3 5 80 +1, +2 — —
Metode pematangan serviks :
• Farmakologi
– PROSTAGLANDIN E2 (Dinoprostone)
– PROSTAGLANDIN E1 (misoprostol)
– Donor Nitrit Oksida (NO)
– Oksitosin
• Mekanik
– Foley kateter dengan atau tanpa EASI
– Dilator Higroskopik cervical (Laminaria)
– Striping Membran
– Amniotomi
PROSTAGLANDIN E2 (Dinoprostone)
• Prepidil
– Sediaan
• bentuk gel (Prepidil) syringe
2,5ml mengandung 0,5 mg
untuk pemberian intraservikal.)
– Pemberian
• Dengan posisi supinasi,
dikeluarkan tepat dibawah
ostium uteri internum.
• tetap pada posisi tersebut
hingga 30 menit.
• Dosis dapat diulangi setiap 6
jam, dengan maks 3 dosis dalam
24 jam.
PROSTAGLANDIN E2 (Dinoprostone)
• Cervidil
– Sediaan
• Alat tersebut dapat
melepaskan prostaglandin E2
secara lambat-0,3 mg/jam
– Pemberian
• dosis tunggal pada posisi
tranversal pada fornix
posterior vagina.
• Pasien posisi terlentang 2
jam. Alat tersebut dapat
dilepaskan setelah 12 jam
atau ketika inpartu.
Protaglandine
• Perlu pemantauan denyut jantung janin dan aktivitas
kontraksi uterustakisitole uterus
• Bernstein dkk, miller dkkkontraksi timbul pada jam
pertama dan menunjukkan puncak aktivitas dalam 4
jam pertama.12-13
• Perry dan LeaphartPemberian intavaginal dapat
menyebabkan proses persalinan lebih cepat dibanding
intraservikal (11,7 vs 16,2 jam).14
Efek Samping
• Brindley dan Sokol (1988) bahwa takisistole uterus
terjadi pada 1-5% wanita yang telah menerima
prostaglandin E2 didalam vagina.16
• American College of Obstetricians and Gynecologists
(ACOG) peningkatan aktivitas uterus
– Uterus takisistol 6 kontraksi dalam periode 10 menit.
– Uterus hipertonus sebuah kontraksi yang bertahan
selama lebih dari 2 menit
– Uterus hiperstimulasi keadaan yang berimbas pada
pola denyut jantung janin yang nonreassuring
Jika terjadi hiperstimulasi uterus alat yang
mengandung prostaglandin tersebut.
Kontra indikasi terhadap penggunaan agen
prostaglandin adalah asma, glaucoma, peningkatan
tekanan intraokular.
PROSTAGLANDIN E1
Sediaan
tablet 100µg dan 200µg
Pemberian
The American College of Obstetricians and Gynecologists
merekomendasikan penggunaan dosis 25 µg untuk
pematangan serviks
Sanchez-Ramos dkkMisoprostol mengurangi kebutuhan
induksi oksitosin dan menurunkan jangka waktu antara induksi
dengan persalinan.18
Wing dkk misoprostol 50 µg intravaginal peningkatan
uterus takisistole, pengeluaran mekoneum, dan aspirasi
mekoneum bila dibandingkan dengan gel prostaglandin E2.20
Wingdrim dkk pemberian misoprostol oral
memiliki efektifitas sama dengan pemberian
intravagina dalam pematangan serviks.23
Menurut beberapa penelitian dilaporkan bahwa
keefektifitasan pemberian misoprostol oral dengan
dosis 100 µg sama dengan dosis 25 µg intravagina.24-25
Induksi pada BSC
wing dkk Ruptur uterus akibat pemberian
prostaglandin E1 terhadap wanita dengan riwayat
section caesar.21
Plaut dkk kejadian ruptur uterus: 5 dari 89 wanita (6
%) BSC dan diinduksi dengan misoprostol
dibandingkan dengan 1 dari 423 wanita tidak diberikan
misoprostol namun ruptur uterus.22
Induksi persalinan dengan Prostaglandin
E1
Hofmeyer dan Gulmezoglu (2007) pemberian
misoprostol intravagina + oksitosin lebih superior
daripada oksitosin saja untuk induksi.
Lin dkk (2005) dan lo dkk (2003), pemberian
misoprostol 100 µg oral atau 25 µg misoprostol
intravagina sama efektif oksitosin intravena dalam
induksi wanita hamil aterm dan KPD atau serviks
matang.26-27
DONOR NITRAT OKSIDA (NO)
Nitrat oksida mediator pematangan serviks.
Metabolit NO yang ada di serviks meningkat pada
awal permulaan kontraksi uterus.
Bullarbo dkk menilai rasionalisasi dan penggunaan
donor NO yaitu isosorbid mononitrat dan gliseril
trinitrat.
Isosorbid mononitrat menginduksi cyclo-oksigenase 2
di serviks serta merangsang perubahan ultrastruktur
serupa dengan pematangan serviks spontan.28
Chanrachakul dkk dan osman dkkdonor NO tidak
seefektif prostaglandin E2 dalam pematangan
serviks.29-30
TEKNIK MEKANIK
Foley kateter dengan atau tanpa EASI
Dilator Higroskopik cervical (Laminaria)
Striping Membran
Amniotomi
Foley kateter transervikal
Tekanan ke arah bawah
yang diciptakan melalui
tempelan kateter ke paha
dapat menunjang
pematangan serviks.
kateter dengan atau
tanpa infuse salin
kontinyu kematangan
serviks + stimulasi
kontraksi
chung dkk (2003) perbandingkan misoprostol
intravagina, kateter foley ekstra amnion + 30 ml
cairan atau keduanya pada 135 wanita.31 Hasil ketiga
grup tersebut adalah sama dan tidak didapatkan
keuntungan bila menggabungkan kedua teknik diatas. 31