Anda di halaman 1dari 44

Atomic Absorbansi

Spectrocopy (AAS)

Nama kelompok :
1. Yusup (D1121151018)
2. Juni Vesensius Rino (D1121161012)
3. Monik Mugiarti (D1121171006)
4. Margono Edi P. (D1121171009)
5. Melly Ariani Sidabutar (D1121171024)
6. Yulia Eta Putri (D1121171034)
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Instrumentasi dalam Metoda Spetrometri Nyala
Skema alat
instrumen
atomic-absorption

Skema alat instrument


Atomic Emission
Picture of a flame atomic-absorption spectrometer
Picture of a graphite-furnace atomic-absorption spectrometer
Atomic Absorption Overview
PROSES SERAPAN ATOM
Spektroskopi atom berkaitan dengan pembahasan
mengenai serapan dan emisi cahaya oleh atom.

absorpsi
+ hv

Absorpsi adalah proses di mana elektron dari suatu zat menyerap atau mengambil
panjang gelombang energi. Struktur atom dan molekul dari bahan mengatur tingkat
penyerapan, bersama dengan jumlah radiasi elektromagnetik, suhu, struktur kristal
padat, dan interaksi antarmolekul.
Emisi adalah proses di mana suatu zat mengeluarkan atau memancarkan radiasi
ketika dipanaskan atau diolah secara kimia. Tingkat emisi zat tergantung pada
komposisi dan temperatur spektroskopi nya.

emisi

+ hv
Potensial ionisasi: 5, 139 eV
E 5
N
E 4p0
R 3d 3p
4s 3s
G 2p
Y 3 6103 A0 2s
1s
(eV) 3303 A0 3p0
2
5890 A0

3s
0
1s2 2s2 2p6 3s1

Diagram atomik untuk atom Natrium (nomor atom = 11)


TRANSISI SERAPAN ATOM
ASPEK KUALITATIF
Radiasi elektromaknetik/foton/cahaya/sinar yang terlibat dalam
transisi elektronik (absorsi maupun emisi) adalah spesifik untuk
setiap jenis transisi dan karenanya unik untuk setiap atom.
E1
Absorpsi hv
E0 E = E1-E2
= hv
= hc/
E1
Emisi hv
E0
Contoh beberapa unsur dan panjang gelombang spesifiknya

Elemen Panjang
Gelombang
(nm)
Ag (perak) 328,1
Cd (kadmium) 228,8
Cr (kromium) 357,9
Cu (tembaga) 324,8
Fe (besi) 248,3
ASPEK KUANTITATIF
Jumlah unit sinar ( tertentu) yang diabsorpsi (A) berbanding lurus
dengan koefisien absorptifitas (), jarak tempuh sinar di dalam
daerah populasi atom (b), dan jumlah atom (konsentrasi, C).

p0 p

Transmitan (T) = P/P0 x 100%

A = log 1/T = -log T

A = .b.C (Lambert-Beer)
ATOMISASI DAN EKSITASI

Penentuan atom pada spektroskopi atom


hanya dapat dilakukan di dalam fasa gas.

Semua elemen di dalam sampel harus diubah dahulu


menjadi bentuk garam/senyawaan yang mudah diubah
menjadi fasa gas.
Spesi elemen dalam fasa gas ini kemudian diubah menjadi
atom-atom bebasnya (atomisasi).
Nyala dan Keadaan Tereksitasi
• Anggap nyala udara-asetilen (2400°C):
T = (2400 + 273)K = 2673K;
• Substitusi ke dalam persamaan Boltzmann:
Nu 6

 3.37x10 12erg 

  e  1.38x 16erg 1  2673K 
No 2  10 K 
= 3.23x104

• Sejumlah kecil fraksi atom di dalam nyala


tereksitasi ke keadaan eksitasi ini
Populasi Relatif dari Transisi Energi
Lebih Tinggi
• Transisi 3p  5s juga dimungkinkan dan memiliki  = 6161Å (E =
3.22x1012 erg.
• Fraksi elektron 3p yang tereksitasi ke orbitasl 5 s dihitung:

Nu 2

 3.22x10 12erg 

  e  1.38x 16erg 12673K  = 5.34x10-5

No 6  10 K 

• Jumlah fraksi yang terlibat pada transisi ini lebih sedikit.


• Selanjutnya, dapat diestimasi fraksi elektron pada keadaan 5s relatif
terhadap level energi 3s :
N5s N3p N5s
  = 5.34x105×3.23x104 = 1.72x108 QED
N3s N3s N3p
• Menunjukkan hanya sejumlah kecil spesies pengabsorpsi berada dalam
keadaan tereksitasi oleh eksitasi nyala; transisi energi yang lebih tinggi
probabilitasnya lebih kecil daripada transisi dengan energi yang lebih
rendah.
MENGUKUR SERAPAN ATOM Po
P

• Hukum Beer (A = log =  bC ) dipatuhi jika garis spektra lebih kecil dari
pita absorpsi

• Atom-atom dan molekul mengabsorpsi radiasi pada panjang gelombang


diskrit.

• Radiasi dengan pita yang lebar mengandung foton dengan beberapa


panjang gelombang, beberapa mungkin berguna namun kebanyakan tidak.
Sehingga nilai Po (= Pusable + Puseless) lebih besar dan absorbensinya lebih
kecil dari yang diharapkan, hanya sejumlah sinar tersedia yang bisa dipakai
untuk absorpsi.

• Disamping itu sinar Pusable bisa terdiri dari panjang gelombang dengan
absorftifitas yang berbeda. sampel tidak menyerap semua radiasi dengan
tingkat yang sama.

• Perilaku non-linear teramati jika range  sumber pengeksitasi lebih besar


daripada range  penyerapnya; bandwidth dari sumber pengeksitasi harus
lebih sempit daripada bandwidth penyerap.
Lebar Garis Transisi Atomik
• Lebar garis dari suatu spektrum absorpsi sangat kecil
(104Å) tetapi bisa diperlebar oleh karena
▫ Doppler broadening: gerakan termal acak dari atom-atom relatif
terhadap detektor
▫ Pressure broadening: dalam percobaaan serapan atom tekanan
cukup tinggi sehingga atom-atom dapat mengalami sejumlah
tumbukan antar atom yang berakibat pada perubahan kecil
dalam level energi yang lebih rendah.
• Lebar garis normal dari garis-garis eksitasi jauh lebih
besar dari garis ini
• Monokromator tak bisa digunakan untuk memilah
rentang panjang gelombang  dalam Spektro Serapan
Atom (bandwidth  few tenths of a nm).
SUMBER NYALA
• Solusi terhadap masalah lebar garis yang sempit ini: dipakai sumber sinar dari atom
yang sama dengan analit yang diperiksa.
• misal analisis Na analysis uap Na yang dipakai.
• Atom-atom dieksitasi oleh energi listrik; atom-atom tereksitasi mengemisikan 
karakteristik. Lebarpita dari sumber << lebar garis sampelkarena dihasilkan dari
kondisi dimana tidak terdapat pelebaran atau kecil
• Hollow Cathode Tube : Hollow cathode yang terbuat dari material yang sama dengan
yang dianalisis, diuapkan dan mengemisikan radiasi dengan panjang gelombang
karakteristik.
• Arus ion ke katoda ini mengontrol intensitas foton yang dihasilkan; Penambahan
tegangan antara katoda dan anoda akan mengontrol arus dan fluks foton totalnya.
• Arus optimum untuk setiap lampu (1-20ma).
PEMBENTUKAN UAP ATOM
Empat metode yang digunakan untuk menguapkan sampel
dari larutan:
• Oven: Sampel ditempatkan di oven; setelah pelarutnya ,
sampel diuapkan ke dalam daerah iradiasi dengan cara
menaikkan suhunya secara cepat.
• Electric arc or spark: Sampel dikenakan arus yang tinggi
atau tegangan A.C. yang tinggi. spark.
• Ion bombardment: Sampel ditempatkan di katoda dan
ditembaki oleh + ions (Ar+). Sputtering process
dislodges them from cathode and directs them to
irradiation region.
• Flame atomization: Sampel dispray ke dalam nyala lalu
mengalami atomisasi dan iradiasi oleh sinar
elektromagnetik.
1- Flame atomic absorption spectroscopy:
Sample introduction:
Process in a Flame AA

M* M+ + e_ Ionization

Mo M* Excitation

MA Mo + A o Atomization

Solid Solution Vaporization


ATOMISASI NYALA
• Total consumption burner:
Sejumlah saluran berbeda
membawa sampel, bahan bakar,
dan oksidan ke area pembakaran.
Semua sampel yang dibawa ke
daerah pembakaran ini dibakar;
• Sensitifitas lebih tinggi pada
daerah dalam nyala dibanding
daerah dimana sampel tidak Undergraduate Instrumental Analysis,
Robinson, p. 267.

terbakar sempurna.
• Terdapat gangguan (turbulence) di
dalam nyala dari variasi ukuran
droplet dapat meningkatkan noise.
Premix (laminar Flow) burner
• Sampel, bahan bakar, dan oksidan dicampur sebelum memasuki
nyala
• Turbulence secara signifikan dapat dikurangi dengan
menghilangkan ukuran droplet yang lebih besar.
• Mixing baffles dapat menjamin hanya kabut yang halus saja yang
dilewatkan masuk ke daerah pembakar.

Instrumental Methods of Chemical Analysis, Ewing, p. 110.


Slot burner and expansion chamber
Premix or laminar-flow burner
Outer cone
Secondary reaction
(combustion zone) Interconal layer (faint)
Region D

Blue cone
Light path
Primary reaction zone
Region C

Preheating
Region B

Premixed C2H2 + O2
Fine droplets of solution
Region A
ATOMISASI ELEKTROTERMAL
• Semua sampel yang digunakan diatomisasi pada
tungku pengatoman (electrothermal).
• Batas deteksinya 100-1000x lebih rendah dari
metode aspirasi/penga
• kabutan.
• Hanya beberapa mL larutan sampel yang
digunakan.
• Prinsip Dasar:
▫ Wadah sampel dipanaskan untuk menguapkan
atom logam.
▫ Sampel dikeringkan (pelarut diuapkan) pada
110°C;
Instrumental Methods of Analysis, Willard,Merritt, Dean
▫ diAbukan sampel "burn off" ( pada 200-300°C); and Settle, p. 147

▫ diatomisasi.(2000-3000°C)
▫ Jika dibandingkan dengan atomisasi nyala:
• Ada interaksi dengan sampel matriks dan elektroda
• Reprodusibilitasnya rendah
• Batas deteksinya 1010-1012g (atau 1ppb)
dimungkinkan.
BAHAN BAKAR/OKSIDAN
• Nyala bersuhu rendah : unsur-unsur
mudah tereduksi (Cu, Pb, Zn, Cd)
• Nyala bersuhu tinggi: unsur yang sulit
direduksi (e.g. logam-logam alkali).
• Bahan bakar: natural gas, propana,
butana, H2, and asetien;
• Pengoksidasi - Udara and O2 (nyala
suhu rendah). N2O (nyala suhu tinggi).
• Karakteristik nyala:
• Sampel yang memasuki nyala diuapkan,
direduksi dan akhirnya dioksidasi.
• Daerah-daerah di dalam nyala
bergantung pada:
• Laju aliran,
• Ukuran tetesan/kabut
• Kemudahan dioksidasi dari sampel.
• Posisi optimum nyala.
Return to Slide 10
SIFAT-SIFAT NYALA

 Saat sampel yang dinebulasikan & diumpankan ke


nyala, pelarutnya akan menguap di dalam daerah
pembakaran utama (primary combustion zone,
yang terletak di daerah ujung nyala.)
 Proses diatas menghasilkan partikel padatan yang
halus (aerosol padat) dan akan masuk kedalam
daerah interzonal (daerah yang terdapat di tengah
nyala). Di dalam daerah nyala paling panas ini,
partikel padat akan berubah menjadi atom gas dan
ion elementer.
Karakteristik Nyala Pada Umumnya

no Fuel-oxidant T MaximunBurning
(0K) velocity (cm s-1)
1 C2H8 - air 2267 39-43

2 H2 – air 2380 300-440

3 C2H2 – air 2540 158-266

4 H2-O2 3080 900-1400

5 C2H8-O2 3094 370-390

6 C2H2-N2O 3150 285

7 C2H2-O2 3342 1100-2480


Elemen  (nm) Flame type

Al 309,3 Nitrous oxide-Acetylene (28000 C)

Pb 217,0 Air-Acetylene (24000 c)

Ag 328,1 Air-acetylene (24000 c)

Sn 235,5 Nitrous oxide –acetylene (28000 C)


N*
N* /N0 = [g(e)/g(d)]exp(-E/kT) A E

N0
Nilai N*/N0 pada beberapa unsur

Atom  gd/ge 20000 K 30000 K


N*/N0 N*/N0
Cs 852,1 2 4,44 x 10-4 7,24 x 10-3

Na 589,0 2 9,86 x 10-6 5,88 x 10-4

Ca 422,7 3 1,21 x 10-7 3,69 x 10-5

Fe 372,0 2,29 x 10-9 1,31 x 10-6

Cu 324,8 2 4,82 x 10-10 6,65 x 10-7

Mg 285,2 3 3,35 x 10-11 1,5 x 10-7

Zn 213,9 3 7,45 x 10-15 5,5 x 10-10


Profil Nyala dalam AAS
PRINSIP PENGUKURAN
• Idealnya, jumlah cahaya yang sampai ke detektor menurut Hukum Beers Law:
P = Po×10bC .

• Sejumlah interference bisa merubah nilainya menjadi:


• P = Po×10bC + Pemission  Pbackground  Pscattering.

• P emisi disebabkan emisi analite di dalam nyala

• Dihilangkan dari penyerapan dengan modulasi dari sumber sinarnya: measures only AC
levels; emission DC level.

• Pbackground, Pscattering: disebabkan absorpsi oleh nyala atau oleh matrik sampel namun
independen terhadap analit.

• Interferensi cahaya dinolkan dengan membandingkan blanko dengan sampel


▫ Problem bisa dari matrik sampel. Misalnya bisa disebabkan oleh kandungan garam
yang tinggi (dari garam-garam NaCl or KI). Garam-garam ini mempunyai spektrum
absorpsi yang lebar di dalam nyala karena tidak tereduksi. Pada umumnya dipakai
sumber sekunder yang kontinyu seperti lampu D2
▫ Setiap lampu (D2 and HCT) termodulasi tetapi 180° ditempatkan satu sama lain.
▫ Sistem deteksi mengukur perbedaan antara dua sinyal absorbanasi: AHCT = Asample +
Abrdband sedangkan Acontinuum source = Abrd band. Merupakan absorbensi dari sampel
Sumber lampu D2
Eliminasi Gangguan Latar Belakang
Schematic diagram of an atomic absorption spectrometer
MONOKROMATOR
• Diperlukan untuk memilih
satu dari beberapa garis
emisi (emitted) dikenal
sebagai HCT.
• Karena biasanya terpisah
dengan baik dari garis
spektra yang diinginkan,
maka dengan mudah bisa
dipakai suatu
monokromator untuk
mengeliminasi gangguan
interferensi ini.
TEKNIK-TEKNIK ANALISIS
• Hukum Beer, A = k×C, tidak selalu terpenuhi dalam
membuat kurva kalibrasi
• Methode standar adisi digunakan untuk meminimalkan
pengaruh matriks.
• Anion- tinggi puncak serapan dipengaruhi oleh jenis dan
konsentrasi anion. Masalahnya bisa mengurangi jumlah
atom yang terbentuk. Matrik yang tidak diketahui akan
sulit untuk dilakukan koreksinya.
• Kation: Keberadaan kation-kation lain dapat
membentuk senyawa stabil dengan kation yang sedang
dianalisis. Misalnya Al + Mg memberikan hasil yang
lebih rendah untuk analisis Mg karena terbentuknya
oksida Al/Mg.
Contoh Analisis
• Kandungan nikel dalam air Determination of Nickel
sungai ditentukan dengan cara Content by AA
Spektro Serapan Atom setelah 120
sebelumnya 5.00 L sampel di
lewatkan suatu penukar ion. y = 5.6x + 20
Lalu kolom dibilas dengan 25.0

Absorbance Units
mL larutan garam melepaskan 80
semua nikel, setelah dibilas
volume ditepatkan menjadi
75.00 mL; 10.00 mL aliquot
40
larutan ini dianalisis setelah
penambahan volume larutan
0.0700 g Ni/mL ke masing-
masing larutan. Plot grafik 0
hasil analisis. Lalu tentukan 0 5 10 15
konsentrasi Ni dalam air
sungai tersebut. Volum e of Nickel Added(m L)
GANGGUAN-GANGGUAN ANALISIS

a) Gangguan kimiawi – Atomisasi yang tidak


sempurna karena terbentuknya ikatan ionik dalam
sampel.
Contoh:
CaSO4 and Ca3(PO4)2 memiliki ikatan ionik yang sangat kuat;
akibatnya proses atomisasi tidak dapat berjalan sempurna
Pemecahan :
Tambahkan La, yang mempunyai ikatan ionik lebih kuat
terhadap sulfat dan fosfat, sehingga dapat membebaskan ion
Ca.
b) Gangguan spektral (Spectral Interference)
Garis spektra yang akan dianalisis overlap dengan garis
spektra unsur lainnya di dalam sampel.

Contoh :
Sinar dari lampu katoda diserap oleh oleh atom pengganggu
Pemecahan:
Gunakan lebar celah sesempit mungkin untuk memilahkan garis
spektra tertentu
Gunakan garis spektra sekunder selain garis spektra primer.
•Violet: 400 - 420 nm
•Indigo: 420 - 440 nm
•Blue: 440 - 490 nm
•Green: 490 - 570 nm
•Yellow: 570 - 585 nm
•Orange: 585 - 620 nm
•Red: 620 - 780 nm

Anda mungkin juga menyukai