Anda di halaman 1dari 13

BAB 3 KONSEP PERENCANAAN

3.1 PERATURAN DAN STANDAR PERENCANAAN GEOMETRIK


3.1.1 Standard dan Peraturan-peraturan

a. Spesifikasi Standar Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Direktorat


Jenderal Bina Marga, Desember 1990.
b. Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, Maret 1997,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota.
c. Petunjuk Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota, September
1997.

3.1.2 Perencanaan Geometrik

a. Umum
Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan route dari suatu ruas
jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan
kelengkapan dan data dasar yang ada atau dari hasil survey lapangan dan
telah dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang berlaku.

b. Alinyemen Horisontal
Alinemen Horisontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal.
Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama “situasi jalan” atau “trase
jalan”.

Pada perencanaan alinemen horizontal, umumnya akan ditemui dua jenis


bagian jalan, yaitu bagian lurus, dan bagian lengkung atau umum disebut
tikungan yang terdiri dari :

1
Laporan Utama Antara

1. Lingkaran (Full Circle = FC)


2. Spiral – Lingkaran – Spiral (S-C-S)
3. Spiral – Spiral (S-S).

Gambar 3.1 Komponen FC (Full Circle)

Keterangan :

D = sudut tikungan

O = titik pusat lingkaran

Tc = panjang tangen jarak dari TC ke PI atau PI ke CT

Rc = jari-jari lingkaran

Lc = panjang busur lingkaran

Ec = jarak luar dari PI ke busur lingkaran.

2
Laporan Utama Antara

Gambar 3.2 Komponen S – C – S (Full Circle)

Keterangan :

Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC (jarak


lurus lengkung peralihan).

Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak tegak
lurus ke titik SC pada lengkung.

Ls = panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke SC atau CS


ke ST).

Lc = panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS)

Ts = panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST

TS = titik dari tangen ke sepiral

SC = titik dari spiral ke lingkaran

Es = jarak dari PI ke busur lingkaran

qs = sudut lengkung spiral

Rc = jari-jari lingkaran

p = pergeseran tangen terhadap spiral

k = absis dari p pada garis tangen.

3
Laporan Utama Antara

Gambar 3.3 Komponen S – S

a) Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana adalah kecepatan untuk menentukan elemen
geometrik jalan raya. Hal-hal yang bersangkutan dengan
kecepatan adalah jari-jari lengkungan, superelevasi dan jarak
pandangan.

b) Jari-jari Minimum
Kendaraan pada saat melalui tikungan dengan kecepatan (V) akan
menerima gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak
stabil. Untuk mengimbangi gaya sentrifugal tersebut, perlu dibuat
suatu kemiringan melintang jalan pada tikungan yang disebut
superelevasi (e).

Untuk kecepatan tertentu dapat dihitung jari-jari minimum untuk


superelevasi maksimum dan koefisien gesekan maksimum.

c. Alinyemen Vertikal

4
Laporan Utama Antara

Alinyemen vertikal adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap


titik yang ditinjau, berupa profil memanjang.

Pada perencanaan alinyemen vertikal akan ditemui kelandaian positif


(tanjakan) dan kelandaian negatif (turunan), sehingga kombinasinya
berupa lengkung cembung dan cekung. Disamping kedua lengkung
tersebut ditemui pula kelandaian = 0 (datar).

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh keadaan topografi yang dilalui oleh


route jalan rencana. Kondisi topografi tidak saja berpengaruh pada
perencanaan alinyemen horizontal, tetapi juga mempengaruhi
perencanaan alinyemen vertikal.

1. Kelandaian
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian berikutnya, dilakukan
dengan mempergunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal
direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi keamanan,
kenyamanan dan drainase.

Jenis lengkung vertikal dilihat dari titik perpotongan kedua bagian


yang lurus (tangens), adalah :

a) Lengkung vertikal cekung, adalah suatu lengkung dimana titik


perpotongan antara kedua tangen berada di bawah permukaan
jalan.
b) Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik
perpotongan antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan
yang bersangkutan.
Lv

g2 ½ Lv g1

PLV PTV

Ev
PVI

Gambar 3.4 Lengkung Vertikal Cekung

5
Laporan Utama Antara

PVI
Ev

PLV PTV
½ Lv
g2 g1

Lv

Gambar 3.5 Lengkung Vertikal Cembung

c) Kelandaian Rencana :
g1 = dalam %

g2 = dalam %

d) Perbedaan aljabar untuk kelandaian :


A = g1 ± g2

e) Jarak Pandang Henti :

Dengan :

Jh = jarak pandang henti (m)

VR = kecepatan rencana (km/jam)

t = waktu tanggap (detik)

g = percepatan gravitasi (m/det2)

f = koefisien gesek.

f) Jarak Pandang mendahului


Jd = d1 + d2 + d3 + d4

Dimana :

d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)

6
Laporan Utama Antara

d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan


kembali ke lajur semula

d3 = jarak antar kendaraan yang mendahului dengan kendaraan


yang datang dari arah berlawanan setelah proses
mendahului selesai (m)

VR km/jam 50 - 65 65 - 80 80 - 95 95 - 110
d3 (m) 30 55 75 90

d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah


berlawanan

Dengan :

T1 = waktu tempuh (detik), ∞ 2,12 + 0,026 VR

T2 = waktu kendaraan berada di jalur lawan, (detik), ∞ 6,56 +


0,048 VR

a = percepatan rata-rata km/jam/detik, (km/jam/detik), ∞


2,052 + 0,0036 VR

m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan


kendaraan yang disiap, (biasanya diambil 10 – 15
km/jam).

2. Panjang Lengkung Vertikal :


a) Berdasarkan jarak pandang henti

7
Laporan Utama Antara

Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal
(Jh<Lv) :

Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal
(Jh > Lv) :

b) Berdasarkan jarak pandang mendahului


Jika jarak pandang mendahului lebih kecil dari panjang lengkung
vertikal (Jd < Lv) :

Jika jarak pandang mendahului lebih kecil dari panjang lengkung


vertikal (Jd < Lv) :

c) Pergeseran vertikal :

3.2 PERATURAN DAN STANDAR PERENCANAAN PERKERASAN

3.2.1 Standard dan Peraturan-peraturan

a. SNI No. 1732 – 1989 – I, Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur


Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen
b. SNI 03-1731-1989, Pengujian insitu CBR
c. SNI 03-1744-1989, Metota pengujian CBR laboratorium.
d. SNI 03-2491-1991, Metoda pengujian kuat tarik belah beton.
e. AASHTO M-155, Granular Material to Control Pumping Under Concrete
Pavemant.

8
Laporan Utama Antara

f. AASHTO M-30-1990, Zinc-Coated Steel Wire Rope and Futtings for Highway
Guardrail.
g. Austroads (1992), Pavement Design., A Guide to the Structural Design of
Road Pavements. Design of New Rigid Pavements.

3.2.2 Perencanaan Perkerasan Jalan

Perencanaan Perkerasan Ruas Jalan ………………………………………… berupa hasil


dari Perhitungan Perkerasan Lentur yang sesuai dengan Petunjuk
Perencanaan.

9
Laporan Utama Antara

MULAI

Input Data Proyek

Analisa Data
Lalu lintas

Volume Lalu lintas


Jenis & Beban
Harian Rata-rata AADT & ESA
Standard Kendaraan
(LHR)

Input Data
Eksisting

Lebar Sisa
C BR Lendutan RCI
Perkerasan Perkerasan

Grafik &
Pengelompokan
(Data Sort)

TEBAL RENCANA
PERKERASAN

Gambar 3.6 Alur Pekerjaan Perkerasan Lentur

a. Umur rencana
Umur rencana adalah jangka waktu dalam tahun sampai perkerasan harus
diperbaiki atau ditingkatkan. Perbaikan terdiri dari pelapisan ulang,
penambahan, atau peningkatan. Umur rencana perkerasan jalan
ditentukan atas dasar pertimbangan klasifikasi fungsional jalan, pola lalu

10
Laporan Utama Antara

lintas serta nilai ekonomis jalan yang bersangkutan yang tidak terlepas
dari pola pengembangan wilayah.

b. Jenis konstruksi jalan


Konstruksi jalan yang direncanakan berupa perkerasan lentur terdiri dari
3 lapis yaitu lapis permukaan, lapis pondasi, dan lapis pondasi bawah,
dengan uraian sebagai berikut :

1. Lapis Permukaan (surface course)


Lapis permukaan direncanakan berupa lapisan Aspal (Asphalt
Concrete – Wearing Course).

2. Lapis Pondasi (base course)


Lapis pondasi direncanakan berupa lapisan Aspal (Asphalt Concrete –
Base Course) dan digunakan jenis agregat pondasi kelas A dengan
bahan batu pecah yang mempunyai nilai CBR > 90%.

3. Lapis Pondasi Bawah (sub base course)


Lapis pondasi bawah direncanakan menggunakan jenis pondasi kelas
B (dengan nilai CBR > 35%).

4. Tanah Dasar (subgrade)


Tanah dasar (subgrade) digunakan lapisan urugan pilihan yang
mempunyai nilai CBR > 6%. Secara umum tipikal lapisan struktur
perkerasan adalah sebagai berikut :

a. Penentuan daya dukung tanah dasar


Kekuatan tanah dasar sebagai salah satu data pendukung pada
perencanaan tebal perkerasan dinyatakan dalam nilai CBR.
Penentuan besar DDT ditentukan dengan menggunakan grafik
korelasi antara DDT dan CBR.

b. Penentuan beban lalu lintas


Analisa lalu lintas dilakukan dengan menganalisa data lalu lintas
yang didapatkan dari survey perhitungan kendaraan pada jalan
eksisting. Hal ini bertujuan untuk menentukan beban lalu lintas

11
Laporan Utama Antara

yang akan menggunakan jalan tersebut selama masa layan. Jumlah


beban lalu lintas dinyatakan dengan lintas ekivalen rata-rata
(LER) kendaraan yang ditentukan dari data lalu lintas masa
konstruksi (Lintas Ekivalen Permulaan/LEP) dan umur rencana
berakhir (Lintas Ekivalen Akhir/LEA).

c. Penentuan faktor regional


Faktor regional merupakan suatu nilai koefisien penyesuaian
terhadap perbedaan kondisi lapangan dari percobaan empiris.
Besarnya nilai faktor regional dipengaruhi oleh kondisi geometrik,
persentase kendaraan berat dan kondisi hidrologi setempat.
Penentuan nilai faktor regional ditentukan dari tabel faktor
regional berdasarkan data kelandaian lokasi, persentase
kendaraan berat dan iklim.

d. Penentuan indek permukaan


Indeks permukaan adalah nilai kerataan/kehalusan serta
kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan
bagi lalu lintas yang lewat.

12
Laporan Utama Antara

DAFTAR ISI

BAB 3 KONSEP PERENCANAAN........................................................................................ 3-1

3.1 PERATURAN DAN STANDAR PERENCANAAN GEOMETRIK................................3-1

3.1.1 Standard dan Peraturan-peraturan..................................................................3-1

3.1.2 Perencanaan Geometrik........................................................................................ 3-1

3.2 PERATURAN DAN STANDAR PERENCANAAN PERKERASAN.............................3-9

3.2.1 Standard dan Peraturan-peraturan..................................................................3-9

3.2.2 Perencanaan Perkerasan Jalan...........................................................................3-9

DAFTAR TABEL

No table of figures entries found.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Komponen FC (Full Circle).................................................................................... 3-2

Gambar 3.2 Komponen S – C – S (Full Circle).......................................................................3-3

Gambar 3.3 Komponen S – S......................................................................................................... 3-4

Gambar 3.4 Lengkung Vertikal Cekung.................................................................................... 3-6

Gambar 3.5 Lengkung Vertikal Cembung............................................................................... 3-6

Gambar 3.6 Alur Pekerjaan Perkerasan Lentur.................................................................3-10

13

Anda mungkin juga menyukai