Anda di halaman 1dari 31

ARSITEKTUR PERILAKU

Sistem Setting Perilaku

We shape our buildings


And afterwards our buildings shape us
Winston Chruchil, 1993

Theodora Murni C. Tualaka


C
O Pengertian Sistem Setting Perilaku
N
T
E Hubungan Sistem Setting dan Perilaku Manusia
N
T
Batas Sistem Setting Perilaku
P
E
Latar Belakang
N
D
A Sebagian besar pola perilaku dan Pola perilaku yang unik dan
H karakter manusia ditentukan oleh spesifikasi tekait dengan unsur
U keadaan lingkungan sekitar fisik (setting) yang ada. (Joyce
Barker)
L
U
A Perilaku menunjunkan manusia
dan aktivitasnya (interaksi dengan
N
sesama maupun lingkungan)

Desain arsitektur menghasilkan


bentuk fisik yang dapat disentuh
sehingga menjadi fasilitator
Behavior setting digunakan untuk
terjadinya perilaku sekaligus
mengkaji kaitan antara manusia
penghalang sebuah perilaku
dan sistem setting.
1
P
E
Latar Belakang
M
B
A
H
A
S Interaksi
A
N

• Pandangan
• Perilaku

2
P
E
Sistem Setting Perilaku
N
D Pengertian
A
Barker (1968), dalam Haviland(1967) dalam
H
Laurens (2004:131) Laurens (2004:131)
U
L
U
A
N Tatar Perilaku Tatar Perilaku
atau =
Behavior Setting Ruang Aktivitas

Suatu unit hubungan


Perilaku Manusia Tatanan Lingkungan
antara perilaku dan
Fisik
lingkungan bagi
perancang arsitektur
3
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B Pengertian
A
H
Menurut Setiawan (1995) penggunaan istilah setting dipakai dalam
A
S kajian arsitektur lingkungan (fisik) dan perilaku, yang menunjuk pada
A
N hubungan integrasi antara ruang (lingkungan fisik secara spasial)

dengan segala aktivitas individu/sekelompok individu dalam kurun

waktu tertentu. Dimana penggunaan istilah setting lebih menunjuk

pada unsur kegiatan manusia yang tidak nampak.

4
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B Pengertian
A
H Setting perilaku adalah pola tingkah laku kelompok (bukan individu) yang
A terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan tertentu (physical milleu).
S
A
N Ruang Kantor

Ruang Kelas

5
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B Syarat
A
Behaviour setting merupakan suatu kombinasi yang stabil antara aktivitas,
H tempat, dengan kriteria sebagai berikut :
A
S
A Terdapat suatu aktivitas Tata lingkungan tertentu
N yang berulang, berupa suatu (circumjacent milieu), milieu
pola perilaku (standing 1 2 berkaitan dengan pola
pattern of behaviour) perilaku.

Membentuk suatu hubungan 3 4 Dilakukan pada priode waktu


yang sama antar keduanya, tertentu.
(synomorphy)

6
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B Entitas Pembentuk Behavior Setting
A Selanjutnya yang harus dipenuhi oleh sebuah entitas untuk menjadi sebuah
H behaviour setting menurut Laurens (2004:136)
A
S 1 Aktivitas
A
N 2 Penghuni

3 Kepemimpinan, Untuk mengetahui posisi fungsional


penghuni, untuk mengetahui peran sosialnya yang ada di
dalam komunitas tersebut.

4 Populasi, Sebuah setting dapat mempunyai banyak atau


sedikit partisipan. Komunitas dianggap lebih baik apabila
memiliki banyak setting.
7
Sistem Setting Perilaku
P Entitas Pembentuk Behavior Setting
E
M
B 5 Ruang, Ruang tempat terjadinya setting tertentu sangat
A beragam, bisa di ruang terbuka atau ruang tertutup.
H
6 Waktu, Kelangsungan sebuah setting dapat terjadi secara
A rutin atau sewaktu-waktu. Durasi pada setting yang sama
S dapat berlangsung sesaat atau terus-menerus sepanjang
A tahun.
N
7 Objek

8 Mekanisme Pelaku

8
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B
A Behavior Setting
H
A
S
A system of setting system of activity
(Sistem Tempat) (Sistem Kegiatan)
N

rangkaian unsur – unsur fisik dan suatu rangkaian perilaku


spasial yang mempunyai hubungan yang secara sengaja
tertentu dan terkait hingga dapat dilakukan
dipakai untuk suatu kegiatan tertentu

9
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B
A
H
A
S
A
N

10
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B
A
H
A
S
A
N

11
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B Skala Hubungan Lingkungan dan
Perilaku
A Sistem Tempat Area perkotaan
H Area perumahan
A Kompleks bangunan
S Tipe bangunan
A Bagian bangunan
N Ruangan

Furnitur

Anak - anak Personal space


Orang tua Teritoriti
Penyandang Cacat Anthropometrics
Dst
Proxemics
Dst

Konsep Fenomena
Kelompok Pengguna
Perilaku
12
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B
A
H
A
S
A
N

13
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B
Sistem Tempat (Setting Places)
A
H Meliputi semua skala setting mulai dari skala ruang sampai dengan skala wilayah, negara
dan seterusnya
A
S Konsep Fenomena Perilaku (Behavioral Phenomena Concept)
A
• Merupakan aspek-aspek perilaku manusia yang berbeda dalam hubungan dengan
N lingkungan fisik sehari-hari
• Contoh:
 Proxemic (proksemik) jarang yang bervariasi antar individu yang dianggap nyaman
terhadap lingkungan sosialnya
 Privacy (privasi) kontrol interpersonal yang mengatur hubungan dengan individu

Kelompok Pengguna (User)


Kelompok pengguna yang memiliki kebutuhan dab pola berbeda-beda yang dipengaruhi
oleh kualitas lingkungan

14
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B Teori umum hubungan lingkungan-perilaku meliputi respon perilaku
dalam 3 skala yaitu:
A
H
1. Skala Makro
A
Meliputi perilaku kelompok di dalam lingkungan (misalnya area urban,
S
lansekap, komunitas, kota, wilayah geografis
A
N 2. Skala Meso
Meliputi perilaku individual dan kelompok di dalam lingkungan skala
menengah (intermediate). Misalnya bangunan, urban open space.
Setting fisik : open space di sebuah kompleks perumahan
Aspek Perilaku : Mengumpulkan ingatan penghuni terhadap
ruang terbuka di lingkungan perumahan
tersebut
Kelompok : Penghuni
Pengguna
17
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B Teori umum hubungan lingkungan-perilaku meliputi respon perilaku
A dalam 3 skala yaitu:
H
A
S 3. Skala Mikro
A Meliputi perilaku individual di dalam unit lingkungan.
N
a. Setting fisik : Food court / toko buku
Aspek Perilaku : Kesesuaian dimensi counter dan furniture lain
untuk konsumen anak-anak
b. Setting fisik : Panti Jompo
Aspek Perilaku : Adaptasi penghuni panti jompo

13
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B Behavior Setting dalam Ruang Publik
A
H • Setting perilaku yang berada pada berbagai ruang kota dapat
A dibagi menjadi beberapa sub setting. setiap sub setting
dipengaruhi oleh kecenderungan dan upaya pelaku dalam
S
merespon lingkungan sekitarnya untuk melakukan aktifitas.
A
N • Pelaku cenderung memilih tempat yang nyaman untuk
beraktifitas.

14
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B Behavior Setting dalam Ruang Publik
A
H • Seorang arsitek merancang sebuah tabung yang dimaksudkan
A sebagai meja, akan tetapi bagi seorang anak menganggap
tabung tersebut adalah kursi.
S
A
N

14
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B Behavior Setting dalam Ruang Publik
A
H • Ubenstein (1992: 31) menyatakan bahwa dalam skala yang lebih
luas seperti kawasan yang memiliki ruang publik kota, terdapat
A
parameter/elemen yang membentuk ruang itu sendiri.
S
A • Contoh ragam elemen ruang publik kota dapat terdiri dari
N macam-macam street furniture, hardscapes, dan softscapes
seperti paving, lampu, Signage / tanda, sculpture, bollard, bangku
dan tanaman peneduh.

Gb. Bollard
15
P
E
Sistem Setting Perilaku
M
B Behavior Setting dalam desain
A
H • Laurens (2007) mengungkapkan bahwa desain behavior setting
A yang baik adalah yang sesuai atau pas dengan struktur perilaku
S
penggunanya. Hal ini membuat sebuah desain arsitektur dapat
A
N diadaptasikan, fleksibel atau terbuka (open-ended).
• Tiga tipe dasar pola ruang yang direkomendasikan untuk
menunjang fleksibilitas suatu ruang berupa
 ruang berbatas tetap,
 ruang berbatas semi tetap, dan
 ruang informal.

1
P
E
Batas Sistem Setting Perilaku
M
B Batas Behavior Setting
A
H Batas suatu behavior setting adalah dimana perilaku tersebut berhenti
(tidak berlanjut).
A
S • Batas fisik/ physicalboundary batas perilaku yang dipengaruhi dan
A ditandai dengan elemen fisik lingkungan (batas fisik ruang) meliputi
elemen dasar ruang (atas, bawah, vertikal).
N
• Batas yang ideal adalah batas yang jelas seperti batas dinding.
• Apabila batas dari satu behavior setting itu tidak jelas, masalah yang
muncul adalah tidak jelasnya pemisah aktifitas, terutama apabila
sebagian aspek dari pola perilaku harus dipisahkan dari lainnya.
Masalah juga muncul apabila pemisah atau batas yang ada hanya
berupa batas simbolik bukan batas fisik, misalnya melalui pola lantai,
atau perbedaan warna lantai, yang belum tentu dapat dikenali atau
diketahui oleh setiap orang yang terlibat dalam aktivitas di daerah itu

1
P
E
Batas Sistem Setting Perilaku
M
B Batas Behavior Setting
A
H Batas suatu behavior setting adalah dimana perilaku tersebut berhenti
(tidak berlanjut).
A
S • Beberapa objek berfungsi membentuk batas spasial dan objek lain
A berfungsi mendukung pola aktivitas yang terjadi di dalamnya. Objek
pembatas mengelilingi perilaku, sedangkan jenis objek kedua,
N
sebagai pendukung pola aktivitas, perilaku mengelilingi objek kedua.
Seperti contoh pada tempat kejadian sebuah perkara, batas fisik
spasial berupa tali yang rentangkan sebagai batas tempat yang boleh
dilewati publik.

1
P
E
Batas Sistem Setting Perilaku
M
B Batas Behavior Setting
A
H • Tingkat pengenalan batas: yaitu tingkat jelas tidaknya suatu elemen
A batas perilaku dapat dikenal oleh manusia. Maksudnya disini adalah
S seberapa jelasnya batas suatu elemen tersebut dilihat oleh setiap
A
orang, baik batas tersebut fisik maupun simbolis. Biasanya semakin
N
jelas visibilitas dari batas tersebut, membuat beberapa orang semakin
jelas dalam mengenal dan mengintepretasikan batas-batas tersebut

• Tingkat pemisahan batas, yaitu tingkat pembatasan elemen batas


terhadap suatu perilaku (visual, aksesibilitas, bahan, elemen, indra,dll)

1
P
E
Batas Sistem Setting Perilaku
M
B Batas Behavior Setting
A
H Batas simbolis : batas perilaku yang ditandai oleh elemen non ruang atau
symbol. Selain dibangun sebuah dinding sebagai sebuah batas yang
A
jelas, juga dapat dilakukan melalui pengaturan administratif, atau kadang-
S kadang juga dipakai tanda-tanda simbolik untuk menentukan batas untuk
A masing masing behavior setting.
N
Contoh: peringatan simbol dilarang merokok di pasang di dinding

20
P
E
Faktor yang Mempengarughi Batas Perilaku
M
B System of Setting (Sistem Tempat)
A
Contoh lain elemen batas terhadap suatu perilaku,
H
• Tingkat pembatasan elemen visual yaitu apa yang kelihatan oleh mata
A manusia menjadi batas suatu aktivitas pada suatu ruang tertentu, seperti
S contohnya dinding, dan sebagainya atau misalnya pada aksesibilitas pintu
A masuk pada suatu ruang yang menunjukkan bahwa ruang tersebut
N memisahkan aktivitas luar dengan aktivitas yang ada pada ruang yang
memiliki pintu masuk tersebut.
• Bahan yaitu bahan apa yang dipakai dalam membentuk suatu batas
perilaku, biasanya semakin solid bahan yang dipakai maka batas tersebut
secara visual akan semakin terlihat oleh manusia, seperti contohnya
pembatas berupa dinding bata, kaca, sekat triplex dsb

2
P
E
Faktor yang Mempengarughi Batas Perilaku
M
B System of Setting (Sistem Tempat)
A
H
A
S
A
N

22
K
E
Kesimpulan
S
I
M
P
Behavior setting adalah bagaimana mengidentifikasi
U
L perilaku-perilaku yang secara konstan atau berkala
A muncul pada suatu situasi tempat atau setting tertentu
N atau untuk mengidentifikasikan dan mengukur perilaku-
perilaku individu
yang konstan.

VIDEO

23
Terima Kasih
TERIMA KASIH
• http://archpopspot.blogspot.co.id/2015/10/se
ting-prilaku-behavior-setting.html
• https://id.scribd.com/doc/256781082/Behavi
or-Setting
• https://updoc.tips/download/free-pdf-ebook-
teori-arsitektur-perilaku
• https://www.slideshare.net/swapnika15/cogni
tive-behaviour-and-activity-mapping

Anda mungkin juga menyukai