Anda di halaman 1dari 23

DAERAH TROPIKA BASAH

KELOMPOK I

MIRDAWATI (60100115034)
ANDI RAHMAN AHMAD (60100115075)
ABDUL HADI (60100116025)
SRI DESY (60100116040)
MUH.ERVIN NASIR (60100116052)
NURAZIZAH (60100116053)

TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
Ciri-ciri iklim Tropika Basah
• permukaan tanahnya berwarna merah atau coklat.
• Kelembaban udara yang relatif tinggi (pada umumnya di atas 90%).
• Temperatur tahunan di atas 18°C (dan dapat mencapai 38°C pada musim
kemarau).
• Gerakan udara, lambat terutama pada daerah hutan rimba, bertambah cepat
bila turun hujan, sampai kekuatan angin 6 atau lebih. Biasanya terdapat satu
atau dua arah angin utama.
• Radiasi matahari sedang sampai kuat (matahari bersinar sepanjang tahun).
• Kelembabannya sangat tinggi dengan temperatur yang hampir selalu tinggi.
Angin sedikit, radiasi matahari sedang sampai kuat. Pertukaran panas kecil
karena tingginya kelembaban.
• Perbedaan antar musim:
a. Belahan bumi utara :
bulan terdinging : Desember-januari
bulan terpanas : Mei-Agustus, dengan curah hujan
tertinggi.
b. Belahan bumi selatan :
bulan terdingin : April-Juli
bulan terpanas : Oktober-Februari, dengan curah hujan
tertinggi.
Permasalahan pada daerah tropika basah
• Tanah merah atau coklat biasanya untuk pertanian kurang
menguntungkan, karena terdapat lumut,ganggang dan jamur.
• Iklim yang sangat sukar ditoleransi . Bahaya pelapukan pada
bahan bangunan organik, dan bahaya korosi pada logam.
• Curah hujan sangat tinggi.
• Radiasi sinar langsung.
• Udara lembab, tanah lembab, radiasi panas balik dari tanah
membuat udara jenuh.
Hal yang perlu diperhatikan
• Menghalangi radiasi sinar matahari langsung dengan louvers dan
sun shading.
• Jarak bangunan dengan bangunan lain jauh untuk memperlancar
aliran udara.
• Bahan-bahan yang digunakan sebaiknya , time lag rendah, kapasitas
panas kecil, dan dapat mengikuti kadar kelembaban udara sekitar
dan konduktiv panas rendah.
• Bangunan menggunakan kemiringan atap yang curam.
• Penggunaan dinding porous pada bangunan agar dapat ikut
menyerap uap air di dalam ruangan.
• Mengangkat lantai bangunan untuk memberi kesempatan udara
mengalir dikolong bangunan, ini untuk mengatasi kelembaban
udara, tanah dan radiasi panas dari tanah.
• Orientasi U-S, untuk mencegah pemanasan fasad yang lebih lebar
• Bangunan harus lebar untuk mendapatkan ventilasi Silang
• Ruang di sekitar bangunan harus diberi peneduh, tanpa
mengganggu sirkulasi udara.
• Persiapan penyaluran air hujan dari atap dan halaman
Studi kasus 1
Berlokasi di bali, dengan fungsi bangunan rumah pribadi
Bangunan rumah tinggal ini berorientasi ke arah Utara dan merupakan bangunan 1 lantai. Luas
bangunan ini adalah 1.68 m2 sedangkan luas lahannya adalah 9.9 m2. Alasan pemilihan bangunan ini
sebagai objek observasi kami adalah karena bangunan ini memiliki bentuk teritisan yang lebar,
mengoptimalkan bukaan untuk sirkulasi udara dan perletakan objek di dalam site yang tidak
menempel pada tembok pembatas untuk memperlancar sirkulasi udara. Bukaan pada bangunan
rumah tinggal ini terdapat hampir di setiap ruangan dengan beragam variasi ukuran maupun
bentuknya sehingga bangunan tersebut dapat dikatakan memanfaatkan penghawaan alami di dalam
ruang. Selain itu di sekitar bangunan juga menggunakan beberapa jenis vegetasi seperti kamboja,
cemara, dan lain-lain sebagai ruang terbuka hijau di areal bangunan. Berikut adalah gambar denah
dan tampak bangunan rumah tinggal.

Pada gambar layout terdapat beberapa


perubahan pada bangunan tersebut yaitu
ruangan di samping ruang makan yang
terletak di bagian Selatan yaitu ruang
pembantu. Ruang tersebut dipindahkan ke
samping garasi di bagian Barat bangunan.
tujuannya adalah agar tidak ada ruang yang
menempel pada tembok pembatas sehingga
ruang di dalam bangunan terkesan lebih
luas. Ruang disamping ruang makan
dijadikan sebagai teras belakang sebagai
tempat bersantai.
Kenyamanan Thermal
Dalam memenuhi kenyamanan thermal pada bangunan ini maka diterapkan beberapa strategi untuk
mengurangi perolehan panas yang masuk ke dalam bangunan.

1. Material bangunan yang bersifat tahan terhadap cuaca


Elemen – elemen yang digunakan dalam bangunan rumah tinggal ini sudah menggunakan material
yang bersifat isolator terhadap panas matahari. Material atap pada objek menggunakan material
genteng tanah liat yang bersifat isolator terhadap panas dan dingin sehingga berpotensi mengurangi
penerimaan panas ke dalam bangunan dan cukup ideal untuk iklim tropis. Jenis atap yang digunakan
adalah jenis limasan dengan kemiringan atap lebih dari 30 derajat untuk mengalirkan air hujan ke
bawah sebelum merembes ke dalam bangunan. Selain itu, objek juga menggunakan teritisan yang
lebar yaitu sejauh 1 meter untuk mengurangi efek tampias dari hujan yang disertai angin dan untuk
menahan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam bangunan. Kemudian pada elemen dinding
menggunakan material dinding bata yang sudah difinishing cat sebagaimana lapisan cat juga memiliki
karakteristik penyerapan panas yang sedikit sehingga tahan terhadap panas. Sedangkan, elemen lantai
tidak menggunakan lantai kayu melainkan keramik karena lebih tahan terhadap panas maupun lembab
sehingga tidak mudah lapuk.
2. Orientasi bangunan

Bangunan rumah tinggal ini memiliki orientasi bangunan menghadap Utara – Selatan, sehingga tidak
terlalu banyak cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah yang dapat menimbulkan suhu ruangan
menjadi panas. Hal ini tentu tidak akan mengganggu aktifitas di dalam rumah tersebut mengingat
orientasi sudah sesuai dengan karakteristik rumah tropis. Ruang – ruang yang merupakan pusat
aktifitas seperti ruang tamu dan ruang keluarga pada objek sudah cukup banyak mendapat sinar
matahari langsung terutama sinar matahari pagi sehingga penghuni rumah bisa menghemat
penggunaan lampu pada saat pagi hingga sore hari. Selain itu, orientasi bangunan yang menghadap
Utara tentunya memberikan view yang baik karena pada bagian Utara bangunan terdapat taman
yang luas sehingga penghuni dapat merasa sejuk dan asri.
3. Jumlah dan perletakan bukaan
Sistem bukaan pada sisi Barat dan Timur bangunan dibuat lebih kecil dibanding dengan bukaan pada
sisi Utara dan Selatan. Hal tersebut untuk menanggulangi panas matahari yang masuk dari arah
Timur dan Barat bangunan. Jumlah sistem bukaan yang mengarah Utara – Selatan lebih banyak yaitu
16 buah jendela dibandingkan dengan jumlah bukaan pada arah Timur – Barat yang hanya 7 buah
jendela. Dengan jumlah bukaan yang sedemikian banyak, sepertinya telah disiasati oleh
perancangnya dengan menerapkan permainan fasad bangunan yang maju mundur pada sisi Timur,
dan pada sisi Barat bukaannya terhalangi oleh atap garasi seperti pada gambar di bawah ini.
4. Warna Pada Bangunan
Warna yang digunakan pada eksterior bangunan rumah ini didominasi oleh warna yang terang yaitu
warna putih dan cream pada dinding dan lantai termasuk pada penggunaan elemen kayu yang
berwarna terang pada pintu maupun jendela, sehingga penyerapan panas matahari kecil dan tentu
ini berimplikasi pada udara panas yang dirasakan di dalam rumah yang tidak terlalu mengganggu
aktivitas.
5. Ketinggian Bangunan

Indonesia sebagai daerah beriklim tropis menglami


musim panas dan musin hujan yang sama panjang.
Namun, karena pemeliharaan fasilitas umum yang kurang
memadai dan potensi alam yang belum mampu diolah
secara baik, maka ketika musim hujan datang tidak dapat
dipungkiri akan terjadinya banjir. Untuk mengantisipasi
banjir tersebut, masyarakat pada umumnya akan
membangun rumah yang lebih tinggi dari jalan utama.
Seperti pada objek observasi, bangunan tersebut didesain
memiliki ketinggian dari tanah yaitu 60 cm. Sehingga,
civitas yang tinggal di dalam rumah tersebut tidak perlu
khawatir soal banjir. Selain sebagai antisipasi banjir,
ketinggian bangunan dari tanah ini juga untuk
menghindari kelembapan udara di dalam rumah.
6. Sistem bukaan di Dalam Bangunan

Aliran udara atau ventilasi yang saat ini ada pada objek
berjumlah 37 buah dengan bentuk dan dimensi yang
bervariasi, antara lain 40 cm x 15 cm (32 buah) dan 40 cm x 40
cm (4 buah). Penempatan bukaan pada keempat sisi bangunan
memungkinkan terjadinya cross ventilation pada ruangan.
Bentuk massa bangunan yang persegi panjang juga
memudahkan penerapan cross ventilation. Keadaan ventilasi
pada objek sangat baik dan dibiarkan terbuka. Hal ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kenyamanan
thermal. Untuk sistem bukaan pada objek menggunakan
sistem jendela jungkit bawah. Sistem bukaan jenis ini
cenderung menyebabkan kapasitas udara yang masuk kedalam
bangunan lebih sedikit. Keuntungan menggunakan sistem ini
adalah ketika cuaca sedang dalam keadaan panas, kita tetap
dapat membuka jendela agar udara/angin dari luar dapat
masuk ke dalam ruangan, namun panas matahari masih dapat
ditahan oleh kaca.
7. Tinggi plafond

Ketinggian plafond dari lantai yaitu 3.5 m. Dengan ketinggian tersebut bisa memperlancar sirkulasi
udara sehingga tidak lembab dan sangat sesuai dengan iklim tropis. Plafond yang tinggi dapat
membuat sirkulasi udara dalam ruangan menjadi lebih baik. Udara panas akan bergerak ke atas,
maka plafond yang tinggi memungkinkan ruangan tidak terasa lembab. Selain itu, desain plafond
yang tinggi akan memungkinkan cahaya matahari dapat masuk lebih mendalam ke dalam ruangan.
8. Perletakan ruang dalam

Selain konsep perletakan bukaan, juga terdapat konsep perletakan ruangan, dimana ruangan yang
ada di dalam bangunan agar memiliki konsep terbuka. Dalam hal ini yang dimaksud adalah
penataan tiap – tiap ruangan agar memiliki hubungan dengan ruang luar. Adanya hubungan tiap
ruang dengan ruang luar mempengaruhi perletakan bukaan sehingga aliran udara menjadi lebih
maksimal. Masing – masing ruang pada objek rumah tinggal ini sudah menggunakan konsep ruang
terbuka. Setiap ruangan pada objek ditata agar semua ruang memiliki hubungan dengan ruang
luar dan memiliki bukaan ke arah taman sehingga udara dapat masuk ke setiap ruangan yang ada
di dalam objek rumah tinggal. Hasilnya objek rumah tinggal ini sangat mengutamakan
penghawaan alami di dalam ruangan.
9. Penataan taman
Selain penataan sirkulasi udara di dalam bangunan berupa ventilasi atau bukaan dalam bangunan
juga perlu diperhatikan penataan ruang luar untuk sirkulasi udara dalam hal ini adalah penataan
taman. Berdasarkan pada pengamatan, angin pada objek dominan datang dari arah Tenggara dan
Barat Laut sehingga peletakan tanaman diletakkan di sebelah Utara bangunan sebagai pereduksi
angin terhadap bangunan sedangkan di bagian Selatan sudah diantisipasi dengan dinding
pembatas.Tanaman yang digunakan pada objek adalah pohon cemara dan pohon kamboja dengan
karakteristik daun yang rindang dan sedikit rapat serta batang yang tinggi untuk mengalirkan angin
ke arah bawah. Penataan taman selain di bagian utara juga dilakukan di semua sisi agar penghawaan
menjadi lebih optimal di dalam dan luar bangunan. Selain penataan taman, antara bangunan dengan
tembok pembatas juga harus memiliki jarak agar memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dan
memudahkan udara masuk ke dalam bangunan. sirkulasi udara pada objek di sisi Utara, Timur dan
Barat cukup optimal sedangkan pada bagian Selatan tidak terlalu optimal dikarenakan jarak antara
bangunan dengan tembok pembatas cukup dekat yaitu berkisar 1 – 1.5m. Oleh karena itu pemilik
mengubah desain denah tersebut dengan menghilangkan ruangan di dekat meja makan agar tidak
ada ruangan yang menempel pada tembok pembatas untuk memperlancar sirkulasi udara di sisi
Selatan
10. Radiasi Panas

Pada objek penggunaan sun shading device adalah untuk


mengurangi radiasi panas yang masuk ke dalam rumah, oleh
sebab itu pada sebagian besar ruang yang memiliki jendela
dilengkapi dengan gorden. Warna gorden yang digunakan pun
merupakan warna yang natural dan lembut, sehingga
penyerapan panasnya relatif kecil.
Kesimpulan
Objek rumah yang dipilih sudah menerapkan strategi desain dari arsitektur tropis yaitu dari segi
kenyamanan thermal, aliran udara melalui bangunan, dan radiasi panas. Dari segi kenyaman thermal
terlihat dari penggunaan material bangunan yang tahan terhadap cuaca, orientasi bangunan yang
menghadap Utara-Selatan, Jumlah bukaan yang banyak, perletakan bukaan yang ada di setiap sisi
bangunan serta warna permukaan bangunan yang menggunakan warna-warna cerah. Kemudian dari
aspek aliran udara pada bangunan terlihat dari sistem bukaan di dalam bangunan yang
menggunakan sistem cross ventilation, tinggi plafond dari lantai yang cukup tinggi sehingga aliran
udara menjadi optimal, perletakan orientasi ruang yang menghadap ke ruang luar / taman serta
penataan vegetasi sebagai pereduksi angin. Kemudian dari aspek radiasi matahari terlihat dari
penggunaan gorden untuk mereduksi radiasi panas matahari ke dalam bangunan. Bangunan rumah
tinggal ini tentunya memiliki kekurangan dalam desainnya yaitu sistem bukaan pada bangunan yang
menggunakan sistem jungkit bawah yang menyebabkan sedikitnya udara yang dapat masuk ke dalam
bangunan.
Berada di tepian bukit Desa Loji, Cijeruk,
Kabupaten Bogor, Susi Syahdonna Marleni
Bachsin (55) menuangkan idenya dalam
Bentuk hunian bergaya ala country. Vila Kazeda
(singkatan dari ketiga nama putrinya : Kara, Zetya,
dan Dasya), terinspirasi sebuah rumah country side
saat traveling di Jerman beberapa tahun silam.

Semua kesan dan inspirasi di kepala ibu tiga anak


itu digambar dan direka-reka seorang arsitek hingga
berwujud rumah peristirahatan yang nyaman. Berdiri
di atas lahan seluas 4000 meter persegi, rumah ini
menampilkan batu bata ekspos sebagai elemen sekaligus
ornamen eksteriornya.

Tampilan luar rumah tampak mengusung


Konsep hunian gaya perdesaan Eropa

Hasilnya adalah perpaduan gaya Eropa dan Asia,


khususnya Indonesia. Ada hiasan keramik, lampu
kristal, dan sofa ala Eropa. Ada pula ukiran Jepara
semisal pada bingkai cermin dan panorama Indonesia
hasil jepretan sang pemlik rumah di pigura yang
digantung di dinding-dinding rumah.

Batu bata ekspos sebagai elemen


sekaligus ornamen eksterior

Foto dan Teks : Rumah 123/jhony Hutapea


Ruang tengah yang terasa luas
mulai dari ruang nyantai (bale-bale),
ruang makan, dan langsung menuju dapur.
Penggunaan material kayu pada bale-bale
dan ruang makan memberikan
kesan hangat di dalam ruang.

Ruang tengah

Ruang tamu dengan kombinasi furniture


ala Eropa dan Indonesia. Tampak jendela
menampilkan laskap luar rumah sekaligus
sebagai pencahayaan alami.

Ruang tamu
Foto dan Teks : Rumah 123/jhony Hutapea
Kamar utama dengan design
minimalis serta pengunnaan
material kayu pada ranjang dan
lemari makeup, menampilkan
suasanan kamar yang hangat
dan nyaman.

Kamar utama

Interior kaca besar besar pada


dinding rumah berfungsi untuk
“meluaskan ruangan”.

Foto dan Teks : Rumah 123/jhony Hutapea


Pintu utama terbuat dari kayu
berpadu lantai batu alam
sebelum memasuki rumah.

pintu utama

Batu bata merah sebagai


bahan dasar pada
dinding rumah.

Dinding eksterior
Foto dan Teks : Rumah 123/jhony Hutapea
DAFTAR PUSTAKA
• Lippsmeier, Georg. 2011. Bangunan Tropis. (Edisi ke -2).
Terjemahan oleh Ir. Syahmir Nasution. Jakarta: Erlangga.
• Purwanto, L.M.F. 2006. Arsitektur Tropis Dalam Penerapan
Desain Arsitektur.
• Frick, Heinz dan FX. Bambang. 1998. Dasar-dasar Eko
Arsitektur. Yogyakarta, DIY. Penerbit : Kanisius.
ありがとうございます

Anda mungkin juga menyukai