Disusun oleh :
Ardean Wahyu Nengtyas
201410461011021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
DEPARTEMEN MATERNITAS
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dalam rangka PRAKTIK
PROFESI Ners mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang di Ruang Sakinah RS Muhammadiyah
Lamongan mulai tanggal 1 Juni 6 Juni 2015.
Malang,
Juni 2015
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
DEFINISI
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya selaput karioamniotik
sebelum terjadi proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila
seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam
kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan. Dengan demikian untuk
kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk
pengamatan tanda-tanda awal persalinan. Bila KPD terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm (KPDP)
(Norwitz, Errol & John Schorge, 2006).
Menurut Mochtar (2008) KPD adalah pecahnya ketuban sebelum in
partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm.
Menurut Yulaikah (2009) ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum terdapat
tanda persalinan. Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim
disebut ketuban pecah dini (periode laten). Kondisi ini merupakan penyebab
persalinan prematur dengan segala komplikasinya.
Partus dengan ketuban pecah dini (KPD) adalah partus dengan pecahnya
selaput amnion atau selaput ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan
biasanya lebih banyak terjadi pada kehamilan aterm diatas 37 minggu.
II.
ETIOLOGI
infeksi.
Makin
muda
kehamilan,
makin
sulit
upaya
8. Penyakit infeksi yang dapat terjadi secara langsung pada selaput ketuban
maupun ascenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan KPD.
9. Riwayat persalinan dengan KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali terjadi KPD.
III.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis KPD menurut Mansjoer (2001) adalah :
1. Keluar ketuban berwarna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan
dengan jumlah sedikit / banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah teraba.
4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah
kering.
5. Tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering.
Gejala & Tanda Selalu
Gejala & Tanda KadangAda
Kadang Ada
- Keluar cairan ketuban
- Ketuban pecah tiba-tiba - Cairan tampak di
Diagnosis Kemungkinan
Ketuban pecah dini
introitus
- Tidak ada his dalam 1
jam
Amnionitis
- Uterus nyeri
- Denyut jantung janin
cepat
- Perdarahan per vaginam
sedikit
- Gatal
- Keputihan
Vaginitis / servisitis
- Nyeri perut
- Disuria
- Cairan vagina
berdarah
- Nyeri perut
- Pembukaan &
pendataran
IV.
PATHWAY KPD
Kanalis servikalis selalu terbuka
akibat kelainan serviks uteri
(abortus dan riwayat kuretase)
Mudahnya pengeluaran
air ketuban
Kelainan letak
janin (sungsang)
Tidak ada bagian
terendah yg menutupi
pintu atas panggul yg
menghalangi tekanan
thd membran bagian
bawah
Infeksi genitalia
Serviks inkompeten
Selaput ketuban
mudah pecah
Dilatasi berlebih
serviks
Ketegangan uterus
berlebihan
Selaput ketuban
menonjol dan
mudah pecah
Bayi (janin)
Kondisi paru-paru
fetus blm matur
Terjadi rangsangan
pernapasan
Ibu
Tidak adanya
pelindung dunia luar
dengan daerah rahim
Mudahnya
mikroorganisme
masuk secara
asenden
Resiko
Resiko Infeksi
Resiko Cedera
pada Janin
Mengiritasi nervus
pudendalis
Merangsang nosiseptor
Insomnia
Klien tidak
mengetahui
penyebab dan
akibat KPD
Defisiensi
Pengetahuan
Stimulus nyeri
Ansietas
Nyeri Akut
Penatalaksanaan
pada ibu dan janin
Persalinan
dengan induksi
Proses persalinan
Kesiapan
Meningkatkan
Proses Kehamilan
Melahirkan
PERSALINAN NORMAL
Progesteron dan esterogen Prostaglandin
Oksitosin
Pertumbuhan janin
Uterus dan serviks teregang
Kontraksi uterus
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterine naik
Serviks mendatar dan terbuka
Pertukaran O2 pada
sirkulasi uretroplasenter berkurang
Hipoksia janin
Resiko Cedera
pada Janin
Penurunan
Curah
Energi berkurang
Merangsang saraf
nyeri pudendus
Keletihan
Nyeri Akut
Hambatan
Mobilitas
Memasuki Kala 3
Pembukaan lengkap
Tekanan meningkat
pada otot dasar panggul
Reflek mengedan
Kontraksi
Resiko
Kekurangan
Volume Cairan
Bayi Lahir
Resiko Syok
V.
PENATALAKSANAAN
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau
eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama
7 hari). Konfirmasi usia gestasi :
1. Jika usia kehamilan < 32 minggu, dapat ditatalaksana dengan :
- Obat antibiotik untuk kultur servikovaginal positif.
- Pembatasan aktivitas.
- Pemantauan infeksi.
- Pemeriksaan janin secara regular.
- USG secara teratur per 3 4 minggu.
- Pengobatan kortikosteroid antenatal.
- Antibiotik spektrum luas untuk memperpanjang masa laten.
2. Jika usia kehamilan 32 34 minggu, dapat dilakukan dengan pemberian
dntibiotik untuk memperpanjang masa laten dan pengobatan kortikosteroid
antenatal.
3. Jika usia kehamilan >34 37 minggu, penentuan kematangan paru janin tidak
perlu dilakukan untuk pertimbangkan untuk melahirkan bayi (resiko infeksi
lebih tinggi daripada resiko prematuritas). Berikan steroid untuk kematangan
paru janin dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomietin
setiap minggu.
Catatan :
Pengobatan Kortikosteroid :
Betametason dengan dosis 12 mg IM per 24 jam x 2 dosis atau
Deksametason dengan dosis 6 mg IMI per 12 jam x 4 dosis
- Terapi kortikosteroid antenatal direkomendasikan untuk seluruh pasien
dengan usia gestasi < 32 minggu guna menekan insidensi RDS, NEC, dan
-
IVH.
Tidak ada keuntungan terapi steroid pada usia gestasi > 34 minggu.
Pada usia 32 34 minggu terdapat keuntungan terapi steroid dalam
menekan RDS pada wanita dengan selaput ketuban utuh, tetapi tidak
(belum) ada keuntungan yang terbukti untuk KPDP. Oleh sebab itu,
Pemeriksaan inspekulom
Kultur beta streptokokus
Ultrasonografi
Amniosintesis
Janin normal
Chorioamnionitis
Kelainan
kongenital
Paru immatur
steroid hormon
Penatalaksanaan:
-NST setiap minggu
-Temperature
meningkat diatas
38oC
-Hasil lab
menunjukkan
infeksi
- BPD diatas 9,2
KOMPLIKASI
Komplikasi KPD yang dapat terjadi pada ibu :
- Endometrisis
- Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia)
- Infeksi karioamnionitis
- Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi yang sangat
-
banyak)
Syok septik sampai kematian ibu
Komplikasi KPD yang dapat terjadi pada bayi :
Asfiksia neonatorum
Sepsis perinatal sampai kematian janin
VII.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien KPD adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau
dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin
juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas
nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
a. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 7,5, darah
dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
b. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun pakis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan
caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa
dan pemeriksaan sedehana.
Pola Eliminasi
Kaji adakah diuresis, inkontinensia urine, adakah kesulitan BAK dan
pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas. Kaji ada atau tidaknya
rasa terbakar saat BAB dan konstipasi. Biasanya terdapat perasaan susah
kencing yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
Kaji pola mandi, kebersihan gigi dan mulut, frekuensi mencuci rambut,
keadaan kuku, penggunaan pembalut, dan kebersihan genitalia.
4. Riwayat Sosial Ekonomi
- Interaksi sosial
Hubungan ketergantungan, kurangnya system pendukung, kegagalan
-
5. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
- Tinggi badan : tubuh yang terlalu pendek disbanding anggota keluarga
yang lain atau lebih tinggi dari 2 deviasi standart dibawah rata-rata
-
Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah.
Mata
Ditemukan ada atau tidaknya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva anemis atau tidak, dan kadang-kadang keadaan selaput
mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kuning.
Telinga
Hidung
Apakah ada polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung
c. Thorax
-
Dada
Biasanya pada ibu hamil terdapat adanya pembesaran payudara, adanya
hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae.
-
Jantung
Murmur jantung sistolik (90% pada wanita hamil) 1/6 atau 2/6 adalah
ringan, bila murmur sistolik > 2/6 harus dilakukan pemeriksaan
lanjutan.
d. Abdomen
Pemeriksaan meliputi denyut jantung bayi (minggu ke-10), tinggi
fundus (ukuran uterus), bagian presentasi janin (minggu ke-28), dan
bentuk serta ukuran perut. Evaluasi adakah nyeri tekan, massa, hernia,
-
janin.
Leopold III : menentukan bagian terbawah janin, apakah bagian
kelainan
pada
genitalia
dan
Pemeriksaan untuk melihat ada atau tidaknya edema dan nyeri. Periksa
juga bagian rectum untuk melihat ada atau tidaknya haemorhoid.
f. Muskuloskeletal
Pemeriksaan edema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
IX.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
RENCANA KEPERAWATAN
NO.
1.
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri Akut
berhubungan
dengan Agens
Cedera Biologis
NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam
klien tidak mengalami nyeri
dengan indikator :
NIC
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
Resiko Infeksi
dengan faktor
resiko Ketuban
Pecah Dini
Pa
ntau suhu, nadi, pernafasan,
dan sel darah putih sesuai
indikasi.
6.
Tek
ankan pentingnya cuci tangan
yang baik dan tepat.
7.
Ber
ikan cairan oral dan
parenteral sesuai indikasi.
3.
Ansietas
berhubungan
dengan Ancaman
pada Status
Kesehatan
1. Identifikasi tingkat
kecemasan.
2. Berikan lingkungan tenang,
posisikan klien untuk
kenyamanan.
3. Anjurkan orang terdekat
untuk tetap bersama klien
memberi dukungan dan
membantu sesuai
kebutuhan.
4. Tetap tinggal dengan klien
berikan informasi yang
terus-menerus mengenai
kemajuan persalinan.
5. Dukung koping yang tepat
dan anjurkan untuk
melakukan teknik relaksasi.
6. Pimpin kelahiran dengan
cara yang tenang dan
berikan penjelasan terus
menerus.
DAFTAR PUSTAKA
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas Edisi 21. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2009. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Morgan, Geri & Carole Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktis.
Jakarta: EGC
Norwitz, Errol & John Schorge. 2006. At a Glance Obstetri & Ginekologi, Ed 2.
Jakarta: Erlangga
Rayburn, William F. & Christopher Carey. 2001. Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Widya
Medika
Scott, James R. dkk. 2002. Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Widya Medika