Anda di halaman 1dari 81

Dampak Terhadap

Geologi-Morfologi-
Hidrogeologi

oleh
Sudarto Notosiswoyo

Kursus Penilai AMDAL PSLH – ITB


Bandung, 29 Agustus 2007
eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 1
PENDAHULUAN
• Semua kegiatan manusia di permukaan bumi,
mengakibatkan perubahan dan dapat
menimbulkan dampak.\
• Dampak yang mungkin terjadi:
Perubahan bentang alam (akibat penggalian
dan penimbunan),
Ketidak-kestabilan dan erosi,
Perubahan kondisi hidrogeologi (kekeringan,
amblesan tanah, kualitas air)
Perubahan kondisi hidrologi (banjir dan
perpindahan aliran air)

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 2


•Kegiatan yang menimbulkan dampak:
Pertambangan
Pembangunan waduk besar (PLTA, irigasi)
Pembangunan permukiman baru
Pembangunan jalan raya, rel KA, kanal)
Pembangunan kompleks industri
Pembangunan TPA sampah
Pembukaan lahan pertanian
Penggundulan hutan
dll.

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 3


Perubahan Morfologi
(Bentang Alam)

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 4


Perubahan morfologi (bentang alam)
.

Morfologi alami (asli)


(stabil)

Kegiatan manusia

Proses geologi
(alami) Bentang alam baru
(harus stabil)

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 5


Dampak Berantai:
GANGGUAN TERHADAP Bentang Alam Bentang
(Perubahan Muka Bumi dan Dimensi Lereng) Alam

KESTABILAN TANAH Geologi


Geologi EROSI TANAH

LONGSOR AMBLES
(SUBSIDENCE) KUALITAS AIR KESUBURAN
TANAH
Kuantitas & Kualitas Hidrologi /
Air permukaan & Airtanah Hidrogeologi

Manusia - Flora & Fauna (Biota Darat & Air) Pertanian

Kesehatan Masyarakat Sosial – Ekonomi


eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 6
Perubahan bentang alam yang terjadi:
• Bukit terpotong menjadi dataran atau lembah
• Dataran menjadi lembah (cekungan)
• Lembah menjadi dataran atau bukit
• Selain sebagai akibat dari perubahan tsb.:
 hutan/ vegetasinya hilang
 fungsi awal berubah (mis hutan, sawah, perkebunan)
 sistem air permukaan berubah:
 aliran air limpasan berubah
 alur sungai berubah
 fungsi sebagai daerah resapan airtanah berubah
 sistem hidrogeologi berubah
eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 7
Bentang Alam Baru Tambang ‘OPEN CAST’

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 8


Bentang Alam Baru Bekas Tambang ‘ERZBERG’ PTFI

Tadinya ‘Erzberg’

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 9


Tambang Semprot Timah Aluvial

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 10


Tailing Disposal PTFI di S Ajkwa - Timika

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 11


Tambang Dalam (Bentang Alam Tidak Berubah)

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 12


Perubahan Geologi
(Ketidak-stabilan geologi)

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 13


Kestabilan (geologi) sangat penting
• Salah satu kriteria lingkungan yang baik,
nyaman, kondusif bagi kehidupan manusia
maupun makhluk hidup lainnya adalah kestabilan
geologi:
 tidak ada gempa & tsunami
 tidak ada amblesan/ longsoran
 tidak ada erosi tanah (yang berlebihan)
 (tdak ada banjir)
• Ketidak-stabilan bisa berupa:
 alami (gempa, tsunami, banjir, longsor, amblesan)
 ulah manusia (banjir, longsor, amblesan, erosi tanah)

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 14


Kestabilan terganggu:
1. Penggalian  membentuk lereng  tidak
stabil:
• lereng longsor
• erosi  kualitas air terganggu  biota air terganggu
2. Penimbunan  membentuk lereng  tidak
stabil:
• lereng longsor 
• erosi  kualitas air terganggu  biota air terganggu
3. Rongga bawah tanah  amblesan tanah:
• merusak lahan di atasnya (bangunan, tanah
pertanian, dll)  erosi  kualitas air terganggu
 biota air terganggu

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 15


Gangguan kestabilan

• Dalam hal ini yang ditinjau adalah ketidak-


stabilan geologi akibat kegiatan manusia:
 Penggalian: tambang, jalan raya, kanal,
bendungan
 Penimbunan: tambang, jalan raya,
bendungan, permukiman, TPA sampah
• Analisis perlu yang dilakukan:
 Analisis kemantapan lereng
 Analisis sistem darainase

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 16


Gangguan kestabilan
• Data yang diperlukan:
 Tinggi lereng
 Sudut lereng
 Posisi airtanah
 Sifat mekanik batuan: Ø, C
 Sifat fisik batuan: ∂,
• Pencegahan dampak:
 Safety factor > 1,3 – 1,5
 Perkuatan (bila diperlukan)
 Sistem drainase yang baik dan memadai
 Lereng berjenjang
 Revegetasi
eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 17
Perubahan
Kondisi Hidrogeologi

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 18


Air tawar (fresh water ~ 1,059 %)
Jumlahnya terbatas, dan relatif berkurang terus
karena:
• kebutuhan terus meningkat (penduduk bumi
bertambah terus)
• pencemaran dan gangguan lain meningkat

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 19


Porosity
varies with

% Cement

Sorting

Fracturing
eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 20
 Airtanah (groundwater ~ 1,05 %):
• Berada di bawah permukaan tanah (di dalam
tanah)
• Mengisi rongga / pori-pori tanah/ batuan, pada
zona jenuh air
• Gerakan/ alirannya dipengaruhi oleh gaya
gravitasi

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 21


Keberadaan air di dalam tanah & batuan:

• Air berada pada rongga-rongga yang terbentuk


oleh pori-pori tanah (ruang antar butiran tanah)
• Air berada pada rongga-rongga yang terbentuk
oleh rekahan pada batuan

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 22


o Airtanah Bebas (unconfined groundwater):
airtanah yang berada relatif dekat permukaan
tanah dan berhubungan langsung dengan udara
bebas (tekanan atmosfer)

o Airtanah Tertekan (confined groundwater):


airtanah yang berada dalam suatu akuifer yang
bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan
kedap air (akuifug)

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 23


eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 24
Unconfined Aquifer

Groundwater Table

Confined
Aquifer

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 25


Tambang terganggu genangan air

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 26


Tindakan Pencegahan
Pengendalian airtanah (dewatering):
 Penurunan muka airtanah di daerah tambang
dan sekitarnya

 Pemompaan airtanah keluar wilayah tambang

 Pembuatan sump pada dasar bukaan


tambang serta sistem drainasenya

 Mencegah masuknya airtanah ke dalam


bukaan tambang

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 27


Perubahan Sistem Airtanah Akibat
Kegiatan Pertambangan
• Kegiatan pertambangan, baik sistem
tambang terbuka maupun tambang
bawah tanah akan mengubah sistem
airtanah yang ada

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 28


OPEN PIT KEM

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 29


Perubahan muka airtanah di tambang terbuka
Muka airtanah sebelum digali

.
Permukaan tanah/ tambang

Muka airtanah sekarang

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 30


Perubahan muka airtanah pada tambang terbuka

Muka airtanag awal

Muka airtanah

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 31


Penurunan muka airtanah akibat penambangan

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 32


Perubahan muka airtanah akibat tambang
bawah tanah
.Permukaan tanah
Muka airtanah awal

Lubang bukaan tambang

Muka airtanah setelah ditambang

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 33


Pencemaran Air
Kegiatan manusia dapat mengakibatkan
terjadinya pencemaran air:

• Kekeruhan air permukaan


• Pencemaran hidrokarbon
• Pencemaran zat kimia (dari proses
pengolahan)
• Air asam tambang
• Lepasnya ion-ion berbahaya (As, Hg, Cr+6)

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 34


keruh
asam ?
m.a.t sangat dalam

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 35


Pengelolaan Air Buangan Dari Tambang
(Kolam Pengendap)

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 36


Genangan air asam tambang

AIR ASAM TAMBANG

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 37


Pengelolaan Minyak (Hidrokarbon) Bekas

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 38


Pengolahan Air Asam Tambang

netralisasi pH

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 39


BEBERAPA CONTOH KASUS

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 40


Bekas open pit
• Bekas open pit tambang tembaga ini tidak
direhabilitasi / ditimbun kembali karena dipakai
untuk menampung air, yang sampai sekarang
masih dipakai untuk proses konsentrasi bijih
• Kestabilan dinding bukaannya selalu dijaga;
batuannya kuat dan juga diberi ‘perkuatan’

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 41


Bekas bukaan tambang semprot (kolong)
• Penambangan timah di Bangka, Belitung,
Kundur, dll dimulai > 150 tahun yang lalu, dan
belum ada aturan/ keharusan untuk menata
lingkungannya !!!
• Lahan bekas tambang semprot termasuk yang
sulit (bukan tidak bisa) untuk direhabilitasi
• Kendala lain: ‘waste’ nya (kuarsa) kemudian
ditambang lagi, karena laku dijual

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 42


Kolam Bekas Tambang Timah (Belitung)

fungsi ekonomi, dllnya hilang

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 43


Kestabilan ‘waste dump’

• Timbunan tanah penutup (waste dump) harus


dibuat sedemikian rupa agar stabil dalam jangka
waktu yang sangat lama, + di-revegetasi
• 2 kasus di atas adalah pada waste dump yg aktif
(belum selesai); meskipun begitu rancangan
harus baik dan proses penimbunannya pun
dilakukan dengan baik (good mining practice)

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 44


Timbunan waste (baru)  BELUM STABIL

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 45


Timbunan ‘waste’ di Wanagon  TIDAK STABIL

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 46


Open pit yang ditinggalkan
• Bekas tambang yang ditinggalkan tanpa
rehabilitasi  pasti akan mewariskan masalah
• Akan terjadi longsoran dan erosi (untungnya
dalam kasus diatas, masuk ke bekas pit !)
• Karena itu rehabilitasi lahan bekas tambang,
hukumnya adalah WAJIB !!

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 47


Bekas tambang timah primer (Klp Kampit)
 TIDAK STABIL

LONGSOR DAN
EROSI

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 48


Tambang dalam
• Umumnya tambang bawah tanah memakai
penyangga
 room & pillar, open stope
 penyangga buatan (semen, bolt, kayu, dll)
• Ada beberapa metode penambangan bawah
tanah yang atapnya dibiarkan runtuh
 block caving
 sub-level caving
• Kalau dibiarkan runtuh, dan posisinya dekat
permukaan tanah, serta pada batuan yang
sedang/ lemah  terjadi amblesan  morfologi
(bentang alam) diatasnya terganggu

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 49


Tambang bawah tanah ‘block caving’
 sengaja dibiarkan runtuh

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 50


Amblesan pada tambang bawah tanah
‘sublevel caving  sengaja dibiarkan runtuh

Runtuh/ambles

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 51


Estetika

• Bentang alam asli (morfologi + hutan/tumbuhan)


seringkali mempunyai panorama yang indah dan
memberikan kesan khusus bagi manusia
• Perubahan morfologi  mengubah keindahan
panorama yang ada (estetika bentang alam ybs
hilang)
• Keindahan yang hilang tersbut tidak dapat
kembali untuk selamanya

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 52


Risiko dampak

• Perubahan bentang alam adalah suatu risiko


yang dengan sadar telah diambil, karena tidak
dapat kembali ke kondisi aslinya
• Sedangkan fungsi dari wilayah tsb mungkin saja
bisa kembali (mis: fungsi sebagai daerah
resapan air atau sebagai hutan); tetapi tidak
dengan risiko hilangnya nilai estetik daerah ybs
• Yang bisa dilakukan hanyalah berusaha untuk
memperkacil risiko totalnya

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 53


Dampak terhadap kondisi hidrogeologi
•Perubahan bentang alam (morfologi) akibat
penggalian dan penimbunan akan
mengubah:
 Pola aliran air limpasan (run off)  berubah
 Jumlah air limpasan  bertambah:
 banjir
 erosi  kekeruhan air / kualitas air / sedimentasi
 Pola aliran sungai dan anak-anak sungai
 Pengurangan infiltrasi (resapan airtanah)
 Peningkatan penguapan

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 54


Dampak terhadap kondisi hidrogeologi

• Dampak terbesar adalah terjadinya banjir:


menggenangi daerah yang sangat luas
(tergantung luas bukaan)  jauh ke hilir
mengakibatkan kerugian yang besar
kerusakan sarana-prasarana
kegagalan panen
mengganggu transportasi/ mobilisasi
Menurunkan produktivitas masyarakat
mempengaruhi kehidupan orang banyak
mengganggu kesehatan masyarakat luas
eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 55
Pengelolaan Dampak

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 56


Tujuan Pengelolaan Dampak (Penting):
1) Mencegah/ menghindari terjadinya dampak
2) Mengurangi kemungkinan terjadinya dampak
(memperkecil peluang dampak)
3) Memperkecil skala dampak
4) Mengendalikan dampak agar tetap terkontrol
5) (Terpaksa) menerima dampak seperti apa
adanya

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 57


Prinsip Pengelolaan Dampak:
1) Melestarikan fungsi lingkungan
2) Memanfaatkan/ menggunakan teknologi yang
tersedia
3) Memanfaatkan sumberdaya yang ada
4) Dana pengelolaan terbatas

Prinsip penting pengelolaan dampak:


 pengelolaan dilakukan sejak awal, yaitu pada
dampak utama  agar dampak ikutan tidak
terjadi

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 58


Contoh:
 lereng pada timbunan maupun galian dirancang
agar aman dan dibuat dengan baik  supaya
stabil
 dibuat teras-teras dan dilakukan revegetasi agar
tidak terjadi erosi  tidak terjadi kekeruhan air
dan tidak ada sedimentasi di sungai  tidak ada
gangguan terhadap habitat biota air

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 59


Pengelolaan Bentang Alam:
• Segera menimbun kembali bukaan (tambang)
yang sudah tidak aktif (back filling)
• Merancang lereng stabil dan menjaga kestabilan
lereng yang ada
• Merancang dan menjaga sistem drainase
• Segera melakukan rehabilitasi dan revegetasi
• Melakukan pemantauan dan pemeliharaan

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 60


Sketsa “BACK FILLING” pada Strip Mining

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 61


Pengelolaan Lereng:
• desain lereng & drainase harus aman, baik di
bukaan (tambang) maupun di lokasi penimbunan
tanah (waste dump)
• faktor keamanan untuk lereng permanen
(highwall) harus lebih tinggi
• jika diperlukan, muka airtanah harus diturunkan
• aliran air permukaan ke dalam bukaan tambang
harus dicegah
• waste dump harus segera di tanami, untuk
mengurangi/ mencegah erosi

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 62


Bentang Alam Baru
Timbunan Tanah Penutup
.

sistem multi jenjang

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 63


Pembuatan Sistem Drainase pada Waste Dump

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 64


REVEGETASI PADA TIMBUNAN ‘WASTE’

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 65


WASTE DUMP REHABILITATION

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 66


Pemantauan Lereng:
• lereng yang beresiko tinggi harus dipantau
(dipasang alat pantau) dan diamati secara
periodik
• kondisi airtanah (m.a.t) harus dipantau
• saluran drainase harus selalu dikontrol/ dirawat

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 67


• Pengelolaan limpasan:
 luas bukaan terbatas (dibatasi)
 pembuatan kolam penampung air hujan
 sistem drainase yang baik dan memadai
 perbaikan alur sungai
 pemeliharaan sistem drainase dan alur
sungai

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 68


• Pemantauan:
 pemantauan luas lahan terbuka
 pemantauan debit aliran
 pemantauan elevasi sungai utama
 pemantauan curah hujan
 pemantauan sistem drainase

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 69


Terimakasih !!!

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 70


eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 71
Dampak terhadap hidrologi/ hidrogeologi
•Topografi berubah:
perubahan pola aliran air limpasan/ aliran liar
perubahan aliran sungai-sungai kecil
pemindahan alur sungai
terjadi banjir/ aliran liar
•Lubang bukaan aktif:
muka airtanah turun
daerah sekitarnya kekeringan
terbentuk air asam tambang
eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 72
Pengelolaan Air Permukaan dan Airtanah:
• Membuat sistem drainase yang baik
• Membuat kolam pengumpul dan
penampung air permukaan yang berlebih
• Mencegah kekeruhan air (membuat kolam
pengendap)
• Membuat sumur pantau airtanah
(pengamatan m.a.t. & sampling)
• Menjaga kualitas air (membuat instalasi
pengolahan limbah

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 73


Pengelolaan kualitas air:
• Pengoperasian kolam pengendap
• Mempercepat pengendapan (+ zat kimia)
• Penurunan keasaman/ netralisasi
• Pengolahan limbah dari bengkel
(hidrokarbon)
• Pengendalian erosi
• Revegetasi
• Penggunaan sistem isolasi terhadap sumber
pencemar (misalnya PAF)

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 74


Isolasi terhadap batuan pembentuk Asam
(PAF)
tanpa diisolasi

PAF diisolasi

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 75


Tujuan Pengelolaan Dampak (Penting):

1) Mencegah/ menghindari terjadinya dampak


2) Mengurangi kemungkinan terjadinya dampak
(memperkecil peluang dampak)
3) Memperkecil skala dampak
4) Mengendalikan dampak agar tetap terkontrol
5) (Terpaksa) menerima dampak seperti apa
adanya

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 76


Prinsip Pengelolaan Dampak:
1) Melestarikan fungsi lingkungan
2) Memanfaatkan/ menggunakan teknologi
yang tersedia
3) Memanfaatkan sumberdaya yang ada
4) Dana pengelolaan terbatas

Prinsip penting pengelolaan dampak:


 pengelolaan dilakukan sejak awal, yaitu
pada dampak utama  agar dampak ikutan
tidak terjadi

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 77


Contoh:
 jika lereng pada timbunan batuan penutup
(waste dump) dibuat dengan baik, stabil,

PAF disekat dengan baik/ kedap;


 tidak terjadi longsor dan erosi  tidak
terjadi kekeruhan air/ air asam (tidak tercemar)
dan tidak ada sedimentasi di sungai  tidak
ada gangguan terhadap habitat biota air

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 78


Pemantauan Air Permukaan Airtanah

• Memantau curah hujan (jangka panjang)


• Memantau debit air permukaan
• Memantau genangan air
• Memantau tingkat kekeruhan air permukaan
• Memantau kualitas air (air permukaan &
airtanah)
• Simulasi model penyebaran polutan vs data
lapangan

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 79


Penirisan pada dasar bukaan tambang

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 80


Penirisan pada dasar bukaan tambang

eS-eN MTPADI: Geo-Morfo-Hidro-geolgi 81

Anda mungkin juga menyukai