Anda di halaman 1dari 48

KOMPONEN WESEL (SWITCH)

4
Wesel dan Persimpangan
(Turnouts and Crossovers)

General Arrangement of
Turnouts and Crossovers
Typical Track Cross Section – cut type

Typical Track Cross Section – fill type


Location of Clearance Points

Ladder Track Layout


Turnout Design
Diverging Route
Connection

Parallel Siding
Connection
Figure 6-32.
Location of Derails
Parts of a Turnout
Figure 6-18. Geotextile Installation under a Turnout
Figure 6-27. Determining Frog Number (Turnout Size)
Asphalt Crossing with
Timber Flangeway Header
 Wesel
Wesel merupakan pertemuan antara beberapa jalur (sepur), dapat berupa
sepur yang bercabang atau persilangan antara dua sepur. Fungsi wesel
adalah untuk mengalihkan kereta dari satu sepur ke sepur lainnya.

Gambar Komponen wesel


• Perhitungan Wesel

1. Panjang Jarum

( B  C)
P d
2tg(  / 2)
Keterangan :
P = Panjang jarum (m)
B = Lebar kepala rel (m)
C = Lebar kaki rel (m) Gambar Panjang jarum
d = Jarak siar
α = Sudut simpang arah (1: n)
2. Panjang Lidah

BY
t
sin 
Keterangan :
t = Panjang lidah (m)
B = Lebar kepala rel (m)
Y = Jarak dari akar lidah ke rel lantak (m) Gambar Lidah berputar
β = Besar sudut tumpu
3. Jari-Jari Lengkung Luar

W  t sin   P sin 
Ru 
cos  cos 

Keterangan :
Ru = Panjang jari-jari lengkung luar (m)
W = Lebar sepur (m)
t = Panjang lidah (m)
P = Panjang Jarum (m)

Jari-jari lengkung luar tidak boleh kurang dari R.

V2
R
7,8

V = kecepatan ijin pada wesel (km/jam)

Gambar Jari-jari lengkung luar


C. Perlintasan Sebidang
Perlintasan sebidang merupakan perpotongan antara jalan rel dengan jalan raya, baik tegak lurus
maupun bentuk sudut α.

Bila tidak ada rambu atau tanda yang memberi tahu bahwa K.A. akan melewati perlintasan, maka
ada dua kejadian yang menentukan jarak pandangan (Penjelasan PD 10 Bab 1 pasal 6).

Untuk kejadian I, dimana :


Pengemudi kendaraan dapat melihat kereta api yang mendekat sedemikian rupa sehingga
kendaraan dapat menyeberangi perlintasan sebelum kereta api tiba pada perlintasan.
Pengemudi kendaraan dapat melihat kereta api yang mendekat sedemikian rupa sehingga
kendaraan dapat dihentikan sebelum memasuki daerah perlintasan.

 Vv2 

dH  1,1 1,4667  Vv  t   D  de 
 30f 

VT  Vv 
dT   1,667  Vv  t   2D  L  W 
Vv  30f 

Gambar Perlintasan sebidang kejadian I


Kejadian II :
bila kendaraan jalan raya berhenti di muka lintasan, maka dT dihitung berdasarkan pada keadaan
dimana kendaraan mulai bergerak, sehingga dT harus cukup memungkinkan kendaraan
mempercepat dan meninggalkan perlintasan sebelum kereta api tiba, meskipun kereta mulai tampak
pada waktu kendaraan sudah mulai bergerak.

V L  2D  W  da 
dT  1,4667VT  G   J 
 a1 VG 
keterangan :
dH = jarak pandang sepanjang jalan raya (kaki, feet)
dT = jarak pandang sepanjang jalan kereta api (kaki, feet)
Vv = kecepatan kendaraan (mil/jam)
Vr = kecepatan kereta api (mil/jam)
t = waktu reaksi, diambil sebesar 2,5 detik
f = koefisien geser (dari tabel)
D = jarak dari garis henti atau ujung depan kendaraan, diambil
sebesar 15 kaki (feet)
de = jarak dari pengemudi ke ujung depan kendaraan ke rel
terdekat, diambil sebesar 10 kaki (feet)
L = panjang kendaraan, diambil sebesar 65 kaki (feet)
W = jarak antara rel terluar, untuk jalur tunggal sebesar 5 kaki
(feet)
VG = kecepatan terbesar kendaraan dalam sisi pertama diambil
sebesar 8,8 feet/detik
a1 = percepatan terbesar kendaraan dalam sisi pertama
diambil sebesar 1,47 feet/detik
J = waktu reaksi, diambil sebesar 2,0 detik
Gambar Perlintasan sebidang kejadian II Da = VG 2 / 2 a1
= jarak yang ditrempuh kendaraan ketika mempercepat ke
kecepatan tertinggi dalam gigi pertama
Figure 2-1. Common Freight Cars
Figure 6-8.
Clearance Diagram
for Tangent Track
Figure 6-10. Example Load Distribution along the Track
Figure 6-11. Example Vertical Pressure Reduction through the Track
Figure 6-13. Design Wheel Configurations
Figure 6-14. General
Method for Determining the
Frost Susceptibility of Soils
Figure 6-17. Required Subdrainage where Open Side Ditches
cannot be Installed
Figure 6-19. Geotextile Installation at a Bridge Abutment
Figure 6-22.
Recommended
Minimum Rail Anchor
Application
Figure 6-24. Rail Anchor
Applications at Open Deck
Bridges and Rail Crossings
Figure 7-1. Typical Type
1 Gravel Crossing with
Timber Flangeway
Header
Figure 7-2. Typical Type 2 Timber Crossing
Figure 7-3. Typical
Type 3A Asphalt
Crossing
Figure 7-4. Typical
Type 3B Asphalt
Crossing with Timber
Flangeway Header
Pengaturan Perjalanan Kereta rel
F
Jarak

. t t
EF

D DE
d

E
DE

Waktu di stasiun D
d

D
CD

SEPUR PENYUSUL tg = kecepatan


d


C
Waktu di lintas C-D
BC
d

B
AB

t
B
d

A t
AB waktu
Pengamanan Lalu lintas Kereta rel

Pengamanan Sistem Blok

A B C D

Blok - B Blok - C Blok - D

Pengamanan dikendalikan oleh masing-masing stasiun


Pengamanan Lalu lintas Kereta rel di Stasiun

SEPUR
SINYAL MUKA

SINYAL UTAMA

d 2 e

a c f
1
h

b g
4

WESEL / TITIK BAHAYA 5

Prinsip : PENGAMANAN TITIK BAHAYA / WESEL

Anda mungkin juga menyukai