Anda di halaman 1dari 56

Esofagoskopi diagnostik

Dr syarah
Dr rian
Benda Asing Esofagus
• Benda asing esofagus adalah semua benda, baik berupa bolus makanan
atau agen benda keras lainnya yang tertelan dengan sengaja atau tidak
yang dapat menyebabkan sumbatan dan perlukaan esofagus.Kasus tertelan
benda asing paling banyak ditemukan pada anak dengan kejadian puncak
antara usia 6 bulan dan 6 tahun. Pada anak biasanya berupa mainan kecil,
pernak-pernik kecil dan uang logam.
• Pada orang dewasa,biasanya terjadi pada mereka dengan gangguan
kejiwaan, retardasi mental,keracunan alkohol, dan gangguan kesehatan.
Penderita yang sering tertelan makanan biasanya pada esofagusnya.
• Jenis benda asing yang tertelan pada anak dan dewasa berbeda.Pada orang
dewasa, jenis yang banyak tertelan berasal dari makanan,biasanya berupa
potongan daging, tulang dan gigi palsu.
Komplikasi Benda Asing Esofagus
• edema,
• ulserasi,
• perdarahan,
• obstruksi lumen,
• gangguan pernapasan dan perforasi.
Anatomi Esofagus
Esofagus merupakan bagian dari saluran pencernaan berupa suatu tabung
otot vertikalyang memanjang dari hipofaring sampai lambung, yaitu setinggi
batas bawah kartilago krikoid sampai orifisium kardiak pada lambung. Dalam
keadaan diam bagian anteroposterior esofagus berdekatan dan pada
potongan transversal berbentuk bulat telur. Pada plana aksial esofagus
terletak pada garis tengah, kemudian berbelok ke kiri pada area
servikotorakal, dan kembali ke garis tengah pada saat memasuki
mediastinum.
Tetapi, pada level setinggi vertebra torakalis ke-7, esofagus kembali berbelok
ke kiri dan terus melewati hiatus diafragmatika (vertebra torakalis ke-10)
sampai ke lambung. Ukuran esofagus yang telah melewati hiatus
diafragmatika hanya sekitar 1.25 cm pada orang dewasa. Pada plana sagital,
esofagus terlihat konveks, mengikuti alur konveksitas tulang
belakang.
Esofagus pada neonatus dimulai setinggi vertebra servikal IV-Vsampai pada
batas setinggi vertebra torakal IX, dengan panjang bervariasiantara 8-10 cm.
Pertumbuhan panjang esofagus menjelang umur 1 tahunmeningkat menjadi
12 cm, pada umur 5 tahun panjang esofagus menjadi16 cm dan setelah itu
pertumbuhannya menjadi lambat, sehingga padaumur 15 tahun hanya
mencapai 19 cm. Ukuran panjang esofagus diukurdari gigi seri atas:
• 1. Bayi : 18 cm
• 2. Anak (1 tahun) : 20 cm
• 3. Anak (3 tahun) : 22 cm
• 4. Anak (6 tahun) : 25 cm
• 5. Anak (10 tahun) : 27 cm
• 6. Anak (14 tahun) : 34 cm
• 7. Dewasa : 40 cm
Esofagus umumnya dalam keadaan kolaps bila tidak terdapat makanan
yang melewatinya.
Bentuk lumennya mirip dengan celah, yaitu dalam keadaan istirahat,
tetapi pada bagian bawah bentuk lumennya lebih menyerupai tabung.
Diameter lumen esofagus bervariasi, tergantung dariada tidaknya bolus
makanan atau cairan melaluinya. Pada keadaan istirahat, diameter
lumen esofagus sekitar 20 mm dan dapat bertambahmenjadi 30 mm.
Pada bayi sekitar 5 mm dan pada umur mejelang 1 tahun menjadi
berlipat ganda dan setelah berumur 5 tahun diameter lumen esofagus
mencapai 15 milimeter. Pada area penyempitan ukuran lumendapat
berkurang sampai 13-16 mm. Diameter lumen paling besardidapatkan
pada muara esofagus dengan lambung.
Dinding Esofagus

Gambar Potongan Melintang


Esofagus
Dinding esofagus terdiri dari 4 lapisan dengan
urutan dari dalam keluar
yaitu :

• a. Membran Mukosa
• b. Submukosa
• c. Lapisan Otot Esofagus
• d. Lapisan Fibrosa
Hubungan Esofagus dengan Struktur Sekitar

• a. Bagian Servikal
• Pada orang dewasa panjang esofagusservikal 5-6 cm, mulai setinggi
• servikal VI sampai torakal I. Dinding anterior esofagusservikal
• melekat erat dengan jaringan ikat serat otot dinding trakea yang
• disebut tracheo-esophageal party wall (dinding bersama trakeaesofagus).
• Di bagian anterolateral, esofagus ini tertutup oleh kelenjartiroid, sedang di
sisi kiri dan kanan pada lekuk antara trakea dan esofagus berjalan
n.laringeus rekuren sinistra dan dekstra ke atas menuju faring setelah
menyilang trunkus brakiosefalikus bagiandekstra dan menyilang arkus
aorta bagian sinistra.
• Pada bagian posterior di daerah perbatasan dengan hipofaring,
• terdapat daerah dengan resistensi lemah (locus minoris resistensiae)
• yaitu dinding yang tidak tertutup oleh otot konstriktor faringeus
• Inferior. Jackson menyebut introitus esofagus sebagai Gate of Tears
• atau Bab El Mandeb.
• Pada bagian lateral esofagus terdapat sarung carotis (carotid Sheath)
• beserta isinya.
Gambar hubungan esofagus dengan sekitar
b. Bagian Torakal

• Panjang esofagus bagian torakal 16-18 cm, mulai setinggi vertebra


• torakal I sampai torakal IX-X, berada di mediastinum superior antara
• trakea dan kolumna vertebralis, terus ke mediastinum posterior di belakang atrium
sinistra. Dinding anterior tetap melekat pada dinding posterior trakea sampai setinggi
torakal V. Di mediastinum superior,
• esofagus berjalan ke posterior ke sisi dekstra aorta desendens sampai mencapai bagian
inferior mediastinum kemudian berjalan ke anterior dan sedikit ke sisi sinistra aorta.
Didalam rongga torak, esofagus
• disilang oleh arkus aorta setinggi torakal IV dan bronkus utama sinistra setinggi torakal V.
Arteri pulmonal dekstra menyilang esofagus segera di bawah bifurkasio trakealis. Pada
bagian distal esofagus, diantara dinding posterior esofagus dan permukaan ventral
• korpus vertebralis berjalan duktus torasikus, vena azigos, arteri-arteri
• interkostal dan vena-vena.
c. Bagian Abdominal

• Esofagus bagian abdominal terdiri dari bagian diafragma yang disebut


• pars diaphragmatica dan bagian esofagus yang berada dalam rongga
• abdomen.
• Pada bagian diafragma panjangnya 1-1,5 cm, dan terletak setinggi nvetebra
torakal X, melewati krus dekstra diafragma agak ke sinistra
• bidang tengah disertai oleh n.vagus sinistra di permukaan anteriornya dan
n.vagus dekstra di bagian posteriornya.
• Setelah melewati diafragma, esofagus melalui permukaan posterior lobus sinistra
hepar,selanjutnya melengkung agak tajam ke sinistra untuk bergabung dengan
bagian kardia gaster.
• Pada bagian ini merupakan garis Z (Z-line) dan disebut taut esofagusgaster
(gastro-esophageal junction). Bagian esofagus yang berada didalam rongga
abdomen panjangnya 2 – 3 cm.
Persarafan
Persarafan esofagus berasal dari dua sumber utama yaitu saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf
simpatis dari serabut serabut ganglia simpatis servikalis inferior, nervus torakal dan splanchnicus.
Nervus vagus memberikan cabang-cabang nervus laringeus rekuren dekstra, naik ke arah faring setelah
menyilang arteri subklavia dan nervuslaringeus sinistra kearah faring setelah menyilang arkus aorta.
Saraf ini memberikan inervasi parasimpatis pada esofagus servikal dan sfingter esofagus atas dan juga
serabut-serabut ke otot esofagustorakal. Badan selserabut saraf ini dalam bagian rostral nucleus
ambiquus, mencapai esofagus melalui cabang-cabang esofagus n. vagus sendiri dan cabangcabangn.
laringeus rekuren. Sinapsis serabut ini dalam dinding esofaguspada ganglia pleksus submukosal Meissner
dan pleksus mienterik Auerbach yang terletak antara lapisan otot sirkuler sebelah dalam danlapisan otot
longitudinal sebelah luar.
Dari badan-badan sel ini munculserabut-serabut pendek postganglionik untuk menginervasi serat
otot.Badan sel serabut motorik simpatis preganglionik terdapat dalam kolumnalateral medula spinalis
segmen torakal II-VI (terutama segmen torakal Vdan VI). Serabut keluar melalui radiks anterior,
mencapai trunkussimpatikus melalui rami communicantes. Kemudian naik ke atas keganglia servikal
dimana serabut-serabut bersinapsis. Dari ganglia ini,serabut postganglionik turun kedalam torak dekat
dengan nervus kardiasuperior, medius dan inferior untuk bergabung dengan pleksus kardia danmencapai
esofagus tanpa sinapsis. Beberapa serabut simpatis mengambiljalan pintas ke esofagus melewati ganglia
torakal II-VI.
Vaskularisasi
• Pada bagian servikal, vaskularisasi esofagus diperoleh dari a. tiroidea
inferior cabang trunkus tiroservikalis a. subklavia sinistra, bagian torakal
dari aorta torakal desendens, arteri interkostal dan arteri-arteri cabang
bronkial. Pada bagian abdomen diperoleh dari cabang-cabang arteri
gastrik sinistra dan kadang-kadang arteri frenik inferior yang langsung dari
aorta abdominalis atau oleh pembuluh darah lain dari aorta atau asal
celiac.
• Aliran vena esofagus bagian servikal dialirkan kedalam vena tiroid inferior,
pada bagian torakal kedalam sistem vena azigos dan hemiazigos dan pada
bagian abdominal kedalam vena gastrik sinistra.
Area Penyempitan Esofagus

Gambar penyempitan esofagus


Penyempitan krikofaring (sfingter krikofaring)

• Disebabkan oleh penekanan otot krikofaring dan kartilago krikoid.


• Diameter transversal 23 mm dan anteroposterior 14-17 mm berjarak
kirakira
• 16 cm dari gigi insisivus atas pada orang dewasa dan terletak setinggi
v-servikal VI.
• Persilangan esofagus dengan arkus aorta
• Terletak di sebelah sinistra, setinggi vetebratorakal IV, yang pada orang
• dewasa berjarak kira-kira 23 cm dari gigi incisivus superior. Diameter
• transversal 23 mm dan anteroposterior sebesar 19 mm
• (literatur lain 15-17mm).
• Didaerah ini dapat terlihat pulsasi aorta.
• Persilangan esofagus dengan bronkus utama sinistra
• Persilangan ini terletak pada dinding anterior sinistra esofagus. Berjarak
• kira-kira 27 cm dari gigi insisivus atas setinggi vertebra torakal V-VI
• dengan diameter transversal 23 mm dan anteroposterior.
Penyempitan diafragma

• Penyempitan ini terdapat pada bagian distal yang disebut hiatus


esofagus
• setinggi vertebra torakal X-XI. Disini esofagus terjepit oleh krura
• diafragma yang bekerja sebagai sfingter. Diameter transversal 23 mm
dan
• anteroposterior 16-19 mm
Gambar penyempitan esofagus dan jarak dari incisivus
berdasarkan umur
Benda Asing Esofagus

• Jenis benda asing yang tertelan dapat berupa makanan (31,44%)


dan bukan makan (68,56%).
Benda asing makanan terbanyak berupa tulang dan daging (21,19%)
tersering terjadi pada dewasa.
Benda asing bukan makanan yang tersering adalah koin atau uang
logam (45,84%) terjadi pada anak-anak, diikuti dengan benda asing gigi
palsu sebesar15,10%.
Benda Asing Esofagus
Patofisiologi
Benda asing masuk ke esophagus

(esofagus bagian servikal)

menduga bahwa kelemahan struktur otot


peristaltik servikalis bagian atas sebagai
penyebab utama tersangkutnya benda asing.

impaksi makanan pada esofagus bagian tengah atau bawah, hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya lesi esofageal atau adanya
gangguan motorik

Bila terjadi inkarserata pada esofagus torakal atau pada tempat yang lebih
dibawah, perlu dipikirkan adanya gangguan esofagus yang mendasari.

Sebaliknya bila terjadi impaksi makanan pada esofagus bagian tengah atau bawah, hal
ini mungkin disebabkan oleh adanya lesi esofageal atau adanya gangguan motorik
Perubahan patologis pada esofagus

• Biasanya benda asing yang masuk akan mengikuti gerakan esofagus


ke posisi paling mungkin untuk tidak menyebabkan trauma, misalnya
peniti yang berputar dan turun ke bawah dengan posisi bagian ujung
di bawah dan yang tajam mengikuti. Jika beberapa benda asing tidak
turun (tertahan), setelah waktu yang lama, akan terjadi erosi dan
ulserasiepitel, membentuk jaringan fibrosa di sekitar benda asing.
Perforasi spontan kadang-kadang terjadi. Jika terjadi tiba-tibaakan
timbul emfisema subkutis dan mediastinum tetapi dinding esofagus,
Diagnosis
Penegakan diagnosis meliputi gejala klinis, pemeriksaan fisik, radiologi
dan esofagoskopi

• Gejala Klinis
• Nyeri menelan dan sulit menelan, tidak bisa menelan ataupun banyak liur
dapat dijumpai.
• Nyeri substernal atau yang menjalar ke punggung kadang juga dikeluhkan.
• Anak kecil, penderita retardasi mental dan gangguan jiwa biasanya datang
dengan keluhan rasa tersedak, tidak mau makan, muntah, keluar air liur, nafas
berbunyi, air liur bercampur darah ataupun sesak nafas.
• Pada anak kecil, gejala pernapasan sering lebih dominan dibanding gejala
pencernaan disebabkan masih lemahnya cincin trakea sehingga mudah
tertekan oleh benda asing.
• Anak-anak sering menahan kepalanya ke satu sisi atau cenderung ke posisi
menunduk.
• Afagia yang disertai dengan air liur berlebih dapat terjadi bila
• terjadi obstruksi total lumen esofagus yang biasanya disebabkan oleh
• impaksi daging makanan.Batuk atau tersedak yang diikuti oleh adanya
• dispepsia persisten biasanya disebabkan oleh benda asing yang berukuranbesar.
• Sindrom penetrasi hampir selalu terjadi pada orang dewasa, kecuali
• pada penderita-penderita psikiatrik dan pemakai obat-obatan. Sindrom ini
• digambarkan dengan adanya gangguan menelan yang disertai dengan nyeri
• daerah faring dan esofagus, yang kadang-kadang disertai dengan batuk,
• tersedak, muntah dan hematemesis. Bila sindrom ini tidak terdapat pada
• orang dewasa perlu dicurigai adanya kondisi-kondisi faring dan esofagusyang
abnormal.
• Gejala yang mengarah pada gangguan pernapasan dapat terjadi
• karena :
• 1. Aspirasi sekresi yang berlebihan akibat usaha untuk menelan melewati
• esofagus yang tersumbat benda asing
• 2. Erosi benda asing yang mengakibatkan perforasi pada esofagus ke
• trakea atau bronkus.
• 3. Trauma yang terjadi pada laring akibat tindakan esofagoskopi (ektraksi
• benda asing).
Pemeriksaan Fisik

• Meliputi faring dan laringoskopi indirek (untuk melihat benda


• asing hipofaring, retensi air liur, edema pada regio aritenoid), palpasi
• servikal (untuk mengetahui emfisema subkutan, kekenyalan regio jugular,
• nyeri pada waktu pergerakan laring secara aktif dan pasif), auskultasi
• kardiopulmoner, palpasi abdominal dan pengukuran suhu.
• Pasien yang datang dengan keluhan tertelan benda asing yang
• disertai dengan pembengkakan, eritema, perabaan lunak dan krepitasi
pada
• leher dapat dicurigai adanya perforasi pada daerah orofaring atau esofagus
• bagian proksimal.
• Pemeriksaan Radiologi
• Setiap kecurigaan adanya benda asing esofagus, harus dilakukan
• pemeriksaan radiologis. Foto polos dapat mengidentifikasi benda asing
• logam, tulang dan gambaran udara bebas mediastinum atau peritoneum.
• Benda asing dengan radioopak tinggi seperti koin, kuku, baterai cakram,
• mempunyai densitas yang lebih besar dari jaringan tubuh sehingga bisa
• dilihat dengan foto polos. Benda asing radiolusen yang mempunyai
• densitas lebih rendah dibanding jaringan tubuh (tulang ikan atau ayam,
• plastik, gelas dan benda logam yang tipis), mengandung udara yang
• banyak, dapat terlihat meskipun sulit. Kayu (tusuk gigi) akan diabsorpsi
• oleh cairan dan dalam beberapa jam densitasnya akan sama dengan
• jaringan tubuh sehingga tidak bisa dilihat.
• Foto polos diambil dalam posisi anteroposterior dan lateral. Daerah
• yang diambil adalah leher, dada, abdomen dan bila perlu pelvis.
• Pemeriksaan radiologis jaringan lunak regio servikal dan foto torak,
• diperlukan untuk mengetahui letak benda asing radioopak dan adanya
• emfisema sekunder daerah servikal atau mediastinal yang disebabkan oleh
• perforasi. Gambaran radiologis emfisema servikal tahap dini terlihat pada
• daerah servikal bagian lateral yaitu disebelah dorsal otot krikofaring, di
• dalam rongga retroviseral di depan korpus vertebra servikal VI. Benda
• asing berbentuk lempeng seperti koin pada saat di esofagus selalu pada
• posisi tegak (koronal) sedangkan jika berada pada laring atau trakea akan
• berada pada posisi melintang. Pada orang dewasa kadang sulit
• membedakan benda asing tulang dengan kalsifikasi kartilago krikoid atau
• tiroid.
• Pemeriksaan kontras dengan barium tidak dilakukan karena :
• 1. Mengganggu visualisasi endoskopi karena dapat menutupi benda
• asing atau mukosa esofagus
• 2. Mempunyai resiko tinggi pada kasus-kasus yang disertai perforasi
• mediastinal
• 3. Bisa terjadi aspirasi barium
• Pemeriksaan dengan CT-Scan dapat berguna walaupun tidak dapat
• mendeteksi benda asing yang radiolusen. Pemeriksaan CT-Scan akan
• memberikan hasil yang lebih baik dengan potongan 3 dimensi.
• Bila dicurigai riwayat tertelan benda asing, evaluasi esofagoskopi
• harus dilakukan bila terdapat gejala esofagus yang persisten meskipun
• hasil radiologis negatif. Untuk pasien yang tertelan makanan bukan tulang
• tanpa gejala komplikasi esofagoskopi dapatdilakukan tanpapemeriksaan
• radiografi.
Penatalaksanaan
Evaluasi jalan napas
• Pada beberapa kasus benda asing esofagus bagian proksimal dapat
• dilakukan intubasi endotrakeal untuk melindungi saluran nafas. Intubasi
• endotrakeal yang biasanya dilakukan dalam keadaan anestesi umum, dapat
• dilakukan pada pasien dengan benda asing yang sulit dikeluarkan, benda
• asing multipel dan pada penggunaan esofagoskopi kaku. Endoskopi pada
• anak-anak sering dilakukan dalam anestesi umum menggunakan intubasi
• endotrakeal karena saluran nafas yang lebih kecil dan rentan sehingga
• berisiko tinggi terjadinya obstruksi jalan napas selama tindakan endoskopi.
• Tanda-tanda perforasi memerlukan tindakan ekstraksi benda asing
• dengan revisi bedah untuk drainage dan penutupan perforasi. Apabila
• benda asing dapat diekstraksi secara endoskopi tanpa menimbulkan
• kerusakan pada esofagus, prosedur dapat dikombinasi (ekstraksi endoskopi
• dan revisi bedah).
Waktu

• Esofagoskopi dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan klinis


• meliputi ukuran, bentuk, jenis dan lokasi anatomis benda asing serta sudah
• berapa lama tertelan. Dilakukan esofagoskopi sesegera mungkin dengan
• persiapan optimal. Bila benda asing gagal dikeluarkan pada saat pertama
• kali dikerjakan, maka dapat dilakukan esofagoskopi ulang setelah 2x24
• jam.
• Baterai arloji harus diangkat segera dalam waktu 24 jam pertama,
• karena kemungkinan kebocoran bahan korosif dan menyebabkan perforasi
• dinding esofagus. Benda asing tajam dengan tanda-tanda perforasi,
• dikonsulkan untuk tindakan bedah. Bila adanya benda asing yang
• menyebabkan sumbatan jalan napas maka harus dilakukan pengeluaran
• benda asing denganesofagoskopi segera
Operatif

• Prosedur esofagoskopi harus dilakukan di rumah sakit dengan


• peralatan esofagoskopi atau di ruang operasi dengan fasilitas anestesi
• umum dan alat resusitasi. Anestesi umum dengan intubasi trakea lebih
• baik karena mencegah aspirasi bronkus dan keleluasaan melakukan
• manuver ekstraksi.Instrumen rigid lebih disukai, misalnya Haslinger atau
• Jackson, atau dapat juga endoskopi optik oleh Storz, diameter dan panjang
• instrumen dapat dipilih sesuai lokasi dan umur pasien.
• Setiap kecurigaan adanya benda asing esofagus memerlukan
• pemeriksaan esofagoskopi biarpun pada pemeriksaan fisik dan radiologis
• negatif. Bila ada gejala meskipun minimal, bahkan pemeriksaan fisik dan
• radiologis negatif, esofagoskopi tetap dianjurkan. Esofagoskopi sebaiknya
• tidak dilakukan hanya untuk tujuan diagnostik tetapi juga untuk persiapan
• terapeutik (ekstraksi benda asing).
• Indikasi
• Pemeriksaan esofagoskopi diindikasikan pada setiap pasien yang
• mengeluh tertelan benda asing, adanya gangguanfungsi menelan atau
• terdapat keluhan pada regio esofagus, hipofaring atau laring.
kontraindikasi

• Tidak ada kontraindikasi absolut pada esofagoskopi


• emergensi.Kontraindikasi relatif misalnya penekanan aneurisma esofagus
• yang terlihat pada pemeriksaan fluoroskopi.Pada kasus ini dapat dilakukan
• esofagoskopi dengan berhati-hati sehingga ruptur aneurisma dapat di
• hindari kecuali terjadi ruptur secara mendadak. Kondisi lainnya yang dapat
• menunda untuk dilakukan esofagoskopi antara lain dehidrasi, asidosis,
• pneumatorak sebagian pada satu sisi paru dengan pneumotorak pada sisi
• paru lainnya, emfisema mediastinum atau subkutan, perforasi dinding
• hipofaring dan esofagus serta hipertensi yang tinggi. Sesak nafas juga
• merupakan salah satu kondisi yang memerlukan penanganan terlebih
• dahulu sebelum dilakukan esofagoskopi kecuali sesak nafas timbul akibat
• penekanan trakea oleh benda asing yang besar di esofagus.
• Persiapan
• Instrumen
• 1. Esofagoskop rigid ukuran sesuai umur
• 2. Alat ekstraksi sesuai ukuran dan jenis benda asing
• 3. Suction tip
• 4. Teleskop dan kamera bila tersedia
• Anestesi
• Esofagoskopi kaku dilakukan dengan anestesi umum, sedangkan
• esofagoskopi fleksibel dilakukan dengan anestesi lokal
Teknik
• Sebelum melakukan esofagoskopi sebaiknya sudah diketahui mengenai jenis benda yang tertelan, lokasi, pendekatan spesifik yang diambil dan selalu latihan sesuai dengan prosedur.
• Berikut ini adalah tiga langkah yang harus dilakukan :
• 1. Evaluasi endoskopi
• Saliva atau partikel makanan diangkat dengan menggunakan kanul suction
• atau forsep, benda asing divisualisasi dan dilokalisir, posisi benda asing
• harus diketahui letaknya terhadap esofagus, apabila benda asing besar dan
• menimbulkan perforasi atau terjadi perdarahan hebat, lebih dipilih untuk
• melakukan operasi terbuka.

• 2. Ekstraksi
• Prosedur ekstraksi sebagai berikut :
• 1. Fiksasi endoskop
• 2. Menyentuh benda asing dengan ujung distal instrumen
• 3. Memegang bagian benda asing dengan kuat
• 4. Menarik benda asing ke dalam endoskop
• 5. Mempertahankan stabilitas endoskop, forsep dan benda asing
• 6. Dengan gerakan yang kontinue dengan mempertahankan aksi
• esofagoskop sejajar esofagus dan faring, menarik bersama-sama
• tanpa mengakibatkan gesekan atau impaksi benda asing
• 3. Endoskopi setelah prosedur dilakukan (evaluasi)
• Dengan esofagoskop daerah bekas tempat asing dieksplorasi untuk
• mengevaluasi adanya tanda-tanda laserasi. Esofagus dibawah lokasi
• impaksi diperiksa sampai ke gaster untuk melihat adanya kelainan-
• akibat
• manuver.
Teknik pemeriksaan esofagoskopi
• Esofagoskop dipegang dengan tangan kanan di bagian proksimal
• dan tangan kiri di bagian distal seperti memegang pensil. Jari tengah dan
• jari manis tangan kiri membuka bibir atas dan mengait gigi insisivus. Jari
• telunjuk dan ibu jari tangan kiri memegang bagian distal esofagoskop serta
• menarik bibir agar tidak terjepit di antara esofagoskop dengan gigi.
• Tangan kanan memegang bagian proksimal esofagoskop dengan menjepit
• di antara jari telunjuk dan jari tengah.Esofagoskop didorong perlahan
• dengan menggerakkan ibu jari tangan kiri menyusuri sisi bawah
• esofagoskop dan tangan kanan berfungsi untuk mengarahkan esofagoskop
• dengan memegangnya seperti memegang pensil pada leher pegangan.
• Esofagoskop dimasukkan secara vertikal ke dalam mulut pada garis tengah
• lidah. Identifikasi uvula dan dinding faring posterior
Esofagoskop didorong menyusuri dinding posterior faring sampaiterlihat adanya
aritenoid kanan dan kiri. Esofagoskop disusupkan kebawah aritenoid. Suatu gerakan
ringan ibu jari tangan kiri diberikan padaujung esofagoskop sehingga tampak lumen
introitus esofagus. Skopen didorong memasuki lumen esofagus dengan hati-hati
dengan menggerakann ibu jari tangan kiri secara perlahan. Dilakukan evaluasi
introitus kearah atas, bawah, kanan dan kiri. Selanjutnya esofagoskop didorong
menyusurilumen esofagus dengan gerakan ibu jari tangan kiri Melalui esofagus
segmen torakal, kepala penderita harusditurunkan sampai mendatar untuk
menyesuaikan sumbu esofagus sehingga lumen tetap tampak.Bila posisi penderita
benar makaesofagoskop biasanya akan menyusup masuk dengan mudah. Pada waktu
esofagoskop mencapai penyempitan aorta dan bronkus kiri, lumen akan menyempit
di anterior. Melalui penyempitan pada hiatus diafragma. Kepala penderita
direndahkan lagi, kemudian leher dan kepala digeser agak ke kanan untuk menjaga
agar sumbu pipa sesuai dengan sumbu sepertiga bagian bawah esofagus. Operator
mengarahkan esofagoskop ke spina iliaka anterior superior kiri. Hiatus esofagus dapat
dilihat seperti celah yang miring antara jam 10 dan jam 4Setelah melewati diafragma,
kepala penderita harus diturunkan sesuai dengan kebutuhan untuk mempertahankan
visualisasi lumen esofagus. Selama melakukan tahapan tersebut, dilakukan
identifikasi dan posisi benda asing, dilakukan evakuasi menggunakan forcep yang
sesuai.
• Pada saat mengeluarkan esofagoskop, posisi penderita dan arah
gerakanesofagoskop dilakukan dengan cara yang berlawanan. Untuk
evaluasi(adanya sisa benda asing, laserasi mukosa, perdarahan, perforasi dan
kemungkinan adanya kelainan esofagus yang lain) dilakukanesofagoskopi ulangan
sampai sfingter esofagus bawah.
Komplikasi
• Komplikasi utama benda asing berhubungan dengan perforasi yang
• terjadi baik secara primer maupun sekunder.Prognosis penderita
• tergantung kepada penyebab perforasi (perforasi akut oleh benda tajam
• atau perforasi lambat akibat nekrosis kompresi), ukuran benda asing,
• lokasi dan cepat lambatnya benda asing terdeteksi. Perforasi akut yang
• diikuti dengan pasase udara, air liur atau partikel makanan ke jaringan
• sekitarnya disertai penyebaran mikroorganisme yang cepat akan
• menyebabkan terjadinya mediastinitis dan secara potensial dapat
• menyebabkan syok septik. Kebocoran akibat proses yang lambat akan
• menyebabkan reaksi inflamasi lokal untuk membatasi perluasan infeksi
• lebih sering menyebabkan terbentuknya abses mediastinum atau servikal.
• Pada perforasi sebesar lubang jarum, biasanya hanya terjadi reaksi lokal
• daerah perforasi. Perforasi pars torakal lebih berbahaya dibandingkan pars
• servikal oleh karena mudah terjadi mediastinitis atau pembentukan fistula
• antara esofagus dengan trakea, bronkus utama, pleura, perikardium dan
• pembuluh darah besar (aorta, subklavia, karotis).
Penanganan Post Ekstraksi
• Bila ekstraksi sangat sulit dilakukan dan timbul laserasi dalam
• sampai ke lapisan muskuler maka dilakukan penanganan konservatif
• berupa pemasangan nasogastric tube dalam 3 jam pertama yang
• dipertahankan sampai 10 hari dengan pemantauan secara klinis yang
• ketat,CT-Scan dan atau esofagoskopi fleksibel bila diperlukan.
Penanganan Bedah

• Indikasi penanganan bedah adalah :


• 1. Bila benda asing tidak dapat dikeluarkan secara endoskopik.
• 2. Adanya tanda perforasi esofagus, sehingga membutuhkan
penanganan
• bedah untuk penutupan perforasi
Alat esofagoskopi
Proses Menelan
• Menelan merupakan satu proses yang kompleks yang memungkinkan
• pergerakan makanan dan cairan dari rongga mulut ke lambung. Proses ini
• melibatkan struktur di dalam mulut, faring, laring dan esofagus.
• Disfagia atau kesulitan menelan merupakan masalah yang sering
• dikeluhkan baik oleh pasien dewasa, lansia maupun anak-anak. Rata-rata
• dalam sehari, manusia menelan kurang lebih 2000 kali, sehingga masalah
• disfagia merupakan masalah yang sangat mengganggu kualitas hidup
• seseorang
• Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan
• dari rongga mulut sampai ke lambung. Kegagalan dapat terjadi karena
• adanya kelainan neuromuskuler yang berperan dalam proses menelan,
• adanya sumbatan di rongga mulut, faring dan esofagus serta gangguan
• emosi yang berat.
Struktur Anatomi
a. Rongga mulut
• Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis
• oris yang dipersarafi oleh saraf fasialis. Ruangan di antara mukosa
• pipi bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris. Palatum dibentuk
• oleh tulang dari palatum durum di bagian depan dan sebagian besar
• dari otot palatum mole di bagian belakang. Dasar mulut di antara lidah
• dan gigi terdapat kelenjar sublingual dan bagian dari kelenjar
• submandibula. Muara duktus submandibular terletak di depan dari
• frenulum lidah. Lidah merupakan organ muskular yang aktif. Dua
• pertiga depan dapat digerakkan, sedangkan pangkalnya terfiksasi.
• Korda timpani mempersarafi cita rasa lidah duapertiga depan dan n.
• glossofaring pada sepertiga bagian belakang.
b. Faring
• Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang bentuknya seperti
• corong dimulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus
• setinggi vertebra servikal 6. Faring berhubungan dengan rongga
• hidung melalui koana dan berhubungan dengan rongga mulut melalui
• isthmus orofaring, sedangkan dengan laring berhubungan melalui
• aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esofagus. Otot-otot
• faring tersusun dalam lapisan memanjang (longitudinal) dan
• melingkar (sirkular). Otot-otot yang sirkular terdiri dari m. konstriktor
• faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini berbentuk kipas
• dengan bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari
• belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan
• dibagian belakang bertemu pada jaringan ikat yang disebut raphe
• faring. Batas hipofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis,
• batas anterior adalah laring, batas posterior ialah vertebra servikal
• serta esofagus di bagian inferior.
• Pada pemeriksaan laringoskopi struktur pertama yang tampak di
• bawah pangkal lidah adalah valekula. Bagian ini merupakan dua buah
• cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glossoepiglotika medial dan
• ligamentum glossoepiglotika lateral pada tiap sisi. Di bawah valekula
• adalah permukaan laring dari epiglotis. Epiglotis berfungsi melindungi
• glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolus
• tersebut menuju kesinus piriformis dan ke esofagus. Persarafan
• motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring. Pleksus
• ini dibentuk oleh cabang faring dari n. Vagus, cabang dari n.
• Glossofaring dan serabut simpatis. Dari pleksus faring keluar cabangcabang
• untuk otot faring kecuali m. stilofaring yang dipersarafi
• langsung oleh cabang n. Glossofaring.
Fisiologi Proses Menelan
• Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang
• memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi
• dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama
• yang baik dari 6 saraf kranial, 4 saraf servikal dan lebih dari 30 pasang
• otot menelan.
• Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga
• mulut ke lambung. Secara klinis, disfagia ini merupakan perasaan
• tersangkutnya makanan dalam perjalanannya dari mulut ke lambung yang
• dapat disertai rasa nyeri.
• Proses menelan dapat dibagi atas 3 fase yaitu fase oral, fase faring dan fase
• esofagus.
• a. Fase Oral
• Pada fase oral terjadi proses pembentukan bolus makanan yang
• dilaksanakan oleh gigi geligi, bibir, lidah, palatum mole, otot-otot pipi
• dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi
• dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara
• disadari.
• Perpindahan bolus ke faring segera terjadi, setelah otot-otot bibir
• dan pipi berkontraksi meletakkan bolus di atas lidah. Otot instrinsik
• lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian
• anterior ke posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum
• sehingga bolus terdorong ke faring. Bolus menyentuh bagian arkus
• faring anterior, uvula dan dinding posterior faring sehingga
• menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat
• kontraksi m.palatofaring (n IX, n X dan n XI).
• Pada fase oral ini bekerja saraf kranial n.V2 dan n.V3 sebagai
• serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai
• serabut efferen.
b. Fase Faring
• Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring

• anterior (arkus palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada

• fase faring ini terjadi (1) m.tensor veli palatini (n.V) dan m.levator

• veli palatini (n.IX, n.X, n.XI) berkontraksi menyebabkan palatum

• mole terangkat, uvula tertarik ke atas dan ke posterior sehingga

• menutup daerah nasofaring, (2) m genioglosus (n.XII, servikal 1), m

• ariepiglotika (n.IX, n.X), m.kriko aritenoid lateralis (n.IX, n.X)

• berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup

• (3) laring dan tulang hioid terangkat ke atas ke arah dasar lidah

• karena kontraksi m.stilohioid (n.VII), m.geniohioid (n.XII dan

• n.servikal 1) dan m tirohioid (n.XII dan n.servikal 1), (4) kontraksi

• m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m.konstriktor faring

• intermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m. konstriktor faring inferior (n.X,

• n.XI) menyebabkan faring tertekan ke bawah yang diikuti oleh

• relaksasi m. kriko faring (n.X), (5) pergerakan laring ke atas dan ke

• depan, relaksasi introitus esofagus dan dorongan otot-otot faring ke

• inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke

• dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung dalam 1 detik

• untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

• Pada fase faring ini bekerja saraf kranial n.V2, n.V3 dan n.X

• sebagai serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII

• sebagai serabut efferen.


• Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase
• faring, meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan
• memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas.
• Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu
• pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan
• laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktu
• pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.
• Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm / detik.3
• Mc.Connel8,9 dalam penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa
• yang bekerja, yaitu oropharyngeal propulsion pomp (OPP) dan
• hypopharyngal suction pomp (HSP).4 OPP adalah tekanan yang
• ditimbulkan tenaga lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke
• orofaring yang disertai oleh tenaga kontraksi m.konstriktor faring.
• HSP adalah tekanan negatif akibat terangkatnya laring ke atas
• menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap ke arah
• sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk
• oleh m.konstriktor faring inferior, m.kriko faring dan serabut otot
• longitudinal esofagus bagian superior

Anda mungkin juga menyukai