Anda di halaman 1dari 30

 Febby Senawati

 Tiara Andini
 Misbahul Hayati
 Dini Sekar

KELOMPOK 6
Pengertian KPD

• Ketuban Pecah Dini (KPD) di definisikan sebagai


pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal
8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami
ketuban pecah dini (Sarwono,2014).
• Ketuban Pecah Dini (KPD) yang merupakan pecahnya
ketuban sebelum inpartu yaitu pada primi bila
pembukaan kurang dari 3cm dan pada multi para bila
pembukaan kurang dari 5cm (Mochtar,2012).
Penyebab Ketuban Pecah Dini (KPD)

Sarwono(2011) menyebutkan bahwa ketuban pecah dini disebabkankarena


berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterine
atau oleh kedua faktor tersebut; berkurangnya kekuatan membran
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Penyebab lainnya yaitu:
• Inkompeten Serviks (Leher Rahim)
• Peninggian Tekanan Intra Uterin
• Kelainan Letak Janin dan Rahim
• Kemungkinan kesempitan panggul
• Korioamnionitis
• Infeksi
• Faktor keturunan
• Riwayat KPD sebelumnya
• Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
• Serviks (leher rahim) yang pendek <25mm pada usia kehamilan 23minggu.
Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini
(KPD)
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau
amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi
jika duduk atau berdiri kepala janin yang terletak di
bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran
untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak,
nyeri peryt, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Fadlun
dkk,2011).
Diagnosis Ketuban Pecah Dini (KPD)
1. Anamnesa
2. Inspeksi
3. Pemeriksaan dengan spekulum
4. Pemeriksaan Dalam (perlu dipertimbangkan
terutama pada kehamilan yang kurang bulan)
5. Pemeriksaan penunjang Laboratorium
6. Pemeriksaan USG
Patofisiologi Ketuban Pecah Dini (KPD)
 Infeksi : Pada ibu dapat terjadi korioamionitis. Pada bayi dapat
terjadi septicemia, pneumonia,omfalitis.
 Tali Pusat Menumbung : tali pusat terdapat di depan atau
disamping bagian janin yang terendah.
 Partus Kering : KPD menyebabkan berkurangnya jumlah air ketuban
dan jika tidak segera diatasi lama kelamaan akan menyebabkan
jalan lahir menjadi kering.
 Gawat Janin karena Hipoksia atau Asfiksia : Dengan pecahnya
ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia.
 Perslinan Prematur : Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul
persalinan. Periode laten tergantung usia kehamilan. Pada
kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24jam setelah ketuban pecah.
Pada kehamilan antara 28-34minggu 50% persalinan dalam 24jam.
Pada kehamilan <26minggu terjadi dalam 1minggu.
Komplikasi Ketuban Pecah Dini (KPD)

Pada Ibu :
• Partus lama, infeksi, atonia uteri, infeksi nifas,
dan perdarahan post partum (Mochtar,2012)
Pada bayi/janin :
• Asfiksia, prematuritas, dan intra uteri fetal
death (IUFD) (Rukyah,2010).
Infeksi Intrapartum
Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi
dalam persalinan/ inpartu. Disebut juga
korioamnionitis infeksi yang melibatkan selaput
janin (korion dan amnion).

Faktor predisposisi terjadinya :


1. Ketuban pecah dini
2. Partus lama
3. Manipulasi
patofisiologi
• ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada
hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
• infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau
dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intraamnion.
• mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin
menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
• tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya
pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan sebagainya,
predisposisi infeksi.

Kuman yang sering ditemukan :


• Streptococcus
• Staphylococcus (gram positif)
• E.coli (gram negatif)
• Bacteroides
• Peptococcus (anaerob).
Diagnosis infeksi intrapartum
• Febris di atas > 38 ͦC
• Ibu takikardia (>100 denyut per menit)
• Fetal takikardia (>160 denyut per menit)
• Nyeri abdomen
• Cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau

Laborat :
• Leukosit pada pemeriksaan darah tepi (>15000-
20000/mm3)
• Pemeriksaan penunjang lain : leukosit esterase (+)
(hasil degradasi leukosit, normal negatif), pemeriksaan
Gram, kultur darah.
Komplikasi infeksi intrapartum
komplikasi ibu :
• endometritis
•penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia)
• sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan
intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak)
•dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu.

komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal


sampai kematian janin.
• 60%-70% KPD berhubungan dengan infeksi
• Bila KPD terjadi 6 jam maka kejadian infeksi
meningkat 1x lipat
• Bila KPD terjadi 24 jam maka kejadian
infeksi meningkat 2x lipat
Ny. M – Tn.H
G1P0A0 H.40 mgg PK 1 Aktif d/ KPD +
IIP
Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala
IDENTITAS :
Nama pasien : ny.M Nama suami : Tn.H
Usia : 23 tahun Usia : 25 tahun
Agama :islam Agama : Islam
Pekerjaan : karyawan toko pekerjaan : karyawan
Pendidikan : SMK swasta
No hp :085742000086 pendidikan : SMK
Alamat :jalan kembang No hp :085742000086
VIII/19 RT.004/003 Kwitang Alamat :jalan kembang
senen jakarta pusat. VIII/19 RT.004/003 Kwitang
senen jakarta pusat.
Penanganan Ketuban Pecah Dini
(KPD)

KONSERVATIF AKTIF
 Rawat di Rumah Sakit  Kehamilan lebih dari 37minggu induksi
 Jika ada perdarahan pervaginam dengan dengan oksitosin
nyeri perut, fikirkan solusio plasenta.  Bila gagal, lakukan Secsio Caesaria dapat pula
 Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan diberikan Misoprostol 25 mikrogram – 50
cairan vagina berbau) berikan antibiotika mikrogram intravaginal tiap 6jam max 4x.
sama halnya jika terjadi amnionitosis.  Bila terdapat tanda-tanda infeksi berikan
 Jika tidak ada infeksi dan kehamilan antibiotika dosis tinggi dan persalinan di
<37minggu: berikan antibiotik untuk akhiri.
mengurangi mordibitas ibu dan janin,  Indikasi melalukan induksi pada ketuban
Ampisilin 4x 500mg selama 7hari ditambah pecah dini :
Eritromisin 250mg per oral 3x/hari selama  Pertimbangan waktu dan berat janin dalam
7hari. rahim. Pertimbangan waktu apakah 6, 12,
 Jika usia kehamilan 32 - 37minggu belum atau 24jam. Berat janin sebaiknya lebih dari
inpartu, tidak ada infeksi beri Dexametason 2000gram.
dosisnya 5mg setiap 6jam sebanyak 4x secara  Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu
IM. Observasi tanda-tanda infeksi dan meningkta >38˚C, leukosit >15.000sel/mm3,
kesejahteraan janin. Jika usia kehamilan 32 – nadi >100x/menit. Terdapat tanda infeksi
37 dan sudah inpartu tidak ada infeksi maka melalui hasil pemeriksaan laboratorium dan
berikan tokolitik Dexametason dan induksi pemeriksaan kultur air ketuban.
setelah 24jam.
Penatalaksanaan lanjutan
 Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2jam. Kenaikan suhu
sering kali di dahului kondisi ibu yang menggigil.
 Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam
sebelum persalinan adalah tindakan yang adekuat
sepanjang DJJ dalam batas normal.
 Hindari pemeriksaan dalam yang tidak diperlukan.
 Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar
dilakukan, perlu diperhatikan hal berikut :
1. Apakah ada dinding vagina teraba lebih hangat dan basah.
2. Cairan vagina berbau
 Lakukan observasi yang ketat.
Pytosin Infus Protocol
( Induksi Oksitosin)
Waktu Oksitosin Tetesan
00:00 2,5 IU / 500 ml dextrose/RL 10 tetesan
00:30 2,5 IU / 500 ml dextrose/RL 20 tetesan
01:00 2,5 IU / 500 ml dextrose/RL 30 tetesan
Jika HIS belum Adekuat
01:30 2,5 IU / 500 ml dextrose/RL 40 tetesan naikan kecepatan infus 10
02:00 2,5 IU / 500 ml dextrose/RL 50 tetesan tetes/menit tiap 30 menit
sampai mencapai 60 tetesan
02:30 2,5 IU / 500 ml dextrose/RL 60 tetesan
oksitosin sesuai protokol.
03:00 5 IU / 500 ml dextrose/RL 30 tetesan Jika Kontraksi sudah adekuat
03:30 5 IU / 500 ml dextrose/RL 40 tetesan 3x 10’ 40” dipertahankan
sampai kelahiran bayi.
04:00 5 IU / 500 ml dextrose/RL 50 tetesan
04:30 5 IU / 500 ml dextrose/RL 60 tetesan
05:00 10 IU / 500 ml dextrose/RL 30 tetesan
05:30 10 IU / 500 ml dextrose/RL 40 tetesan
06:00 10 IU / 500 ml dextrose/RL 50 tetesan
06:30 10 IU / 500 ml dextrose/RL 60 tetesan
Bishop score (nilai bishop)
adalah suatu standarisasi objektif dalam
memilih pasien yang lebih cocok untuk dilakukan
induksi persalinan tetak verteks. Faktor yang dinilai
yaitu:
 Pembukaan seviks
 Pendataran serviks (dengan stasion bidang
hodge)
 Penurunan kepala (dengan palpasi perlimaan)
 Konsistensi serviks
 Posisi serviks
Tingkat kematangan servik merupakan faktor penentu keberhasilan tindakan induksi
persalinan. Tingkat kematangan servik dapat ditentukan secara kuantitatif dengan
“BISHOP SCORE” yang dapat dilihat pada tabel.
Nilai > 9 menunjukkan derajat kematangan servik yang paling baik dengan angka
keberhasilan induksi persalinan yang tinggi .
Umumnya induksi persalinan yang dilakukan pada kasus dilatasi servik 2 cm,
pendataran servik 80% , kondisi servik lunak dengan posisi tengah dan derajat
desensus -1 akan berhasil dengan baik.
Akan tetapi sebagian besar kasus menunjukkan bahwa ibu hamil dengan induksi
persalinan memiliki servik yang tidak “favourable” ( Skoring Bishop < 4 ) untuk
dilakukannya induksi persalinan.
Tgl 28/03/2017 Ps datang sendiri G1 H. 40 mgg PK1 aktif d/ KPD + IIP. Mengaku
Jam 10.35 wib hamil anak pertama, ANC rutin di PKM menteng. Keluar air-air,
keluar darah lendir sejak jam 03:30.
Keluhan utama : mulas (+)
Quick check: perdarahan hebat (-) sakit kepala hebat (-)
pandangan kabur (-) nyeri ulu hati (-) demam (-) nyeri perut
S/ hebat (-) gerakan bayi : aktif
Riw. Kehamilan & Persalinan: hamil ini
Riw. Penyakit sekarang: (-)
Riw. Penyakit keluarga: (-)
Riw. Operasi: (-)
Riw. Alergi: (-)
KU: Baik Kes : CM
O/
TD: 110/70 mmHg Nd: 103x/mnt Sh: 38,4 RR:21x/mnt
Palp . Abdomen :
TFU : 34 cm
PD a/i menilai keadaan pasien :
Portio : lunak tipis ½ cm arah depan
Pembukaan : 7 cm
Ketuban: (-)
Penurunan: kepala di H II (+)
Pemeriksaan penunjang
USG
Janin tunggal hidup presentasi kepala DJJ (+) BPD : 7,3˜37 , FL: 6 ˜ 439>3
minggu FW : 2800gram placenta : corpus depan grade II- ICA : 7
test lakmus ( merah menjadi biru ) LEA (+1) PH: 7,5

G1 H. 40 mgg d/ PK1 aktif + KPD 7 jam 45 menit


A/ Janin tunggal hidup presentasi kepala
• Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
• Observasi KU, TTV, kontraksi uterus, perdarahan
P/ • Rawat di KB
• Bila NST reaktif, R/ pitosin
• OCT bila His Adekuat
• R/ awal partus pervaginam
Jam 18.10 Ps masuk ruangan KB

S/ mulas (+) pusing (-) mual (-) muntah (-) gerakan bayi : aktif

KU: Baik Kes : CM


O/ TD: 110/70 mmHg Nd: 103x/mnt Sh: 38,4 RR:20x/mnt
Palp. Abdomen: HIS 3x10’35” DJF (+) 158x/mnt (Os. Terpasang infus RL
kosong)

A/ G1P0A0 H. 40 mgg d/ PK II aktif+ KPD 7 jam 45 menit


JTHPK

• Obs KU, TTV, HIS dan DJJ


P/ • Pitosin infus ~ protokol
• Clindamian 2 x 200 mg
• Cek DPL,UL,HIV, HbsAg
• Sanmol tablet
J. 19.45 Bayi lahir spontan jenis kelamin laki-laki A/S 8/9 menangis (+) BB:
3150 gr PB: 47

Dilakukan penjahitan perineum oleh DUM dan Bd. R karena epis media
lateralis meluas hingga grade IV

Ps. Mengeluh sulit BAK


J. 21.25 Lapor dr. V a/p
- Residu Urin dilakukan keluar urin 850 cc

Lapor dr. V residu urin


a/p : - DC loss 1x24 jam
- Gastrul 2x1
- Neurobion 1x1

Ps. Dipasang DC Loss


21:40
29/03/2017
J. 00.10 Ps. Masuk ruangan SKD
S/ Pusing (-) Nyeri luka jahitan (+) sakit kepala hebat (-) pandangan kabur (-
) nyeri ulu hati (-) demam (-)

O/ KU: Baik Kes: CM


TD: 110/60 mmHg Nd: 78x/mnt Sh: 36 RR:20x/mnt
Palpasi abdomen: lemas
Kontraksi uterus: baik
TFU: 1 jari dibawah pusat
Terpasang 20 v oxcyla
Terpasang infus RL + 10 U synto
Hasil Laboratorium :
HB : 17,2 g/dl Leukosit : 21200 /μL
Hematokrit : 51,3 % Trombosit : 228
ribu/μ
Eritrosit : 5,91 juta/μL HIV : Negative
Urine : Protein : (-) Glukosa : Negative

A/ P1A0 post spontan jam 21.30 dengan IIP


P/ • Obs. KU + TTV
• Obs. Kontraksi uterus + perdarahan
• Obs. Luka jahitan
• Th ~ instruksi
- DC loss 1x24 jam ( stop tanggal 29/03/2017 J. 18.10)
- As. Mefenamat 3x500 gr
- Gastrul 2x1
- Neurobion 1x1
- Cefixim 2x200 gr
- Laxadyn 3x1

J. 18.10 Lapor dr. S DC di Aff/tdk?


a/p: - DC langsung di Aff  Cek Residu

J. 18.20 DC di Aff, urine ±750cc


Anjuran banyak minum (+)
J. 20.00
S/ Nyeri luka jahitan (+) mulas (+) sakit kepala hebat (-) pandangan
kabur (-) nyeri ulu hati (-) demam (-)

O/ KU: Baik Kes: CM


TD: 110/80 mmHg Nd: 89x/mnt Sh: 36,2 RR: 22x/mnt
Palpasi abdomen: lemas
Kontraksi uterus: baik
TFU: 2 jari dibawah pusat
Perdarahan: 1 intake

A/ P1A0 P. spontan hr 1 d/ retensio urin


P/ • Obs. KU + TTV
• Obs. Kontraksi uterus + perdarahan
• Obs. Luka jahitan
• Th ~ instruksi
- As. Mefenamat 3x500 gr
- Gastrul 2x1
- Neurobion 1x1
- Cefixim 2x200 gr
- Laxadyn 3x1

J. 21.30 Os. BAK spontan, lancar, tidak anyeng-anyengan ± 390 cc


Dilakukan Residu  ± 200 cc

J. 22.00 Lapor dr. D, advice:


- Hasil dalam batas normal
- Besok rencana pulang
30/03/2017
J.07.30 Nyeri luka jahitan (+) mulas (+) sakit kepala hebat (-) pandangan
S/ kabur (-) nyeri ulu hati (-) demam (-) BAK (+) lancar

KU: Baik Kes: CM


O/ TD: 110/70 mmHg Nd: 78x/mnt Sh: 36,1 RR: 22x/mnt
Palpasi abdomen: lemas NT (-) NL (-)
Kontraksi uterus: baik
TFU: 2 jari dibawah pusat
Perdarahan: ¼ intake

A/ P1A0 P. spontan hr 2 d/ riw retensio urin

P/ • Rencana pulang kontrol 1 mgg


• Th lain dilanjutkan

J. 12.00 Ps. pulang


Pembahasan
• Pada kasus Ny.M G1P0A0 h.40mgg d/PK1 aktif KPD 7 jam + IIP terdapat
kesenjangan diagnosa dengan teori karena definisi KPD adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu pada primi bila pembukaan
kurang dari 3 cm dan pada multipara bila pembukaan kurang dari 5 cm
(Mochtar 2012) sedangkan pada kasus ini ketuban sudah pecah dan
pembukaan sudah 7cm seharusnya diagnosanya adalah Ny.M G1 P0 A0
h.40 mgg d/ketuban pecah 7 jam + IIP janin tunggal hidup presentasi
kepala.
• Pada kasus ini dalam penegakan diagnosa IIP sudah tepat karena dari
pemeriksaan data subjektif (pasien mengatakan keluar air-air
pervaginam sejak jam 03.30) dan data objektif didapatkan leukosit
21.200.
• Pada penanganan kasus IIP ini telah sesuai dengan teori (pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal, 2002) diberikan double drugs
antibiotik cefixim 2x200gr.
Kesimpulan
Perencanaan asuhan diterapkan sesuai dengan
diagnosa ketuban pecah dini dan infeksi intra
partum.
Bayi lahir spontan jam 19.45 jenis kelamin laki-laki
A/S 8/9 menangis (+) BB: 3150 gr PB: 47.
Bayi dan ibu tidak mengalami komplikasi akibat
ketuban pecah dan infeksi intra partum.
dan penanganan kasus IIP ini telah sesuai karena
telah diberikan antibiotik cefixim 2 x 200gr sehingga
masalah potensial tidak terjadi.

Anda mungkin juga menyukai