Anda di halaman 1dari 18

Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke

puskesmas dengan keluhan terdapat benjolan


dileher bagain depan

Melisa
102012226
Skenario 1
 Seorang laki-laki berusia 65 tahun dating ke puskesmas
dengan keluhan terdapat benjolan dileher bagain depan.
Anamnesis
 KU: terdapat benjolan pada leher bagian depan yang kian lama makin membesar.
 RPS

Sejak kapan keluhan dirasakan ?

Apakah benjolan makin membesar ?

Apakah terdapat kesulitan dalam bernafas maupun menelan ?

Apakah suara makin bertambah serak atau parau ?

Apakah ada keluhan lain seperti demam ?

Apakah terdapat penurunan berat badan?

Apakah ada rasa gemetar pada tangan?

Apakah terdapat banyak keringat ?
Hasil: ps seorang laki-laki usia 65 tahun, datang

Bagaimana konsumsi iodiumnya?
ke puskesmas dengan keluhan terdapat
 RPD
benjolan di leher di bagian depan yang kian
 RPK hari makin membesar, sejak 1 tahun yang lalu.
 Riwayat alergi Pasien tinggal di daerah pegunungan.
 Riwayat social ekonomi
Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi :
◦ Membedakan nodul / difus
◦ Pamberton sign : Menyuruh pasien mengangkat tangan ke arah medial dan
lihat apakah ada kemerahan pada wajah
◦ Tremor kasar : Menyuruh pasien mengulurkan tangan dan diberi kertas
lihat apakah ada getaran pada tangan
◦ Oftalmopati :
 Jofroy sign : saat mata di lihat keatas dahi tidak dapat dikerutkan
 Von Stelwag sign : mata jarang berkedip
 Von Grave sign : mata melihat kebawah tapi palpebra superior tidak ikut kebawah
 Rosenbach sign : saat mata tertutup palpebra tremor
 Moebius sign : tidak dapat fokus pada satu titik lurus
 Exophtalmus : bola mata terlihat menonjol
Pemeriksaan fisik
 Palpasi :
◦ Lokalisasi
◦ Ukuran dan jumlah : diameter 10cm
◦ Konsistensi : keras, ada nyeri tekan
◦ Imobilisasi : sukar digerakkan dari dasarnya
◦ Meraba kulit lembab atau kering
◦ Palpasi anterior approach : meraba leher bagian depan dengan 1 jari
menahan pada sisi satunya dan mendorong menggunakan 3-4 jari pada sisi
berlawanan
◦ Palpasi posterior aprroach: meraba dengan jari 1 pada arah posterior dan
arah anterior dengan jari ke 2-5 kemudian suruh pasien menelan
◦ Pengukuran lingkar leher
 Auskultasi : mendengar bunyi bruit
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan hormon
 Biopsi Aspirasi Jarum Halus
 USG
 Radioactive Iodine Uptake(RAI-U)
◦ Hot nodule
◦ Cold nodule
◦ Warm nodule
Hasil: PP belum
 MRI
dilakukan
 CT-scan
Working Diagnosis
Struma uninodusa nontoksik
Differential Diagnosis
Struma multi nodusa non toksik Struma difusa toksik (graves) Struma multi nodusa toksik Kanker tiroid

Pembesaran kelenjar tiroid yang secara klinik Pembesaran kelenjar tiroid tanpa Pembesaran kelenjar tiroid yang nodul soliter disertai pembesaran
teraba lebih dari satu nodul tanpa disertai batas yang tegas atau menyatu yang berbatas tegas dan lebih dari satu, kelenjar getah bening
tanda-tanda hipertiroidisme disertai hipersekresi kelenjar tiroid yang memproduksi secara bebas
atau hipertiroidisme hormon tiroid

Bisa bertumbuh menjadi besar Biasanya kecil Bisa bertumbuh menjadi besar -
sekali
Perkembangan lanjut dari uni nodusa non Bertumbuh dalam minggu atau bulan Bertumbuh lambat (bertahun- Bertumbuh cepat (jenis anaplastik)
toksik (pada usia dewasa), bertumbuh lambat tahun)

Biasanya pada usia dewasa Biasanya pada umur <45tahun Biasanya pada umur >50tahun Terutama pada usia <20tahun atau
>70tahun

Jarang mengalami keluhan (non toksik) Sering menunjukan gejala hipertiroid, Sering eutiroid, bisa menunjukan Biasa nya eutiroid , kalau sudah
disertai oftalmiopati gejala hipertiroid setelah bertahun- bermetastasis bisa menjadi
tahun hipertiroid atau hipotiroid, KGB
membesar
Etiologi
multifaktorial, seperti:
 Defisiensi yodium
 Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa
hormon tiroid.
 zat kimia (seperti zat dalam kol, lobak, kacang kedelai) dan
obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea dan
litium)
Epidemiologi
 Perempuan > Laki-laki
 Dapat menyerang segala umur, tapi semakin tua resiko >>
 Penelitian Hemminichi K, et al pada pasien usia 0-75
tahun yang di RS tahun 1987- 2007 di Swedia ->
1.659 orang (50,9 %): struma non toxic
9.514 orang (41,5 %) Graves disease
1.728 orang (7,54%) struma nodular toxic.
Patofisiologi
Kelenjar membesar,
 hormon tetap tidak
Kekurangan Yodium terbentuk

Sintesa hormon Tiroglobulin banyak


tiroid terhambat disekresikan ke
dalam folikel

Feedback negatif ke
TSH meningkat
hipofisis
Manisfestasi Klinis
 Painless (pada umumnya datang berobat karena keluhan
estetika atau ketakutan akan keganasan)
 tidak mengalami keluhan hipertiroid
 Sebagian kecil pasien, dengan struma besar mengeluhkan
sulit menelan, sesak napas dan suara menjadi serak
Penatalaksanaan

 Pembedahan
 Yodium Radioaktif
 Pemberian Tiroksin
Pencegahan
a. edukasi ke masyarakat ttg pola perilaku makan dan
pemakaian garam yodium
b. Memberi kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada
penduduk di daerah endemik
c. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol
40%) diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk
dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk
anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
Komplikasi
 karena struma: kompresi leher pada organ sekitarnya
 pembedahan: cedera N.larryngeus reccurens dan
pengangkatan kel.paratiroid
Prognosis
 Prognosis baik
 Biasanya tumbuh sangat lambat selama bertahun-tahun.
 Pertumbuhan yang cepat harus dievaluasi -> apakah tanda
suatu keganasan.
Kesimpulan

Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh


karena pembesaran kelenjar tiroid. Struma umumnya
disebabkan oleh kurangnya diet yodium. Pada kasus ini,
laki-laki tersebut tidak menunjukkan gejala
hiperitiroidisme dan pada benjolan teraba 1 nodul, karena
itu didiagnosa struma uninodusa nontoksik, sambil
menunggu hasil pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaanya bisa dilakukan dengan cara
pembedahan karena ada indikasi penekanan pada organ
sekitar akibat benjolan.

Anda mungkin juga menyukai