stains and electron microscopy. Histopathology. 2010 Feb. 56(3):372-83.
6. Perez C, Colella MT, Olaizola C, Hartung de Capriles C, Magaldi S, Mata-Essayag S. Tinea nigra: report of twelve cases in
Venezuela. Mycopathologia. 2005 Oct. 160(3):235-8. Pada tanggal 22 februari 2018
https://emedicine.medscape.com/article/1092976
7. Baligni K, Vardi VL, Barzegar MR et al. Extensive tinea corporis with photosensivity.: case report. Indian J. Dermatol
2009,54:57-59. Pada tanggal 23 februari 2018 http://www.kalbemed.com/portals/6/12_183dermatofitosis.pdf
8. Ameen M. Epidemiology of superficial fungal infection. Clin in Dermatol 2010;3:197-201. Pada tanggal 23 februari 2018
https://ejournal.unair.ac.id/BIKK/article/download/5561/3403
9. Adiguna MS. Epidemiologi dermatomikosis di Indonesia. Dalam: Ervianty E, Suyoso S, Widaty S, Indriatmi W, Bramono K,
Ramali LM, editor. Dermatomikosis superfisialis. Edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 2013. h.1-8.
10. Hay RJ, Ashbee HR. Mycology. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors.Rook’s Textbook of Dermatology. 8th
ed. NewYork: Blackwell Publishing. 2010. p.1657-49.
11. Menaldi SL, Novianto E, Sampurna AT, Atlas Berwarna dan Sinopsis, Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2015. Jakarta . hal 66.

Anda mungkin juga menyukai