Dewasa
di Rumah Sakit
Eppy
SMF Penyakit Dalam – Tim HIV
RSUP Persahabatan
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS
Termasuk virus RNA, diameter 120 nm, diisolasi
pada tahun 1984 (HIV-1) & tahun 1986 (HIV-2)
Secara langsung menginfeksi sistem imun seluler
(CD4, CD8, sel NK, makrofag dan sel dendritik)
AIDS
Acquired (Ditularkan dari orang ke orang)
Immune (Sistem kekebalan tubuh)
Deficiency (Tidak berfungsi dengan baik)
Syndrome (Kumpulan tanda / gejala)
AIDS adalah :
Kumpulan gejala yang disebabkan oleh HIV
yang menyebabkan kerusakan pada sistem
kekebalan tubuh
kriptokokosis
Infeksi Oportunistik
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang timbul
akibat penurunan kekebalan tubuh
Infeksi HIV akan menurunkan kekebalan tubuh
penderita menjadi lebih mudah terkena berbagai
infeksi / penyakit lainnya
Infeksi oportunistik penyebab utama kematian
pada AIDS
Kemungkinan infeksi multipel
Penggunaan terapi : pertimbangkan fungsi tubuh
secara menyeluruh (fungsi hati, fungsi ginjal)
Infeksi terhadap orang lain : TB, PCP, airborne
disease fungus (histoplasma)
Jenis Infeksi Oportunistik
Infeksi bakteri & mikobakteria : Mycobacterium avium com-
plex (MAC), salmonelosis, sifilis, tuberkulosis (TB)
Infeksi jamur : aspergilosis, kandidiasis, koksidioidomikosis,
kriptokokosis, histoplasmosis
Infeksi protozoa : kriptosporidiosis, isosporiasis, Pneumo-
cystis carinii pneumonia (PCP), toksoplasmosis
Infeksi virus : cytomegalovirus (CMV), hepatitis, herpes sim-
pleks, herpes zoster, Human papiloma virus (HPV)
Keganasan (kanker) : sarkoma kaposi, limfoma malignum
Kelainan neurologik : AIDS Dementia Complex (ADC), neu-
ropati perifer
Komplikasi & kelainan lain : ulkus aptosa, malabsorpsi
Cara Mengetahui Status HIV
Konseling dan Tes Sukarela / KTS (voluntary counseling
and testing / VCT)
Syarat - syarat VCT : sukarela, rahasia, adanya kon-
seling sebelum & sesudah tes serta adanya per-
setujuan tertulis (informed consent)
Konseling dan Tes atas Inisiasi Petugas Kesehatan / KTIP
(provider-initiated testing and counseling / PITC)
Tes HIV
Pemeriksaan antibodi HIV (serologi) :
1. Tes penyaring (skrining) : rapid test, ELISA
2. Tes konfirmasi : western blot (gold standart)
Pemeriksaan antigen p24
Pemeriksaan virologis : viral load (HIV-RNA)
Key points:
Tenofofir nevirapin
lamivudin
zidovudin
efavirenz
Paduan ART untuk Dewasa
Paduan pilihan
Paduan alternatif
AZT + 3TC + NVP
AZT + 3TC + EFV
TDF + 3TC (atau FTC) + NVP
AZT + 3TC + *EFV400
TDF + 3TC (atau FTC) + *EFV400
*Belum direkomendasikan pada pengguna rifampisin dan ibu hamil
Rilpivirin (RPV) adalah obat alternatif pada ODHA yang tidak dapat mentoleransi EFV
dan NVP. Namun, RPV sebaiknya tidak digunakan pada ODHA dengan CD4 < 200
sel/mm3 atau viral load banyak > 100.000 kopi/mL karena efektivitasnya lebih rendah
pada kondisi tersebut.
Alasan: Satu Paduan untuk Semua
Paduan pilihan Lini Pertama:
TDF + 3TC (atau FTC) + EFV
• Sederhana: paduan sangat efektif, toleransi baik dan tersedia dalam bentuk
tunggal, KDT sekali sehari dan mudah diresepkan dan mudah diminum
pasien– meningkatkan adherens
• Paduan selaras untuk semua rentang populasi [Dewasa, Ibu Hamil (trimester
I), Anak >3 tahun, TB dan Hepatitis B]
• Menyederhanakan pembelian obat dan supply chain dengan mengurangi
jumlah paduan obat (phasing out d4T)
• Aman untuk ibu hamil
• Efektif terhadap HBV
• EFV merupakan NNRTI yang disukai untuk Odha dengan TB (secara
farmakologis cocok dengan OAT) dan ko-infeksi HIV/HBV (risiko hepatotoksis
lebih sedikit)
Dosis dan Efek Samping ARV
Zidovudin
dosis 2 x 300 mg
efek samping : anemia, netropenia, mual, muntah,
malaise, lemah, asidosis laktat.
Tenovovir
dosis 1 x 300 mg.
efek samping : gangguan fungsi ginjal
Lamivudin
dosis : 2 x 150 mg
efek samping : ringan
Dosis dan Efek Samping ARV
Nevirapin
dosis : 2 minggu pertama 1 x 200 mg, selanjutnya 2 x
200 mg
efek samping : rash, Steven Jhonsons Syndrome, anafi-
laktik, SGOT / PT , me konsentrasi ketokonazol, obat
kontrasepsi hormonal, protease inhibitor
Efavirenz
dosis : 600 mg/hari, dimakan pada malam hari
efek samping : teratogenik, gejala SSP (dizzines, sakit
kepala, mimpi buruk) yang akan hilang setelah minggu
pertama
Toksisitas ARV Lini Pertama
Waktu terjadinya toksisitas ARV
Waktu Toksisitas
Dalam beberapa minggu Gejala gastrointestinal adalah mual, muntah dan diare.
pertama Efek samping ini bersifat self-limiting dan hanya
membutuhkan terapi simtomatik
Ruam dan toksisitas hati umumnya terjadi akibat obat
NNRTI, namun dapat juga oleh obat NRTI seperti ABC dan
PI
Dari 4 minggu dan Supresi sumsum tulang yang diinduksi obat, seperti
sesudahnya anemia dan neutropenia dapat terjadi pada penggunaan
AZT
Penyebab anemia lainnya harus dievaluasi dan diobati
Anemia ringan asimtomatik dapat terjadi
6-18 bulan Disfungsi mitokondria, terutama terjadi oleh obat NRTI,
termasuk asidosis laktat, toksisitas hati, pankreatitis,
neuropati perifer, lipoatrofi dan miopati
Lipodistrofi sering dikaitkan dengan penggunaan d4T dan
dapat menyebabkan kerusakan bentuk tubuh permanen
Asidosis laktat jarang terjadi dan dapat terjadi kapan saja,
terutama dikaitkan dengan penggunaan d4T. Asidosis
laktat yang berat dapat mengancam jiwa
Kelainan metabolik umumnya terjadi oleh PI, termasuk
hiperlipidemia, akumulasi lemak, resistansi insulin,
diabetes dan osteopenia
Setelah 1 tahun Disfungsi tubular renal dikaitkan dengan TDF
Tatalaksana Efek Samping Obat ARV
1) Derajat 4, reaksi yang mengancam jiwa: segera hentikan
semua obat ARV, beri terapi suportif dan simtomatis; berikan
lagi ARV dengan paduan yang sudah dimodifikasi (contoh:
substitusi 1 ARV untuk obat yang menyebabkan toksisitas)
setelah ODHA stabil
2) Derajat 3, reaksi berat: ganti obat yang dicurigai tanpa
menghentikan pemberian ARV secara keseluruhan
3) Derajat 2, reaksi sedang: beberapa reaksi (lipodistrofi dan
neuropati perifer) memerlukan penggantian obat. Untuk
reaksi lain, pertimbangkan untuk tetap melan-jutkan
pengobatan; jika tidak ada perubahan dengan terapi
simtomatis, pertimbangkan untuk mengganti 1 jenis obat
ARV
4) Derajat 1, reaksi ringan: tidak memerlukan penggantian
terapi.
Terapi ARV Lini II (Indonesia)
Obat ARV Sediaan Dosis
Tenofovir 300 mg/tablet 300 mg/hari
Didanosin 100 mg/tablet 400 mg/hari (250 mg/hari bila BB < 60 kg)
(250 mg/hari bila dengan tenovofir)
mengancam jiwa. Segera hentikan obat dan jangan pernah menggunakan lagi.
Paduan ART Lini Ketiga
Dosis:
• Etravirine (NNRTI): 2 x 200mg
• Raltegravir (Integ Inh): 2 x 400mg
• Darunavir (PI): 1 x 800/100mg atau 2 x 600/100mg
Penyulit terapi ARV
kepatuhan (adherence) → konseling
harga obat → obat generik (kimia farma)
Rekomendasi Tes Lab setelah Inisiasi
ART
5
Sasaran:
Orang yang terinfeksi HIV baik baru didiagnosis HIV maupun sudah
lama didiagnosis HIV
ODHA dengan atau belum pernah riwayat TB yang ditemukan di
layanan HIV dan tidak memiliki kontraindikasi pemberian PP-INH
Pengobatan Pencegahan dengan Isoniazid (PP-INH)