Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)


DEPARTEMEN MATERNITAS
RUANG SAKINAH RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Disusun oleh :
Ardean Wahyu Nengtyas
201410461011021

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
DEPARTEMEN MATERNITAS

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dalam rangka PRAKTIK
PROFESI Ners mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang di Ruang Sakinah RS Muhammadiyah
Lamongan mulai tanggal 1 Juni 6 Juni 2015.

Malang,

Juni 2015

Nama Mahasiswa (Ners Muda)

Ardean Wahyu Nengtyas


NIM.201410461011021

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Pembimbing Lahan (RS)

KETUBAN PECAH DINI (KPD)


I.

DEFINISI
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya selaput karioamniotik
sebelum terjadi proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila
seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam
kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan. Dengan demikian untuk
kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk
pengamatan tanda-tanda awal persalinan. Bila KPD terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm (KPDP)
(Norwitz, Errol & John Schorge, 2006).
Menurut Mochtar (2008) KPD adalah pecahnya ketuban sebelum in
partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm.
Menurut Yulaikah (2009) ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum terdapat
tanda persalinan. Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim
disebut ketuban pecah dini (periode laten). Kondisi ini merupakan penyebab
persalinan prematur dengan segala komplikasinya.
Partus dengan ketuban pecah dini (KPD) adalah partus dengan pecahnya
selaput amnion atau selaput ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan
biasanya lebih banyak terjadi pada kehamilan aterm diatas 37 minggu.

Gambar 1. Pecahnya Cairan Amnion

II.

ETIOLOGI

Penyebab KPD menurut Manuaba (2009) adalah sebagai berikut:


1. Faktor keturunan, diantaranya adalah: Serum ion Cu rendah, vitamin C
rendah, dan kelainan genetik.
2. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban, seperti infeksi genetalia dan
meningkatnya enzim proteolitik. Masa interval sejak ketuban pecah sampai
terjadi kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten, makin tinggi
kemungkinan

infeksi.

Makin

muda

kehamilan,

makin

sulit

upaya

pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin dan komplikasi katuban


pecah dini makin meningkat.
3. Multipara, grademultipara, pada kehamilan yang terlalu sering akan
mempengaruhi proses embriogenesis sehingga selaput ketuban yang
terbentuk akan lebih tipis dan yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah
sebelum tanda-tanda inpartu.
4. Overdistensi uterus pada hidramnion, kehamilan ganda, dan sefalopelvik
disproporsi. Hidramnion atau sering disebut polihidramnion adalah
banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc.
5. Inkompetensi serviks (kelainan pada otot-otot leher rahim yang terlalu lunak
sehingga sedikit membuka di tengah-tengah kehamilan karena tidak mampu
menahan desakan janin yang semakin besar) dapat menyebabkan dinding
ketuban yang paling bawah mendapatkan tekanan yang semakin tinggi.
6. Peningkatan tekanan intra uterin, misalnya :
a. Trauma : hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.
b. Gameli (kehamilan kembar dengan dua janin atau lebih). Pada kehamilan
kembar terjadi distensi uterus dan ketegangan rahim secara berlebihan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban yang tipis mudah pecah karena di
bagian bawah tidak ada yang menahan dengan kuat.
7. Makrosomia adalah keadaan janin dengan berat >4000 gram. Kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga
menekan selaput ketuban, menyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,
tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selpaut
ketuban mudah pecah.

8. Penyakit infeksi yang dapat terjadi secara langsung pada selaput ketuban
maupun ascenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan KPD.
9. Riwayat persalinan dengan KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali terjadi KPD.
III.

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis KPD menurut Mansjoer (2001) adalah :
1. Keluar ketuban berwarna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan
dengan jumlah sedikit / banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah teraba.
4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah
kering.
5. Tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering.
Gejala & Tanda Selalu
Gejala & Tanda KadangAda
Kadang Ada
- Keluar cairan ketuban
- Ketuban pecah tiba-tiba - Cairan tampak di

Diagnosis Kemungkinan
Ketuban pecah dini

introitus
- Tidak ada his dalam 1
jam

- Cairan vagina berbau


- Demam/menggigil
- Nyeri perut

- Riwayat keluarnya cairan

Amnionitis

- Uterus nyeri
- Denyut jantung janin
cepat
- Perdarahan per vaginam
sedikit

- Cairan vagina berbau


- Tidak ada riwayat
ketuban pecah

- Gatal
- Keputihan

Vaginitis / servisitis

- Nyeri perut
- Disuria

- Cairan vagina
berdarah

- Cairan berupa darahlendir

- Nyeri perut

- Pembukaan &
pendataran

- Gerak janin berkurang


- serviks
- Perdarahan banyak
- Ada his
- Perdarahan
antepartum

Awal persalinan aterm


atau preterm

IV.

PATHWAY KPD
Kanalis servikalis selalu terbuka
akibat kelainan serviks uteri
(abortus dan riwayat kuretase)
Mudahnya pengeluaran
air ketuban

Kelainan letak
janin (sungsang)
Tidak ada bagian
terendah yg menutupi
pintu atas panggul yg
menghalangi tekanan
thd membran bagian
bawah

Infeksi genitalia

Serviks inkompeten

Kehamilan gameli, hidroamnion

Selaput ketuban
mudah pecah

Dilatasi berlebih
serviks

Ketegangan uterus
berlebihan

Selaput ketuban
menonjol dan
mudah pecah

Serviks tidak bisa


menekan tekanan
intra uterus

Ketuban Pecah Dini (KPD)

Bayi (janin)

Kondisi paru-paru
fetus blm matur
Terjadi rangsangan
pernapasan

Ibu

Tidak adanya
pelindung dunia luar
dengan daerah rahim

Aspirasi air dan lendir


ketuban oleh janin

Mudahnya
mikroorganisme
masuk secara
asenden

Resiko

Resiko Infeksi

Resiko Cedera
pada Janin

His yang berulang

Air ketuban terlalu


banyak keluar

Peningkatan kontraksi dan


pembukaan serviks uteri

Ditoksia (partus kering)

Rasa mulas dan ingin mengejan

Laserasi pd jalan lahir

Klien melaporkan rasa tidak


nyaman dan adanya nyeri

Mengiritasi nervus
pudendalis

Gangguan Rasa Nyaman

Merangsang nosiseptor

Insomnia

Klien tidak
mengetahui
penyebab dan
akibat KPD
Defisiensi
Pengetahuan

Kecemasan ibu thd


keselamatan janin
dan dirinya

Stimulus nyeri
Ansietas
Nyeri Akut

Penatalaksanaan
pada ibu dan janin
Persalinan
dengan induksi
Proses persalinan
Kesiapan
Meningkatkan
Proses Kehamilan
Melahirkan

PERSALINAN NORMAL
Progesteron dan esterogen Prostaglandin

Oksitosin

Pertumbuhan janin
Uterus dan serviks teregang

Pengaruh kelenjar hipofisis posterior


Pelepasan hormon oksitosin

Kontraksi uterus
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterine naik
Serviks mendatar dan terbuka

Pembuluh darah pada


kapiler kanalis
servikalis pecah
Resiko Perdarahan

Kontraksi kuat dan cepat


Penekanan pada
vena inferior
Penurunan aliran
balik ke jantung
TD menurun

Pertukaran O2 pada
sirkulasi uretroplasenter berkurang
Hipoksia janin
Resiko Cedera
pada Janin

Penurunan
Curah
Energi berkurang

Merangsang saraf
nyeri pudendus

Keletihan
Nyeri Akut
Hambatan
Mobilitas

Kepala janin sudah


masuk PAP

Memasuki Kala 3

Pembukaan lengkap

Tekanan pada fundus uterus


meningkat akibat his

Tekanan meningkat
pada otot dasar panggul

Plasenta lepas dari


dindingnya

Reflek mengedan

Kontraksi uterus setelah


plasenta lahir tidak adekuat

Kontraksi

Resiko

Pelebaran vulva &


perineum menonjol

Kekurangan
Volume Cairan

Bayi Lahir

Resiko Syok

V.

PENATALAKSANAAN
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau
eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama
7 hari). Konfirmasi usia gestasi :
1. Jika usia kehamilan < 32 minggu, dapat ditatalaksana dengan :
- Obat antibiotik untuk kultur servikovaginal positif.
- Pembatasan aktivitas.
- Pemantauan infeksi.
- Pemeriksaan janin secara regular.
- USG secara teratur per 3 4 minggu.
- Pengobatan kortikosteroid antenatal.
- Antibiotik spektrum luas untuk memperpanjang masa laten.
2. Jika usia kehamilan 32 34 minggu, dapat dilakukan dengan pemberian
dntibiotik untuk memperpanjang masa laten dan pengobatan kortikosteroid
antenatal.
3. Jika usia kehamilan >34 37 minggu, penentuan kematangan paru janin tidak
perlu dilakukan untuk pertimbangkan untuk melahirkan bayi (resiko infeksi
lebih tinggi daripada resiko prematuritas). Berikan steroid untuk kematangan
paru janin dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomietin
setiap minggu.
Catatan :
Pengobatan Kortikosteroid :
Betametason dengan dosis 12 mg IM per 24 jam x 2 dosis atau
Deksametason dengan dosis 6 mg IMI per 12 jam x 4 dosis
- Terapi kortikosteroid antenatal direkomendasikan untuk seluruh pasien
dengan usia gestasi < 32 minggu guna menekan insidensi RDS, NEC, dan
-

IVH.
Tidak ada keuntungan terapi steroid pada usia gestasi > 34 minggu.
Pada usia 32 34 minggu terdapat keuntungan terapi steroid dalam
menekan RDS pada wanita dengan selaput ketuban utuh, tetapi tidak
(belum) ada keuntungan yang terbukti untuk KPDP. Oleh sebab itu,

indivualisasi sangat diperlukan.


4. Jika usia kehamilan 37 minggu, lakukan tata laksana individual yaitu induksi
segera (dengan atau tanpa pematangan serviks) dengan oksitosin. Bila gagal
lakukan seksio caerasia (SC). Bila terdapat tanda-tanda infeksi berikan
antibiotik dosis tinggi dan terminasi persalinan.
ALGORITMA KETUBAN PECAH DINI
Ketuban pecah dini premature 27-35 minggu

Pemeriksaan inspekulom
Kultur beta streptokokus

Ultrasonografi

Amniosintesis
Janin normal

Chorioamnionitis

Paru janin matur

Kelainan
kongenital

Paru immatur
steroid hormon
Penatalaksanaan:
-NST setiap minggu
-Temperature
meningkat diatas
38oC
-Hasil lab
menunjukkan
infeksi
- BPD diatas 9,2

Persalinan dengan induksi:


-Prostaglandin
- Langsung induksi
Seksio Sesarea:
-Indikasi obstetric
- Kelainan letak janin
VI.

KOMPLIKASI
Komplikasi KPD yang dapat terjadi pada ibu :
- Endometrisis
- Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia)
- Infeksi karioamnionitis
- Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi yang sangat
-

banyak)
Syok septik sampai kematian ibu
Komplikasi KPD yang dapat terjadi pada bayi :
Asfiksia neonatorum
Sepsis perinatal sampai kematian janin

VII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien KPD adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau
dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin
juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas
nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
a. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 7,5, darah
dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
b. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun pakis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan
caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa
dan pemeriksaan sedehana.

VIII. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


1. Identitas
a. Identitas Klien
Berisi tentang identitas klien, terdiri atas: nama, umur, jenis kelamin,
agama, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan,
golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor
register, dan diagnosa keperawatan.
b. Identitas Penanggung jawab
Berisi tentang identitas penanggung jawab, terdiri atas: nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien.
2. Anamnesa
a. Keluhan utama saat MRS : keluar cairan ketuban melalui vagina.
Keluhan utama saat pengkajian : cemas, mulas, dan nyeri.
b. Riwayat persalinan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartu didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.

c. Pengkajian status obstetrik


Pengkajian mengenai riwayat menstruasinya, seperti usia menarche,
adakah keluhan saat menstruasi, bagaimana siklusnya, berapa lamanya
menstruasi, HPHT, perkiraan partus, usia kehamilan, riwayat kehamila
terdahulu (adakah gangguan pada kehamilan dahulu).
d. Riwayat kontrasepsi
Klien menggunakan kontrasepsi KB suntik, pil, spiral, kondom, atau KB
kalender.
e. Riwayat kesehatan dahulu
penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, maupun kejadian ketuban pecah dini pada
anggota keluarga yang lain.
3. Pola-pola fungsi kesehatan
-

Pola Nutrisi dan Cairan


Pengkajian mengenai kebutuhan nutrisi klien apakah sudah terpenuhi atau
belum, biasanya klien mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi
minum klien juga berkurang. Klien mengalami pengeluaran air ketuban
yang banyak.

Pola Eliminasi
Kaji adakah diuresis, inkontinensia urine, adakah kesulitan BAK dan
pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas. Kaji ada atau tidaknya
rasa terbakar saat BAB dan konstipasi. Biasanya terdapat perasaan susah
kencing yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.

Pola Istirahat dan Tidur


Pada pasien KPD biasanya akan terganggu istirahatnya karena rasa mulas
serta nyeri pada daerah pinggang yang kadang-kadang hilang timbul, dan
karena air ketuban yang keluar menimbulkan rasa tidak nyaman, bokong
basah sehingga pola tidur klien terganggu.

Pola Kebersihan Diri / Personal Hygiene

Kaji pola mandi, kebersihan gigi dan mulut, frekuensi mencuci rambut,
keadaan kuku, penggunaan pembalut, dan kebersihan genitalia.
4. Riwayat Sosial Ekonomi
- Interaksi sosial
Hubungan ketergantungan, kurangnya system pendukung, kegagalan
-

dukungan, kelainan hubungan dengan orang lain.


Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat dan apakah ada
masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
- Tinggi badan : tubuh yang terlalu pendek disbanding anggota keluarga
yang lain atau lebih tinggi dari 2 deviasi standart dibawah rata-rata
-

mungkin mengalami kelainan genetik.


Berat badan : digunakan untuk membuat rekomendasi penambahan dan

mengontrol berat badan pada wanita hamil.


TTV : pantau TTV klien untuk menentukan keseimbangan metabolism
tubuh klien, misalnya TD yang naik/turun, nadi biasanya cepat,

pernafasan meningkat, dan suhu tubuh yang turun.


b. Kepala dan Leher
-

Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.

Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah.

Mata
Ditemukan ada atau tidaknya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva anemis atau tidak, dan kadang-kadang keadaan selaput
mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kuning.

Telinga

Kaji simetris atau tidaknya bentuk telinga, bagaimana kebersihanya,


adakah cairan yang keluar dari telinga.
-

Hidung
Apakah ada polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung

c. Thorax
-

Dada
Biasanya pada ibu hamil terdapat adanya pembesaran payudara, adanya
hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae.
-

Jantung
Murmur jantung sistolik (90% pada wanita hamil) 1/6 atau 2/6 adalah
ringan, bila murmur sistolik > 2/6 harus dilakukan pemeriksaan

lanjutan.
d. Abdomen
Pemeriksaan meliputi denyut jantung bayi (minggu ke-10), tinggi
fundus (ukuran uterus), bagian presentasi janin (minggu ke-28), dan
bentuk serta ukuran perut. Evaluasi adakah nyeri tekan, massa, hernia,
-

pembesaran hati, dan kelenjar getah bening.


Pemeriksaan Leopold 1 : menentukan TFU dan bagian janin dalam

uterus, serta konsistensi uterus.


Leopold II : menentukan batas samping kanan kiri, menentukan letak
punggung janin, pada letak lintang bawah tentukan dimana kepala

janin.
Leopold III : menentukan bagian terbawah janin, apakah bagian

terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang.


Leopold IV : menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh

sudah masuk pintu atas panggul.


e. Genitalia dan Anus
Genitalia
Mengkaji ada atau tidaknya

kelainan

pada

genitalia

dan

pengeluarannya, misalnya pengeluaran darah campur lendir, adakah


pengeluaran air ketuban, adakah pengeluaran mekomium yaitu feses
yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan
letak anak. Melihat bentuk, ukuran, lesi, perdarahan, perubahan warna,
-

memr, dan bau pada genitalia.


Anus

Pemeriksaan untuk melihat ada atau tidaknya edema dan nyeri. Periksa
juga bagian rectum untuk melihat ada atau tidaknya haemorhoid.
f. Muskuloskeletal
Pemeriksaan edema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
IX.

uterus karena preeklampsi, penyakit jantung, atau ginjal.


DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut :
A. Pada Ibu
1.

Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Biologis.

2.

Ansietas berhubungan dengan Ancaman pada Status Kesehatan.

3.

Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Pajanan Informasi.

4.

Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan Nyeri.

5.

Insomnia berhubungan dengan Nyeri.

6.

Kesiapan Meningkatkan Proses Kehamilan-Melahirkan.

7.

Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan Frekuensi


Jantung.

8.

Keletihan berhubungan dengan Kekurangan Energi.

9.

Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Intoleran Aktifitas.

10. Resiko Perdarahan dengan faktor resiko Komplikasi Pasca Partum.


11. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan Aktif.
12. Resiko Syok dengan faktor resiko Hipovolemia.
B. Pada Janin
1. Resiko Asfiksia dengan faktor resiko Aspirasi Cairan Ketuban.
2. Resiko Cedera dengan faktor resiko Hipoksia Janin dan Abnormalitas
Pelvis Ibu.
3. Resiko Infeksi dengan faktor resiko Ketuban Pecah Dini.
X.

RENCANA KEPERAWATAN

NO.
1.

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri Akut
berhubungan
dengan Agens
Cedera Biologis

NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam
klien tidak mengalami nyeri
dengan indikator :

NIC
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,

1.Mampu mengontrol nyeri (5)


2.Melaporkan nyeri berkurang (5)
3.Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi, tanda dan
gejala nyeri) (5)
4.Menyatakan rasa nyama setelah
nyeri berkurang (5)
5.TTV dalam batas normal (5)
6.Tidak mengalami gangguan tidur
(5)

2.
3.

4.
5.

6.

7.
8.
9.

2.

Resiko Infeksi
dengan faktor
resiko Ketuban
Pecah Dini

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 1 x 24 jam,
klien tidak mengalami infeksi
dengan indikator :
1. Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi (tidak demam
dan cairan amnion jernih) (5)
2. Jumlah leukosit dalam batas
normal (5)
3. Status imun dalam batas
normal (5)

frekuensi, kualitas dan faktor


presipitasi
Observasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Monitor TTV.
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi : nafas dalam,
distraksi relaksasi, dan
kompres hangat/dingin.
Tingkatkan istirahat.
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Berikan informasi tentang
penyebab nyeri dan cara
mengontrol nyeri.
1.
La
kukan pemeriksaan vagina
awal dan ulangi bila pola
kontraksi atau perilaku klien
menunjukkan tanda-tanda
persalinan.
2.
Gu
nakan teknik aseptik selama
pemeriksaan VT.
3.
An
jurkan perawatan perineal
setelah eliminasi, setiap 4
jam atau sesuai indikasi.
4.
Pa
ntau dan gambarkan karakter
cairan amnion.
5.

Pa
ntau suhu, nadi, pernafasan,
dan sel darah putih sesuai
indikasi.
6.
Tek
ankan pentingnya cuci tangan
yang baik dan tepat.
7.
Ber
ikan cairan oral dan
parenteral sesuai indikasi.
3.

Ansietas
berhubungan
dengan Ancaman
pada Status
Kesehatan

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 1 x 24 jam,
cemas klien terkontrol dengan
indikator :
1.
Klien
mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas
(5)
2.
Mengguna
kan teknik pernafasan dan
teknik relaksasi yang efektif
untuk mengurangi rasa cemas
(5)
3.
TTV
dalam batas normal (5)
4.
Berpartisi
pasi aktif dalam proses
melahirkan (5)

1. Identifikasi tingkat
kecemasan.
2. Berikan lingkungan tenang,
posisikan klien untuk
kenyamanan.
3. Anjurkan orang terdekat
untuk tetap bersama klien
memberi dukungan dan
membantu sesuai
kebutuhan.
4. Tetap tinggal dengan klien
berikan informasi yang
terus-menerus mengenai
kemajuan persalinan.
5. Dukung koping yang tepat
dan anjurkan untuk
melakukan teknik relaksasi.
6. Pimpin kelahiran dengan
cara yang tenang dan
berikan penjelasan terus
menerus.

DAFTAR PUSTAKA
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas Edisi 21. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2009. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Morgan, Geri & Carole Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktis.
Jakarta: EGC
Norwitz, Errol & John Schorge. 2006. At a Glance Obstetri & Ginekologi, Ed 2.
Jakarta: Erlangga
Rayburn, William F. & Christopher Carey. 2001. Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Widya
Medika

Scott, James R. dkk. 2002. Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Widya Medika

Anda mungkin juga menyukai