Caecum
Vaskularisasi
Arteriae caecalis anterior dan arteriae caecalis posterior membentuk a.ileocolica, sebuah cabang
arteria mesentrica superior.Vena mengikuti arteriae yang sesuai dan mengalirkan darahnya ke vena
mesentrica superior.
Aliran Limfe dan Persarafan
Berjalan melalui beberapa nodi mesentrici dan akhirnya mencapai nodi mesentrici superiores.
Persarafan : berasal dari cabang-cabang saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) membentuk
plexus mesentricus superior.
Appendix Versimformis
Berupa pipa buntu yang berbentuk seperti cacing dan berhubungan dg caecum di sebelah kaudal
peralihan ileosekal.Mempunyai otot dan mengandung jaringan limfoid yang banyak.Panjang
bervariasi 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya melekat pada permukaan posteromedial caecum,sekitar 1
inci (2,5 cm) di bwh juncturan ileocaecalis. Bagian appendix lainnya bebas,diliputi oleh
peritoneum, yang melekat pada Lapisan bawah mesentrium intestinum tenue melalui
mesentriumnya sendiri yg pendek, messoappendix. Messoapendix berisi arteria, vena
appendicularis dan saraf-saraf.
Appendix versiformis terletak di regio iliaca dextra, dan pangkal diproyeksikan ke dinding anterior
abdomen pada titik sepertiga bawah garis yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan
umbilikus (titik McBurney).
Perdarahan
Arteria appendicularis merupakan cabang arteria caecalis posterior. Arteri ini berjalan menuju
ujung appendix vermifomis di dalam messoappendix.Vena appendicularis mengalirkan darahnya ke
vena caecalis posterior.
Aliran Limfe dan Persarafan
Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke satu atau dua nodi yang terletak di dalam
messoappendix dan dari sini dialirkan ke nodi mesenterici superiores.
Persarafan : berasal dari cabang simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari plexus mesentricus
superior.
Colon Ascendens
Melintas dari caecum ke arah kranial pada sisi kanan cavitas abdominalis ke hepar, dan membelok
kiri sebagai flexura coli dextra.Colon ascendens terletak retroperitoneal sepanjang sisi kanan
dinding abdomen dorsal, tetapi di sebelah ventral dan pada sisi-sisinya tertutup oleh
peritoneum.Peritoneum sebelah kanan dan sebelah kiri colon ascendens membentuk fossa
paracolica.Colon ascendens biasanya terpisah dari dinding abdomen ventral oleh liku-liku
intestinum tenue dan omentum majus.
Vaskularisasi
Arteri ileocolica dan arteria colica dextra, cabang arteri mesentrica superior.Vena ileocolica dan
vena colica dextra anak cabang dari mesentrica superior mengalirkan balik darah dari colon
ascendens.
Pembuluh Limfe dan Persarafan
Pembuluh limfe melintasi ke nodi lymphoidei paracolici dan nodi lymphoidei epicolici nodi
lymphoidei mesenterici superiores.
Persarafan berasal dari plexus mesentricus superior.
Colon Transversum
Bagian intestinum paling besar dan mobil.Bagian intestinum ini melewati abdomen dari flexura
colli dextra ke flexura colli sinistra dan disini membelok ke arah kaudal menjadi colon
descendens.Flexura colli sinistra terletak pada bagian kaudal ren sinistra dan dihubungkan
diafragma oleh ligamentum phrenicocolicum.Mesocolon transversum adalah mesentrium colon
tranversum mobil.Radix mesentrii ini terletak sepanjang tepi kaudal pancreas dan sinambung
dengan peritoneum parietale di sebelah dorsal. Krna mesentrium ini demiian mobil,letak colon
dapat berubah-ubah, dan biasanya colon menggantung ke bawah hingga setinggi anulus umbilikalis.
Bisa juga mencapai pelvis.
Vaskularisasi
Arteri Colon transversum terutama melalui arteria colica media, cabang arteri mesentric superior
tetapi memperoleh darah juga dari a.colica dextra dan sinistra.
Penyaluran balik darah dr colon transversum terjadi melalui vena mesentrica superior.
Aliran Limfe dan Persarafan
Limfe dari colon tranversum disalurkan ke nodi lymphoidei colicii medii yang ditampung oleh nodi
lymphodei mesentrici superiores.
Saraf berasal dari plexus mesentricus superior dan mengikuti a.colica dextra.Yang mengikuti
a.colica sinistra plexus mesentricus inferior.
Colon Descendens
Melintas retroperitoneal dari flexura colli sinistra ke fossa iliaca sinistra dan disini beralioh menjadi
sigmoideum. Peritoneum menutupi di sebelah ventral dan lateral dan menetapkannya pada dinding
abdomen dorsal.
Vaskularisasi
Diperdarahi oleh a.colica sinistra dan a.sigmodae yang merupakan cabang a.mesentrica
inferior.Vena mengikuti arteri yang sesuai dan bermuara ke vena mesentrica inferior.
Persarafan dan Aliran Limfe
Cairan limf dialirkan ke nodi lymphoidei colici dan nodi mesentrici inferiores yang terletak di
pangkal a.mesentrica inferior.
Persarafan saraf simpatis dan parasimpatis nervi sphlancini pelvici melalui plexus mesentricus
inferior.
Colon Sigmoid
Jerat usus berbentuk S .Menghubungkan colon descendens dengan rektum.Meluas dari tepi pelvis
sampai segmen sacrum ketiga, untuk beralih menjadi rectum.Berakhirnya taenia coli menunjukkan
permulaan rektum.Colon sigmoid memiliki mesentrium yang panjang dan dikenal sebagai
mesocolon sigmoideum.Karena itu colon sigmoid cukup mobil.
Diperdarahi oleh Arteriae sigmoidae cabang arteri mesentrica inferior.Vena mesentrica inferior
membawa darah balik dari colon sigmoid dan descendens.
Pembuluh limfe ke nodi lymohoideii colici medii nodi mesentrici superior
Persarafan simpati berasal dari truncus symphateticus bagian lumbal dan plexus hypogastricus
superior sepanjang cabang a.mesentrica inferior. Saraf parasimpatis berasal darinervi splanchini
pelvici.
Rectum
Bagian akhir intestinum crassum yang terfiksasi.Ke arah kaudal beralih menjadi canalis analis.
Panjang kira-kira 12 cm – 15 cm denganpenampangnya dalam keadaan kosong 2.5 cm. Rectum
mempunyai kemampuan untuk dilatasisampai sebesar 7.5 cm.
Canalis Analis
Canalis analis adalah bagian akhir dari intestinum crassum panjangnya 2.5 cm sampai 4 cm. mulai
dari flexura parinealis recti.Biasanya canalis analis dalam keadaan tertutup dan baru terbuka pada
waktu defekasi (buang air besar).
Histologi Lower Gasrtointestinal Tract
Duodenum
Ileum
Tunika mukosa : di lamina propria terdapat kelompokan nodulus limfatikus yang membntuk
bangunan khusus disebut bercak peyer. Kelompok nodulus limfatikus ini sering terlihat meluas ke
dalam submukosa sehingga sering menjadikan tunika muskularis mukosa terpenggal-penggal.
Tunika submukosa : terdiri atas jar.ikat jarang dengan plexus meissner di dalamnya. Disini tidak
terdapat kelenjar.Plika sirkular kerekringi tampak lebih pendek dibandingkan yang terdapat pada
duodenum maupun yeyenum.
Tunika muskularis : struktur sama dengan duodenum dan yeyenum
Tunika serosa : terdiri dari jar.ikat jarang.
Appendix Vermiforfis
Tunika Mukosa : epitel selapis silindris,tidak mempunyai vilus yang ada hanya kel.lieberkuhn saja.
Di lamina propria banyak nodulus limfatikus, memenuhi sekeliling dindingnya.Tunika muskularis
mukosa dapat ditemukan juga.
Tunika submukosa : jar. Ikat jarang tanpa kel.Dan banyak terdapat serbukan limfosit yang berasal
dari lamina propria.
Colon
Tunika Mukosa : epitel selapi silindris, tidak memiliki vilus. Dan terdapat banyak nodululs limfatik
di dalam lamina propria. Membenruk sederetan lip.memanjang (kolumna rektalis morgagni)
Tunika submukosa : terdiri atas jar.ikat jarang ditemukan juga plexus meissner.
Tunika muscularis : melingkar susunan seperti biasa, longitudinal tidak mempunyai ketebalan yang
sama seputar lingkar dindingnya.
Rektum-Anus
Tunika mukosa : perubahan jenis epitel dari epitel selapis silindris dengan sel goblet menjadi epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Kelompokkan nodulus limfatikus didapatkan pada lapisan
ini.Kriptus tidak terlihat lagi di anus.
Tunika muskularis Mukosa : tidak ditemukan pada daerah anus, lamina propria digantikan oleh
dermis dan ditemukan kelenjar apokrin yang disebut kelenjar sirkumanal.
Tunika submukosa : berupa jaringan ikat jarang lamina propria pada tempat pertemuannya dengan
anus dan akhirnya digantikan oleh dermis dan hipodermis.
Tunika Muskularis : melingkar pada daerah rektum menebal membentuk otot lingkar yaitu
M.Sfingter ani internum.
Tunika Adventisia : jaringan ikat jarang
FISIOLOGI SALURAN PENCERNAAN PADA BAYI
Motilitas usus halus hanya sedikit berkembang sebelum umur kehamilan 28 minggu.
Kontraksi gastrik yang belum teratur pertamakali ditemukan pada awal minggu ke 26
kehamilan.
Motilitas gastrointestinal mulai dapat diukur pada usia kehamilan 28 sampai 30 minggu
walaupun belum mendapatkan diet enteral. Usus halus menunjukkan pola motilitas yang tidak
teratur antara umur kehamilan 27 dan 30 minggu, dan menjadi pola yang lebih matang pada
kehamilan 33 sampai 34 minggu dimanaterdapat kompleks migrasi mioelektrik. Transit
gastroanal berkisar 8 sampai 96 jam pada bayi preterm sedangkan pada orang dewasa 4 sampai
12 jam.
Peningkatan koordinasi dan kekuatan kontraksi gaster dan usus halus mulai didapatkan pada
usia kehamilan 30 minggu. Pada usia kehamilan 36 minggu pola motilitas saluran cerna janin
mulai menyerupai pola motilitas usus bayi yang telah cukup bulan, saat ini gerakan
menghisap dan menelan telah teratur, janin menelan cairan amnion kira-kira 450 mL/hari pada
trimester ketiga.
Motilitas organ saluran cerna diatur oleh input dari miogenik, neural dan neuroendokrin
baik saat puasa atau saat digesti. Berikut berapa faktor yang mempengaruhi motilitas saluran
cerna antara lain aktivitas listrik otot polos gastrointestinal dan ion Kalsium, kalium dan
kontraksi otot, system syaraf dan neurotransmitter dan hormon yang disekresi oleh neuron-
neuron enterik yang berpengaruh terhadap motilitas gastrointestinal.
Rasio kalium intra dan ekstraseluler merupakan faktor penentu potensial listrik di sel
membran. hal ini berperan dalam bangkitan potensial jaringan saraf dan otot. Pada keadaan
hipokalemi dapat terjadi keadaan eksitabilitas neuromuskuler (hiporefleksia atau paralysis,
penurunan peristaltik atau ileus).
Traktus gastrointestinal memiliki system persarafan yang disebut system saraf
enteric,seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari esophagus mamanjang sampai ke anus.
Sistem ini terutama mengatur pergerakan dan sekresi gastrointestinal.
Neurotransmiter dan hormon yang berperan pada motilitas saluran cerna.
Terdapat beberapa zat yang berperan sebagai neurotransmitter berbeda yang dilepaskan
oleh ujung-ujung saraf dari neuron enterik. Beberapa neurotrassmiter yang sering kita kenal
adalah asetilkolin, norepineprin sedangkan yang lain adalah adenosis trifosfat, serotonin,
dopamin, Kolesistokinin, substansi P, vasoactive intestinal polypeptide, somatostatin, leu-
enkephalin, metenkephalin, dan bombesin. Fungsi spesifik dari neurotransmitter ini kurang
dikenal, sehingga pembahasannya terbatas.
Hormon tiroid berpengaruh terhadap motilitas saluran gastrointestinal, pada keadaan
hipotiroid terjadi penurunan aktivitas listrik dan motorik dari esophagus, lambung , usus
halus dan usus besar, sehingga pada keadaan hipotiroid dapat terjadi keadaan konstipasi.
Sedangkan pada keadaan hipertiroid akan terjadi keadaan sebaliknya yaitu diare.
Hormon motilin adalah suatu suatu hormon polipeptida yang disekresi oleh sel
enterokromatin usus, terbukti dapat membantu meningkatkan motilitas usus sehingga
meningkatkan pula frekuensi defekasi. Motilin pada orang dewasa,diproduksi oleh sel
endokrin yang berada di atas usus halus. Hormon ini berperan pada pemendekan waktu
transit di usus halus . Kadar motilin plasma akan meningkat setelah mendapatkan diet secara
enteral pada bayi kurang bulan.Tingginya kadar motilin dalam darah saat masa neonatus
berhubungan dengan, efisiensi dari fungsi motorik saluran cerna.
Absorbsi air di usus halus disebabkan karena derajad osmolaritas yang terjadi apabila bahan
terlarut (khususnya natrium) diabsorbsi secara aktif dari lumen usus oleh sel epitel vili. Ada
beberapa mekanisme penyerapan Na di usus halus :
Natrium( Na+) terkait dengan penyerapan ion klorida atau diabsorbsi langsung sebagai ion
Na+ atau ditukar dengan ion hydrogen atau terkait dengan absorbsi bahan organik seperti
glukosa aatu asam amino tertentu untuk dapat masuk sel epitel. Penambahan glukosa ke
larutan elektrolit dapat meningkatkan penyerapan Natrium di usus halus sebanyak tiga kali.
Setelah disbsorbsi, natrium dikeluarkan dari sel epitel melalui pompa ion yang disebut sebagai Na+
K+ATPase. Pengeluaran Na+ ke cairan ekatraseluler ini meningkatkan osmolaritasnya dan
menyebabkan air dan elektrolit lainnya mengalir secara pasip dari lumen usus halus melalui
saluran interseluler ke dalam cairan ekstraseluler. Proses ini menjaga keseimbangan osmotik
antara cairan intraluminer usus dan cairan ekstraseluler.
Fisiologi Defekasi
Proses defekasi diawali dengan adanya mass movementdari usus besar desenden yang
mendorong tinja ke dalam rektum. Mass movementtimbul +/- 15 menit setelah makan dan
hanya terjadi beberapa kali dalam sehari. Adanya tinja dalam tinja dalam rektum menyebabkan
peregangan rektum dan pendorongan tinja kearah sfinkter ani.
Reflek Defekasi
Reflek defekasi timbul saat tinja memasuki rektum , maka peregangan rektum selanjutnya
menimbulkan rangsangan sensoris pada dinding usus dan pelvis, sehingga menimbulkan
gelombang peristaltik pada usus besar desenden, sigmoid dan rektum, mendorong tinja
kearah anus. Distensi rektum menimbulkan impuls pada serat-serat sensoris asendens yang
selanjutnya dibawa ke kortek yang menimbulkan kesadaran tentang adanya distensi.
Sementara itu terjadi kontraksi sementara otot lurik sfingter ani eksternus, puborectal sling(
bagian dari muskulus levator ani). Dengan demikian terjadilah reflek yang disebut reflek inflasi.
Pengantaran impuls saraf ke arah distal melalui pleksus mienterikus pada bagian kaudal
dinding rektum akan menyebabkan reflek inhibisi otot polos muskulus sfingter ani internus.
Peristiwa ini disebut reflek relaksasi rektosfingter.
Relaksasi sfingter ani internus ini terjadi secara proposional terhadap volume dan
kecepatan distensi rektum. Keadaan ini diikuti oleh penghambatan spingter ani eksternus,
yang melibatkan jalur refleks dan fasilitasi kortikal. Reflek puborektalis akan
mengakibatkanmelebarnya sudut anorektal ( normal 60 – 105o menjadi 140o) menyebabkan
jalur anus tidak terhalangi. Peningkatan tekanan abdomen dihubungkan dengan peristaltik
pada dinding abdomen, menyebabkan keluarnya tinja sehingga terjadi pengosongan rektum.
Setelah tinja keluar, maka segera terjadi terjadi reflek penutupan, aktivitas ini terjadi
sangat cepat yaitu kembalinya otot dasar panggul, sudut anorektal dan tonus spingter ke posisi
semula.
Pola Defekasi
Pola defekasi pada anak sangat bervariasi dan sangat bergantung pada fungsi organ, susunan saraf,
jenis diet , serta usia anak. Pada fungsi organ dan sistim saraf yang normal, maka pola makan
sangat berperan.