Anda di halaman 1dari 58

REFERENSI : MC. DONALD, RE AND DAVID.

R AVERY : DENTISTRY FOR THE


CHILDREN AND ADOLESCCENT. 10 ED. MOBSY. P 287
SEGITIGA PERAWATAN GIGI ANAK
 AADP menegaskan bahwa behaviour guidance
 bukan tujuan “menghadapi” prilaku anak 
akan tetapi, membangun komunikasi dan
kerjasama.

1975

2013
Society
REFERENSI : MC. DONALD, RE AND DAVID. R AVERY : DENTISTRY FOR
Ex : Informed Consent THE CHILDREN AND ADOLESCCENT. 10 ED. MOBSY. P 287
 Perawatan org dewasa :
dokter- pasien (one to
one relationship)

 Perawatan untuk anak :


hub antara dokter gigi-
anak- ortu/wali (one to
two relationship)

 Adanya hubungan
timbal balik

REFERENSI : MC. DONALD, RE AND DAVID. R AVERY : DENTISTRY FOR THE CHILDREN AND
ADOLESCCENT. 10 ED. MOBSY. P 287
Dokter Gigi
REFERENSI : MC. DONALD, RE AND DAVID. R AVERY : DENTISTRY
FOR THE CHILDREN AND ADOLESCCENT. 10 ED. MOBSY. P 287

 Harus dapat menciptakan komunikasi


interpersonal dgn ps anak atau orang tua, dg
syarat :

Positiveness (sikap positif)

Supportiveness (sikap mendukung)

Equality (keseimbangan antara pelaku komunikasi)

Openess (sikap keterbukaan)


Orang Tua
Over protected

Rejection (penolakan)

Over anxiety (terlalu cemas)

Over indulgence (terlalu dimanjakan)

Under affection (kurang kasih sayang)

REFERENSI : MC. DONALD, RE AND DAVID. R AVERY : DENTISTRY FOR THE CHILDREN AND
ADOLESCCENT. 10 ED. MOBSY. P 287
Komunikasi Dokter Gigi
dengan Anak- Orang Tua

• Dokter menghadapi Pasien dan


Keluarga dengan:
- ‘Sadar’
- Realistik
- Obyektif
- Proporsional
- Empati
Hubungan Pasien – Dokter : Sangat Penting
 Menentukan Langkah selanjutnya
 Pada pertemuan pertama sering hanya
untuk rapport

CARA MELAKUKAN
ANAMNESIS :
- Auto-anamnesis lebih dulu
- Komunikasi interpersonal
yang baik
KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Komunikasi: Suatu proses berita /informasi /pesan


melalui
pancaindera
partisipasi
manfaat (+)

syarat komunikasi yang baik meliputi, a.l. :


1. mendengarkan yang baik
2. terampil bertanya
3. mengenal kondisi emosional ps
SYARAT MENDENGARKAN
YANG BAIK
1. Tatap muka
2. Jangan menyela/sering bertanya
(sabar)
3. Tunjukkan ketertarikan
4. Empati
5. Bereaksi secara wajar
6. Tidak berprasangka
7. Mampu menangkap arti pembicaraan
yang tersurat dan tersirat
DENGAN HUBUNGAN PASIEN –
DOKTER - KELUARGA YANG BAIK
 Partisipasi aktif dari pasien dan keluarga: lebih
compliance, perubahan perilaku
 Manfaat didapatkan
 Untuk segala keadaan dan usia pasien dan
keluarga
TERIMAKASIH
American Psychiatric Association (1964)
Rasa cemas didefinisikan sebagai kekhawatiran,
ketegangan atau ketidaktenangan yang mendasari
antisipasi terhadap bahaya yang sumbernya tidak
diketahui atau dikenali. Terutama yang bersumber dari
intrapsychic (timbul, terjadi, atau terdapat didalam
pikiran), dibedakan dari rasa takut yang merupakan
respon emosional terhadap pengenalan secara sadar dan
biasanya ancaman atau bahaya eksternal. Rasa cemas dan
rasa takut diiringi dengan perubahan fisiologis yang sama.
Dianggap sebagai patologik ketika mengganggu
keefektifan hidup, keinginan mencapai tujuan atau
kepuasan atau kenyamanan emosional yang layak.
Rasa Cemas Rasa Takut

• Reaksi antisipasi terhadap • Emosi natural berdasarkan pada


ancaman yang tidak realistis atau persepsi ancaman yang nyata
nyata
• Berhubungan dengan objek
• Tidak terikat dengan objek speisifik
• Perasaan ketakutan lebih • Menggambarkan reaksi terhadap
nonspesifik stimulus ancaman spesifik dari
luar
• Menggambarkan keadaan dimana
seseorang bersiap-siap • Reaksi emosional natural
menghadapi sesuatu yang akan terhadap stimulus ancaman pada
terjadi situasi perawatan dental
• Berhubungan dengan kondisi yang
abnormal
FRANK (1962)
Skala 1 : Sangat Negatif (--)
• Menolak perawatan
• Menangis keras
• Ketakutan
• Perilaku lain yang sangat negatif

Skala 2 : Negatif (-)


• Ragu-ragu menerima perawatan
• Tidak kooperatif
• Sikap negatif lain tapi tidak
diungkapkan, diam, cemberut, dan
tidak mau berkomunikasi
LABELING PERILAKU KOOPERATIF ANAK (MENURUT WRIGHT)

1. Kooperatif
• Sebagian besar anak-anak
kooperatif dengan
suasana dental
• Anak-anak kooperatif
akan merasa rileks
• Ketakutan minimal
• Bergairah dan
bersemangat
• Anak – anak kooperatif
dapat diberikan pendekan
TSD
• Dokter gigi dapat
melakukan perawatan
secara efektif dan efisien
a. Perilaku Tidak Terkontrol
• Pada anak usia 3-6 tahun
• Terutama pada kunjungan
3. Potensial Kooperatif pertama kali ke drg
• Bisa pada anak-anak • Ciri :
yang sehat atau kelainan
(berkebutuhan khusus / - Menangis keras
handicapped) tapi - Berteriak
mungkin untuk - Sangat ketakutan
kooperatif jika
dimodifikasi perilakunya - Bentuk perilaku infantil /
kekanak-kanakan
• Terkadang ditemukan pada
anak-anak lebih tua (usia
sekolah), karena mencontoh
perilaku orang dewasa atau
saudara kandung yang lebih
b. Perilaku Menentang - Biasanya pada anak yang
lebih tua, menginjak
• Pada semua usia, paling
remaja, karena di rumah
sering usia sekolah
memiliki kebebasan untuk
• Sering mengatakan saya mengatakan suka atau
tidak mau tidak suka
• Perilaku = dirumah, karena - Tidak mau merespon
orang tua kurang tegas / secara verbal
memberi batasan - Miskomunikasi dengan drg
• Juga disebut keras kepala, - Menolak saat dilakukan
anak manja pemeriksaan
• Juga bisa berupa - Bahasa tubuhnya
menentang pasif menggambarkan perilaku
menentang
- Menghindari kontak mata
dengan drg
c. Perilaku Malu / Takut
• Perilaku negatif yang
paling ringan
• Biasanya berlindung
dibelakang orang tua
• Terkadang merengek dan
mengusap tangan ke mata
untuk menahan airmata
• Beberapa alasan anak
pemalu :
- Keluarga overprotektif
terhadap anak di rumah
- Anak-anak yang tinggal di
pedalaman, jarang
bertemu orang asing
e. Perilaku Merengek
• Memperbolehkan drg melakukan perawatan
• Anak merengek selama perawatan, mis : walaupun
sudah diberi anestesi lokal (ketakutan terhadap
sesuatu dapat menurunkan ambang nyeri  sumber
frustasi dan iritasi)
 Pertumbuhan dan perkembangan
 Sosial budaya
 Keluarga
 Pengalaman medis dan gigi sebelumnya
 Tempat praktek drg
 Persiapan anak sebelum perawatan gigi
 Sumber tingkah laku tidak kooperatif dalam keluarga
 Penularan tingkah laku orangtua / saudara
 Orangtua menggunakan drg sbg ancaman
 Pembicaraan mengenai perawatan gigi yang terdengan oleh
anak
 Kecemasan anak yang berasal dari internal maupun eksternal
Usia 2-3 Tahun (sangat responsif thd Anak-anak Prasekolah
lingkungan)
• Takut dipisahkan dari
• Rasa takut berhubungan dengan hal
yang tidak diketahui dan tidak
orangtua
disangka yang kuat atau tiba-tiba • Timbul rasa takut terhadap
yang menstimulasi organ pancaindra situasi yang asing bagi
• Contohnya: dirinya
 Suara (bunyi dan getaran) bur  Dokter gigi yang memakai
 Menggunakan tekanan saat jas putih
menggunakan sonde untuk melihat
kedalaman karies  Ruang tunggu yang hening
 Merubah posisi unit
(pada anak dengan kondisi
di rumah yang penuh
 Gerakan tangan yang cepat dan
tersentak-sentak
aktifitas dan ribut)
 Sinar lampu yang silau.  Dokter gigi atau asisten
yang terlalu bersemangat
Usia 4 Tahun (imajinatif)
• Masa puncaknya rasa takut
• Usia 4-6 tahun adanya penurunan
rasa takut awal, seperti : gerak
jatuh, suara / kegaduhan, orang
yang tidak dikenal.
• Penurunan rasa takut bisa karena
:
 Realisasi bahwa tidak adanya
rasa takut
 Tekanan sosial untuk
menyembunyikan rasa takut
 Meniru kondisi sosial
 Bimbingan orang dewasa
Usia 8-14 Tahun (analisa dan
Usia 7 Tahun (berfikir logis) berfikir logis)
• Mulai sanggup mengatasi • Anak telah mengerti dan
rasa takut walaupun mempelajari keadaan
reaksi sering berubah- kurang menyenangkan dan
ubah (kadang kooperatif, berkeinginan menjadi
kadang tidak) dan sangat pasien yang baik
penting peran dari • Anak tidak suka orang
keluarga. memandang ringan sakit
• Dapat mengatasi rasa yang dideritanya baik itu
takut pada prosedur oleh temannya atau drg
perawatan karena drg sendiri.
dapat menjelaskan pada • Emosionalnya sudah
anak tindakan yang terkontrol
dilakukan.
Anak Usia Belasan Tahun
• Khususnya perempuan menjadi lebih
peduli terhadap penampilannya
• Mereka senang melakukan sesuatu yang
atraktif
• Tertarik terhadap efek alat kecantikan
sehingga dokter gigi dapat mempengaruhi
untuk motivasi anak tersebut
• Masalah pada manajemen tingkah laku
hanya terjadi pada belum dapat
menyesuaikan diri
Perkembangan Fisik Perkembangan Intelektual
 Perubahan yang terjadi sesuai dengan  Pengukuran dilakukan awal 1900
usia anak dalam hal : ukuran,
kekuatan, koordinasi motorik stamina  Kelas khusus untuk anak yang tidak
dan keterampilan menggunakan otot. mampu megikuti kelompok anak
yang seusianya.
 Perkembanagn fisik tergantung pada
perkembangan lain misalnya  Dokter gigi melakukan secara relatif
perkembangan sosial  membandingkan usia dengan
kelas di sekolah
Perkembangan Sosial
 Prinsip PERKEMBANGAN ANAK :
 Proses pertumbuhan anak kearah
fungsi mandiri.  Rangkaian perubahan  progresif,
teratur, berkesinambungan
 Ketergantungan pada arang lain.
 Respon umum  khusus
 Kemampuan memelihara diri (funsi
otonomi).  Merupakan kesatuan yang
mempunyai kaitan aspek fisik,
 Proses osialisasi anak yang meliputi
motorik, intelektual social  pola
hubungan antar orang lain : pasti
 Makhluk penerima
 Berlangsung berantai  universal
 Dewasa  memberi dan menerima
 Mampu bertanggung jawab  Dipengaruhi oleh faktor dalam dan
luar.
Behavior Shaping
(Pembentukan perilaku)
• Metode sederhana dalam
pendekatan terhadap anak
yang dilakukan secara
bertahap untuk mencapai
tingkah laku yang
diinginkan oleh dokter gigi
selama perawatan
• Metode TSD (tell-show-do)
 Addelston (1959)
Metode TSD (Tell-Show-Do)

• Drg menjelaskan kepada anak megenai


perawatan yang akan dilakukan dengan
TELL bahasa yang mudah dimengerti anak tersebut
(dijelaskan secara pelan dan berulang sampai
anak tersebut benar2 mengerti)
• Drg menunjukkan kepada anak bagaimana
prosedur perawatan yang akan dilakukan, bisa
SHOW langsung mendemonstrasikan pada anak
tersebut atau pada benda mati agar anak
benar2 mengerti
• Drg melakukan perawatan kepada anak
DO tersebut sesuai dengan apa yang telah
dijelaskan atau didemonstrasikan sebelumnya
Behavior Modification (Modifikasi
Perilaku) 2. Desensitisasi
1. Modelling or Imitation  Desensitisasi sistemik 
• Proses meniru perilaku model suatu bentuk terapi
yang disediakan desentisisai yang pasiennya
diajar untuk tenang dan
• Meniru perilaku model secara kemudian dipaparkan
cepat dipelajari, jadi pertama terhadap
modelling efisien digunakan rangsangan yang
sebagai metode pembelajaran membangkitkan kecemasan
• Tujuan: untuk mengurangi dan yang hampir tidak ada
menghilangkan rasa takut dan sampai yang paling ringan
cemas yang tinggi melalui imajinasi ; bila
pengobatan ada kemajuan
• Komponen proses belajar
pemaparan dilakukan thd
melalui model (Bandura; 1969) rangsangan yang lebih kuat
: memperhatikan, mencamkan, sampai dpt bertahan thd
memproduksi gerak motorik rangsangan yang paling
dan ulangan penguatan dan ekstrim.
motivasi
Terdiri 3 tahapan : Reinforcement
1. Lihatlah pasien agar  Jika suatu respon yang
santai dan rileks. dilakukan mencapai tujuan
tertentu, perlu dihadiahi
2. Susunlah secara
atau diperkuat responnya
berurutan hal-hal yang
membuat pasien cemas  Begitu juga, jika respon
dan takut yang diberikan tidak
sesuai, maka perlu
3. Memberi rangsang dari
diperkuat agar tejadinya
hal yang begitu tidak respon yang diharapkan
menakutkan sampai anak
tidak merasa takut lagi
dan ransang ini
ditingkatkan menurut
ukuran yang telah
disusun.
Aversive Conditioning
(Restraint)
Teknik :
 HOME (Hand-Over-Mouth-
Exercise)  Drg harus mengontrol
perilaku anak (drg mengerti
Indikasi : dan menguasai metode ini
 Anak dengan intelegensi dan mampu mengontrol
normal dengan baik emosionalnya)
 Tidak untuk anak usia <3th  Berbicara dengan suara
dan tahap prekooperatif lembut dan monoton
(jangan ditekan suaranya)
 Efektif untuk anak usia 3-6 th
 Diawali dg meletakkan
 Tidak menggunakan sedasi,
tangan drg di atas mulut
anak harus sadar sepenuhnya
anak
 Asisten menjaga agar tidak
ada yang terluka
Sedasi N2O2
Digunakan untuk :
 Mengurangi atau menghilangkan • Ambang nyeri anak rendah
rasa takut, kecemasan, dan • Mengurangi rasa cema dan
kegelisahan pada anak tegang drg dan asisten
 Mengurangi gerakan dan reaksi berhubungan dg perawatan
yang tidak baik thd prosedur anak tsb
perawatan Tidak digunakan untuk :
 Membuat keadaan semihypnotic • Mengendalikan perilakku
dengan pasien sadar menentang atau histeris
sepenuhnya pada anak
 Peningkatan kesabaran anak • Menggantikan teknik yang
untuk perawatan dengan waktu salah dari manajemen anak
lama
• Mengendalikan nyeri yang
 Alat bantu dalam perawatan berhubungan dengan
secara mental atau fisik pada prosedur perawatan atau
pasien handicapped menggantikan lokal
anestesi
Anestesi Umum
• Bennet (1974) mendefinisikan 3. Tempat: fasilitas
sbg : pemantauan timbal penyembuhan pasca
balik thdp ketidakaturan anastesi
kelumpuhan sel sistem saraf
pusat 4. Personal: apakah drg dan
staf cukup
• Anastesi umum dapat
berpenggalaman utk
diterapkan pada pasien anak
melakukan anastesi dan
dengan 5 kriteria :
mampu utk menangulangi
1. Pasien: apakah ada kelainan pra, selama, dan pasca
fisik/ persoalan perilaku yg pemberian anastesi
cukup serius & seringkali
menghambat anak untuk 5. Persiapan: apakah pasien
berperilaku positif tlh dipersiapkan emosi
dan fisiknya (pemeriksaan
2. Prosedur: apakah pekerjaan
fisik dan laboratorium).
perawatan akan dpt selesai
dgn baik dimana anak tdk
mau berperilaku kooperatif
Menciptakan Komunikasi Membentuk Komunikator
 that the first objective in the  The dental assistant roles when
successful management of the communicating with a pediatric
young child patient. He talks with the child
 involving a child in a during the transfer from
conversation not only enables reception room to operatory and
the dentist to learn about the during preparation of the child
patient but also may relax the in the dental chair
child  When the dentist arrives, he
 effectiveness of these usually takes a more passive role
approaches differs with the age to make a communication from a
of the child single source
 Generally, verbal communication  When both dentist and dental
with younger children is best assistant provide directions,
initiated with complimentary child will becomes confused
comments, followed by
questions that elicit an answer
other than “yes” or “no.”
Kontrol Suara
Kejelasan Pesan
 Sudden and firm commands
 Communication is a complex,
are used to get the child’s
multisensory process. It
attention or to stop the child
includes a transmitter, a
from whatever is being done
medium, and a receiver
 Another form of voice control
 The dentist or dental health
is a slow and deliberate
team is the transmitter, the
cadence that can function
spoken word frequently is the
like music set to a mood.
medium, and the pediatric
patient is the receiver. The  Considering the use of loud
message must be understood commands as a punishment
in the same way by both the technique, they compared
sender and the receiver the effects of loud and
normal voice commands given
 very often, to improve the
to 40 children with potential
clarity of messages to young
behavior problems. Their
patients, dentists use
findings demonstrated that
euphemisms to explain
loud commands reduced
procedures
disruptive behaviors
Komunikasi Multisensoris Problem Ownership
 Nonverbal messages also can be  In difficult situations, dentists
sent to patients or received from sometimes forget that they are
them. guiding the behavior of children
 Body contact can be a form of  They begin by sending “you”
nonverbal communication, ex : messages. For example, “You
The dentist’s simple act of must sit still!”
placing a hand on a child’s  These are negative messages and
shoulder while sitting on a only undermine the rapport
chairside stool conveys a feeling between a pediatric patient and
of warmthand friendship dentist
 Helped children to relax,  “You” messages carry the
especially those 7 to 10 years of implication that the child is
age wrong
 Eye contact is also important.  An alternative is to send “I”
The child who avoids it often is messages. These messages
not fully prepared to cooperate. establish the focus of the
problem, such as “I can’t fix your
teeth if you don’t open your
mouth wide.”
Respon Yang Tepat
Aktif Mendengarkan • The appropriateness of the response
depends primarily on the extent
• Listening also is important in and nature of the relationship with
the treatment of children the child, the age of the child, and
• However, listening to the evaluation of the motivation of the
spoken words may be more child’s behavior
important in establishing • An inappropriate response would be
rapport with the older child a dentist’s displaying extreme
than guiding the behavior of displeasure with an anxious young
a younger child, for whom child on the first visit when there
has been insufficient time to
attention to nonverbal
establish a good rapport.
behavior often is more
crucial • If a dentist has made inroads with a
child, who then displays
• The patient is stimulated to unacceptable behavior, a dentist
express feelings, and the may well express disapproval
dentist does the same, as without losing personal control. The
necessary processes in response is then appropriate.
communication.
Stimulus Dan Respon (S-R)
• Belajar adalah persatuan antara stimulus dan respon
• seorang anak yang memasuki ruang tunggu (stimulus)
dan menasosiasikan tindakan ini dengan pengalaman
dental sebelumnya. Pikirannya merupakan respon
internal yang bertindak sebagai stimuli atau isyarat
untuk membayangkan dokter gigi dengan “explorer”
yang dapat lebih mudah untuk menyakitinya. Respon
internal anak adalah takut dan cemas. Respon
eksternalnya adalah menangis.
Motivasi
• Prinsip dasar dari belajar meliputi motivasi
• Seorang anak lebih mungkin bertingkah laku dalam cara
tertentu jika dia dimotivasi untuk mendapatkan tujuan
yang spesifik
• Contoh : Seorang anak yang berkeinginan untuk
memiliki gigi yang rapi lebih mungkin untuk mengalami
perawatan orthodontic dengan sukses dari pada anak
yang tidak tertarik dengan tampilan giginya
Diskrimination dan Extinction (Perbedaan dan Pemunahan)
• Pada mulanya, generalisasi pada anak apakah itu
mediasi atau bukan sangat luas. Secara berangsur-
angsur, anak belajar untuk membatasi dengan tepat
generalisasinya. Kemampuan belajar ini disebut
diskriminasi
• Contoh : anak belajar bahwa praktik dokter gigi
berbeda dengan praktik dokter umum, dan dokter gigi
yang satu berbeda dengan lainnya
• Respon belajar tidak selalu terpelihara kuat. Jika
respon terjadi dan tidak diperkuat, kekuatan respon
secara progresif menurun dan lama-kelamaan hilang.
Ini disebut respon ekstinsi
• Tingkah laku yang tidak diinginkan sering dapat
dihilangkan dari daftar tingkah laku dengan cara ini.
Modifikasi Perilaku
• Modifikasi perilaku atau terapi perilaku
didefinisikan sebagai usaha untuk mengubah
perilaku dan emosional seseorang menjadi baik
dan berkenaan dengan hukum teori belajar
• Ketetapan hukum bahwa perilaku yang diberi
penghargaan cenderung akan terlihat
meningkat dan perilaku yang diberi hukuman
atau tanpa penghargaan cenderung akan
menghilang atau tidak terlihat.
KLASIFIKASI PRILAKU ANAK
OLEH :
NAJLA ASYURA
NIM : 1713101010020
1. Salah satu yang pertama menjelaskan tentang klasifikasi prilaku
anak oleh Wilson (1933) , yang membagi empat kelas perilaku anak
:
- Normal/ berani,
- malu-malu,
- histeris, dan
- pemberontak.

2. (1933) Sands menulis bahwa anak-anak terdiri dari lima tipe :


- hipersensitif atau waspada,
- gelisah,
- takut,
- tidak layak secara fisik, dan
- keras kepala.

Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-London-Toronto, W.B. Sauders Co.,2014, (h. 23-24).
3. Frankl et al (1962)

• Salah satu sistem yang paling banyak digunakan.


• Disebut sebagai Skala Penilaian Perilaku Frankl.
• Dianggap sebagai standar emas dalam skala penilaian klinis

• Skala membagi perilaku yang diamati menjadi empat


kategori :
- pasti negatif
- Negatif
- Positif
- Pasti positif

Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-London-Toronto, W.B. Sauders Co.,2014, (h. 23-25).
• Skala penilaian, seperti Skala Frankl, memiliki dua kekurangan yang
jelas :
1. Mereka tidak mengkomunikasikan informasi klinis yang cukup
untuk anak-anak yang tidak kooperatif. Jika seorang anak dinilai
menjadi (-), skala tidak mengidentifikasi jenis perilaku negatif.
Dengan demikian, dokter gigi yang menggunakan sistem klasifikasi
ini harus memenuhi syarat serta mengkategorikan reaksi. Contohnya
mungkin: (-) malu-malu. Jika perilaku berkisar dari negatif ke positif
selama kunjungan, notasi sederhana dapat berupa (-> +). Teknik
manajemen juga dapat direkam. TSD menunjukkan bahwa perubahan
perilaku dilakukan dengan teknik T (Tell), S (Show), D (Do)
(Addelston 1959). Singkatan pribadi dapat dikembangkan untuk
berbagai situasi seperti (-) INJ, yang mengingatkan tim gigi bahwa
perilaku negatif pada saat injeksi atau VC yang menunjukkan
penggunaan kontrol suara. Kedua, skala perilaku mewakili kinerja
anak selama perawatan aktual. Tidak memiliki nilai prognostik.
Meskipun demikian, ini membantu dokter untuk mempersiapkan
perilaku masa depan anak, berdasarkan kinerja masa lalu, dan untuk
membimbing perilaku selama perawatan daripada hanya bereaksi.

Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-London-Toronto, W.B. Sauders Co.,2014, (h. 23-25).
Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-London-Toronto, W.B. Sauders Co.,2014, (h. 23-25).
• Gambar 3-2 mencatat perilaku anak terhadap beberapa janji
menggunakan Skala Peringkat Frankl. Perhatikan bahwa skala cocok
untuk bentuk singkat. Seorang anak yang menunjukkan perilaku
kooperatif yang positif dapat diidentifikasi dengan mencatat (+) atau
(++). Sebaliknya, perilaku tidak kooperatif dapat dicatat dengan (-) atau
(=). Ini memungkinkan kinerja seorang anak untuk dilihat secara sekilas.
Notasi perilaku serupa dapat dibuat dalam grafik pasien terkomputerisasi
menggunakan perangkat lunak yang sesuai.
• Sistem klasifikasi lain yang serupa dengan skala Frankl telah
dikembangkan. Yang paling menonjol adalah skala tipe Likert,
yang memiliki lima tingkat respons (Rud dan Kisling 1973).
Studi-studi Venham et al. (1977) menggunakan skala lima poin
untuk mengukur kecemasan dan perilaku (laporan diri dan
laporan proxy). Mengulangi studi mereka, ditemukan bahwa
kedua skala berkorelasi sangat tinggi sehingga penggunaan
skala tunggal tampak tepat (Veerkamp 1995). Timbangan lain,
seperti skala penilaian klinis Houpt (Houpt 1993) atau skala
wajah Wong dan Baker (1988) yang dilaporkan sendiri, adalah
sistem yang sebanding. Ini juga berguna dalam pengaturan
klinis, serta penelitian.

Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-London-Toronto, W.B. Sauders Co.,2014, (h. 23-25).
• Untuk meningkatkan informasi tentang skala penilaian pelaporan diri
untuk anak-anak muda, beberapa peneliti telah menggunakan ikon kecil
dari situasi yang berhubungan dengan kedokteran gigi atau wajah-wajah
yang suka bersedih sebagai titik akhir klinis (Venham et al. 1979; Wong
dan Baker, 1988, Chapman dan Kirby-Turner, 2002). Contoh skala
seperti itu ditunjukkan pada Gambar 3-1. Secara umum, skala analog
visual (VAS) adalah yang paling efektif dengan anak kecil, dengan
"sangat kooperatif" dan "tidak kooperatif" sebagai titik akhir klinis.

Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-London-Toronto, W.B. Sauders Co.,2014, (h. 23-25).
• Ketika seorang dokter gigi memeriksa pasien anak, satu
jenis perilaku — perilaku kooperatif — selalu dinilai
karena kunci pemberian perawatan adalah kemampuan
kooperatif. Kebanyakan dokter, secara sadar atau tidak,
mengkarakterisasi anak-anak dalam salah satu dari tiga
cara yang dapat didefinisikan (Wright 1975): 1.
kooperatif, 2. kurang dalam kemampuan kooperatif, atau
3. berpotensi kooperatif. Mengetahui aspek klinis dari
perilaku anak yang berbeda ini penting untuk manajemen
perilaku dan perencanaan perawatan.

Wright, G.Z. :Behavior Management in Dentistry for Children. Philadelphia-London-Toronto, W.B. Sauders Co.,2014, (h. 25-30).
• Perilaku: Ini adalah tindakan yang bisa diamati. Ini
didefinisikan sebagai setiap perubahan yang diamati
dalam berfungsinya suatu organisme.
• Manajemen perilaku didefinisikan sebagai sarana yang
oleh tim kesehatan gigi secara efektif dan efisien
melakukan perawatan gigi dan dengan demikian
menanamkan sikap gigi yang positif (Wright 1975).

Klasifikai Manajemen
Prilaku Anak
• I. Manajemen perilaku dasar
1. Manajemen komunikatif i. Kontrol suara ii.
Komunikasi non-verbal iii. Tell-show-do iv. Penguatan
positif v. Pelatihan ulang vi. Ada / tidaknya orang tua 2.
Pembentukan perilaku • Desensitisasi • Pemodelan •
Manajemen kontingensi 3. Audio analgesia 4. Bio-umpan
balik 5. Hipnosis 6. Humor 7. Mengatasi 8. Relaksasi 9.
Terapi ledakan 10. Sedasi inhalasi nitro oksida / oksigen
II Manajemen perilaku lanjut 1. Pengondisian aversif •
RUMAH dan HOMAR 2. Imobilisasi medis 3. Sedasi 4.
Anestesi umum 5. Imobilisasi pengobatan / pengekangan
/ penahanan fisik

Anda mungkin juga menyukai