Anda di halaman 1dari 44

Etika Penyelenggara Negara

Apa
Itu
Etika
?
ETIKA
ETHICS:
An established set of
principles held by
individuals and/or groups
that pertains to what
behavior is good or bad,
right or wrong
(Schoderbeck, Glossary,1988)

‘Values in contex’ and are a


system of values and
principles by which human
intention and behaviour
(outcomes) may be judged
good or bad (desirable or
undesirable) (Cartwright,
1999)
Pengertian Etika
1. Ihwal apa yang baik dan apa yang buruk dan
ihwal hak dan kewajiban moral;
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008)


Etika

“…. Moral (ethical) is normative. Normative


statements refer to what is believed to be good or
bad, they are value judgments …. They state what
one believes to be good and what ought to be,
not what (it) is.”

(John O’Manique)
ETIK SEBAGAI PRAXIS
Kegunaan Etika Dalam
Penyelenggaraan Negara
1. Untuk menciptakan pemerintahan yang efektif
dan efisien
2. Untuk mencegah penyalah gunaan sumber daya
negara bagi kepentingan pribadi atau golongan
3. Untuk mendorong pengutamaan kepentingan
masyarakat daripada kepentingan pribadi atau
golongan
Siapa Penyelenggara Negara

Pejabat Negara yang menjalankan fungsi Eksekutif,


Legislatif, atau Yudikatif dan pejabat lain yang fungsi
dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku

(UU 28 Tahun 1999)


Amanat Penerapan Etika
1. Tap MPR No. X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok
Reformasi Pembangunan dalam Rangka
Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan
Nasional Sebagai Haluan Negara
2. Tap MPR No. V/MPR/2000 Tentang Pemantapan
Persatuan dan Kesatuan Nasional
3. Tap MPR No. VI/MPR/2001 Tentang Etika
Kehidupan Berbangsa
4. Tap MPR No. VIII/MPR/2001 Tentang
Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan
Pencegahan KKN
• ETIKA ADALAH ILMU TENTANG PERILAKU
MANUSIA
ETIKA PENYELENGARA NEGARA
Etika adalah ilmu tentang perilaku manusia,
prinsip-prinsip tentang tindakan moral yang
baik dan benar Penyelenggara negara adalah
pejabat negara yang menjalankan fungsi dan
tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Etika penyelenggaraan negara adalah sebagai
nilai-nilai moral dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi penyelenggara negara
dalam mengatur tingkah lakunya, tujuan etika
penyelenggara negara adalah untuk
menciptakan nilai moral yang baik. Etika harus
benar-benar dimiliki dan diterapkan oleh
setiap penyelenggara negara, sebagai modal
utama penyelenggara negara pada
menjalankan tugas.
Jadi, Etika yang baik akan mencerminkan
perilaku yang baik, sedangkan etika yang buruk
dan mencerminkan perilaku yang buruk.
ETIKA ORGANISASI/PUBLIK
(SALAMOEN SOEHARYO & AYA SOFIA ,2001:16)

Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang


menunjukkan kesediaan dan kesanggupan
seseorang secara sadar untuk menaati
ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku
dalam suatu kelompok masyarakat atau
organisasi. Etika organisasi menekankan
perlunya seperangkat nilai yang dilaksanakan
setiap orang anggota. Nilai-nilai tsb berkaitan
dgn pengaturan bagaimana seharusnya
bersikap dan berperilaku dengan baik seperti
hormat, jujur, adil dan bertanggungjawab.
DIMENSI ETIKA PUBLIK
Tujuan:
layanan
publik yang
memuaskan
publik
Modalitas:
Tindakan :
netralitas,
integritas
sumpah
publik/ public
jabatan,
trust
akuntabilitas

Etika
publi
k
TUNTUTAN ETIKA PUBLIK DAN KOMPETENSI

Kompetensi
teknis:norma
hukum, mgt
kegiatan, mgt
sumberdaya

Etika publik

Kompetensi
leadership:
Kompetensi
penilaian &
etika: komitmen
penetapan
nilai, komitmen
tujuan,
moral, etika
manageraial
organisasi
skill, human
relation
ETIKA ≠ MORAL

Dalam
bahasa
sehari-
hari, etika
sering
disamakan
dengan
moral. Memukul seorang perempuan,
tidak beretika atau tidak
bermoral ?
DEFINISI MORAL:

Moral=
Ajaran
tentang apa
yang dilarang
dan apa yang
wajib
dilakukan
oleh manusia
supaya bisa
menjadi baik.
CONTOH
 Contoh Moral: aturan
& hukum agama, MORAL
hukum adat,
wejangan tradisi
leluhur, nasehat
orang tua, ajaran
ideologi, dll.
 Sumber moral: tradisi,
adat, agama, ideologi
negara, dll.
 Etis = Tindakan
yang
berhubungan
dengan
tanggungjawab
moral.
 Misalnya:
Perbuatannya
tidak etis atau
perbuatannya
etis.
IMMORAL:
 Immoral
adalah
tindakan
yang
bertentangan
dengan
moralitas
atau tindakan
Anak ini melakukan yang melawan
tindakan yang immoral ajaran moral.
MENGAPA ETIKA DIPERLUKAN
AGAMA
4.Etika
memungkinkan
dialog antar
agama. Etika
dapat menjadi
dasar bagi
kerjasama
agama.
T
INTERNALISASI STANDAR ETIKA PUBLIK

• Legalitas dengan sanksi sosial yang


konkrit, tegas dan lugas
• Pemodelan melalui role model dari
kepemimpinan yang bermoral (role
model)
• Pendidikan keluarga (fam values)
sangat strategis mengingat etik
merupakan suatu pembenaran
moral yaitu penentuan standar
moralitas, perilaku dan
tanggungjawab moral organisasi
dan masyarakat mengingat tidak
ada ketentuan sistem nilai yang
dirumuskan tanpa etik, dan perlu
dimulai dari keluarga.
INTERNALISASI STANDAR ETIKA PELAYANAN PUBLIK
(VERSI UNDANG-UNDANG 25 TAHUN 2009)

Etika pelayanan publik:


• Kepentingan umum’
• Kepastian hukum,
• Kesamaan hak,
• Keseimbangan hak dan
kewajiban,
• Profesionalisme,
• Partisipasi,
• Persamaan perlakuan,
• Keterbukaan ,
• Fasilitas dan perlakuan khusus
bagi kelompok rentan,
• Tepat waktu dan cepat, mudah
dan terjangkau
NILAI-NILAI DALAM KEBIJAKAN PUBLIK
(DENHARDT DALAM YEREMIAS, 2008)

 Substansi dari kebijakan publik harus


memenuhi six great ideas:
 Kebenaran (truth)

 Kebaikan (goodness)

 Keindahan (beauty)

 Kebebasan (liberty)

 Kesamaan (equality)

 Keadilan (justice)
PEMBINAAN ETIKA PUBLIK PADA PNS
 Empat hal pokok yang perlu dilakukan untuk
menegakkan etika oleh administrator publik:
1. Melalui pelatihan atau pencerahan secara terus
menerus (sustainability),
2. Melalui pemeriksaan (audit) kinerja
implementasi etik dalam memberikan layanan
publik,
3. Melalui penyelidikan atau pemantauan
terhadap kemungkinan penyimpangan etik
dalam layanan publik,
4. Melalui pengendalian/pengawasan (control)
yang intensif terhadap pelanggar etika publik.
Note: ingat teori X dari Douglas McGregor.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI
INTERNALISASI ETIKA PUBLIK

Joan Husada (2002) mencatat beberapa


faktor yang berpengaruh pada tindakan-
tindakan tidak etis dalam sebuah
institusi publik antara lain:

 Kebutuhan individu
 Tidak adanya pedoman

 Perilaku dan kebiasaan individu

 Lingkungan tidak etis

 Perilaku atasan
AKTUALISASI STANDAR ETIKA PUBLIK

Filosophis:
jujur, adil, dan
benar

Adat:
Agama:
manusia sbg
mahluk
Landasa emosional
kekeluargaan
sempurna
n etik dan
musyawarah

Ideologi:
kebersamaan
kekeluargaan
gotong royong
TUNTUTAN MORALITAS BAGI PEJABAT PUBLIK

Birokrasi Publik seyogyanya memerhatikan


apa yang menjadi komitmen dalam etik yang
ditetapkan:
 Sebagai abdi masyarakat,

 Sebagai perekat pemersatu bangsa,

 Sebagai pengemban netralitas,

 Sebagai penengah konflik dalam masyarakat

 Sebagai pengemban kesetiaan/loyalitas pada


tugasnya selaku pemberi jasa layanan
publik.
HAMBATAN DALAM AKTUALISASI STANDAR ETIKA PUBLIK

Masih kentalnya pengaruh feodalisme,


patrimonial dan ketidaknetralan (depolitisasi
birokrasi).

Masih maraknya gratifikasi (pemberian uang jasa


pada paska pelayanan publik) dan upeti
dilingkungan birokrasi antara atasan dan
bawahan.

Masih belum diterapkannya seleksi pejabat


birokrasi berbasis kompetensi yang dilakukan
melalui uji kelayakan/ kompetensi oleh lembaga
jasa yang independen dan masih tertutupnya
birokrasi Pem/Pemda oleh akses kalangan
profesional.
REKOMENDASI: PENEGAKAN STANDAR ETIKA PUBLIK

Penerapan etik
memuaskan publik
(customers satisfaction) ,
seperti di sektor privat,

Perlunya
lembaga Terbukanya
asessor akses
dilingkunga pimpinan
n institusi birokrasi
publik publik bagi
pemberi kalangan
jasa profesiona
layanan l,
publik

Optimalisasi Penetapan
standar mutu layanan
(standar Nasional/SNI
dan internasional/ISO),
REKOMENDASI: SEKTOR PRIVAT
1. Kembangkan ‘persaingan’ dengan sektor
publik dalam melayani publik dengan etika
kepuasan pelanggan (customers
satisfaction),
2. Pengenaan reward and punishment yang
proporsional sebagai ‘pembelajaran’ bagi
sektor publik/institusi pelayanan publik,
3. Tidak melakukan pembiaran dalam
menerima perlakuan yang melanggar etika
keadilan, persamaan dan kepastian usaha/
kepastian hukum (obyek paling dekat
dengan layanan perijinan dan perpajakan
yang diakses dari sektor publik)
REKOMENDASI: MASYARAKAT
1. Menuntut dibukanya ruang publik untuk
menyalurkan aspirasi yang berhubungan
dengan ketidakjelasan implementasi etika
publik dalam pelayanan publik (melalui talk
show atau open house secara periodik),
2. Mengembangkan akses dalam perumusan
kebijakan publik melalui peningkatan proporsi
yang pasti dan cukup dalam keputusan pejabat
publik yang menegaskan keberpihakan pada
masyarakat (melalui Musrenbang di berbagai
tingkatan pemerintahan),
3. Memperkaya potensi SDM berbasis kepakaran
dalam berbagai LSM yang constraint pada
urusan publik (korupsi, pendidikan,
kesehatan, lingkungan dsb) sebagai bentuk
check and balances dalam mengkritisi
kebijakan publik.
EVALUASI, SUDAHKAH TERCAPAI:
Standar Etika Publik tetap
Standar etika publik sebagai
relevan sepanjang di
seperangkat nilai yang dapat
selaraskan dengan Nilai-nilai
diaktualisasikan dari nilai
moral dari filsafat, agama,
moral maupun norma hukum
adat, hukum, dan sosial yang
yang berlaku bagi anggota
berubah sesuai tuntutan
institusi publik
waktu, ruang dan materinya

Implementasi Standar etika Tuntutan kemampuan dari


publik sebagai syarat dalam administrator publik dalam
membangun integritas implementasi standar etika
institusi publik diwujudkan publik di lakukan melalui
melalui konsensus oleh ineraksi antar dan inter
seluruh anggota institusi anggota institusi publik
publik

Implementasi Standar etika


Standar kompetensi bagi publik sebagai formula yang
pejabat publik akan tercapai intangible dapat dipantau dari
manakala kepuasan dalam seberapa jauh para
pelayanan publik dirasakan administrator publik mampu
oleh masyarakat maupun mengelola kegiatan dengan
kepuasan internal organisasi melibatkan anggotanya
publik dengan tanpa konflik
horisontal dan vertikal
Sekian, dan
Terima kasih
PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK
(PELAYANAN PRIMA)
1. Managing Change (melakukan
Perubahan)
2. Embracing technology (mengadopsi
ICT)
3. Responding to the market (peka
terhadap aspirasi konsumen)
4. Putting the customers first
(memberikan tempat utama bagi
konsumen/memanjakan konsumen)
PERMASALAHAN SUBSTANSIAL
 Merrit system sudah saatnya
pemerintahan sipil berdasarkan DUK
(Daftar Urutan Kompetensi), dengan
resiko mengabaikan kepangkatan untuk
jabatan struktural,
1. Kesulitan mengkoordinasikan OPD
teknis karena terganjal status
eselonering;
2. Keengganan outsourcing karena
orientasi birokrasi pemerintah padat
karya, bukan padat modal (capital
intensive)/tidak siap bersaing sehat.
3. Otonomi Daerah masih dipandang
Kab/Kota sebagai bawahan, padahal
KOMPETENSI
1. ‘Doktrin’ usang bahwa setiap pegawai harus siap
ditempatkan dimanapun adalah melanggar HAM!
(menyangkut kompetensi, minat dan talenta)
2. Disiplin tidak identik dengan baju seragam, apel,
patuh perintah pimpinan dan bekerja
berdasarkan aturan. Tetapi disiplin adalah
kinerja (produktivitas, inovasi dan kreativitas
:dari rule driven menuju mission driven!)
3. Gratifikasi adalah perbuatan korupsi, jadi
sanksinya bukan dipindahkan tetapi diserahkan
ke Pengadilan karena melanggar pasal 12 (b)
Undang-undang No.20 tahun 2001.
4. Perlu memertimbangkan good corporate
Government dan community owned the government
SIMULASI INTERNALISASI DAN AKTUALISASI
STANDAR ETIKA PUBLIK
no Pernyataan

1 Menurut sdr mengapa seseorang


melakukan korupsi?
2 Apakah perubahan sebagai beban atau
harapan?
3 Pimpinan yang adil, apakah beretika?

Anda mungkin juga menyukai