Anda di halaman 1dari 73

Bab 4.

PELAYANAN DAN ASUHAN


PASIEN

Tujuh Fokus Area :


1. Pemberian pelayanan untuk semua pasien
2. Rencana pelayanan
3. Pelayanan pasien risiko tinggi dan penyediaan
pelayanan risiko tinggi
4. Penyediaan makanan
5. Terapi gizi terintegrasi
6. Pengelolaan rasa nyeri
7. Pelayanan pada tahap terminal
22 STANDAR , 81 ELEMEN PENILAIAN
BAB 5. PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN
(PAP)

No Standar Elemen  11 PAP.3.4 3


    Penilaian 12 PAP.3.5 3
1 PAP.1 2 13 PAP.3.6 3
2 PAP.2 4 14 PAP.3.7 3
3 PAP.2.1 5 15 PAP.3.8 4
4 PAP.2.2 4 16 PAP.3.9 3
5 PAP.2.3 4 18 PAP.4 7
6 PAP.2.4 2 19 PAP.5 4
7 PAP.3 4 20 PAP.6 5
8 PAP.3.1 4 21 PAP.7. 5
9 PAP.3.2 3 22 PAP .7.1 6
10 PAP.3.3 3 22 Std 81 EP

2
BAB 5. PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN (PAP)
No Standar Elemen 
    Penilaian
PEMBERIAN PELAYANAN UNTUK SEMUA PASIEN
1 PAP.1 2
2 PAP.2 4
3 PAP.2.1 5
4 PAP.2.2 4
5 PAP.2.3 4
6 PAP.2.4 2
PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DAN PENYEDIAAN
PELAYANAN RISIKO TINGGI
7 PAP.3 4
DETEKSI (MENGENALI) PERUBAHAN KONDISI PASIEN
8 PAP.3.1 4
PELAYANAN RESUSITASI
9 PAP.3.2 3
3
PELAYANAN DARAH
10 PAP.3.3 3
PELAYANAN PASIEN KOMA DAN YANG MENGGUNAKAN
VENTILATOR
11 PAP.3.4 3
PELAYANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR DAN MEREKA
YANG DAYA TAHANNYA DITURUNKAN ( IMMUNO-SUPPRESSED)
12 PAP.3.5 3
PELAYANAN PASIEN DIALISIS
13 PAP.3.6 3
PELAYANAN PASIEN RESTRAIN
14 PAP.3.7 3
PELAYANAN PASIEN POPULASI KHUSUS
15 PAP.3.8 4

4
PELAYANAN PASIEN KEMOTERAPI DAN TERAPI LAIN YANG
BERISIKO TINGGI
17 PAP.3.9 3
PENYEDIAAN MAKANAN
18 PAP.4 7
TERAPI GIZI TERINTEGRASI
19 PAP.5 4
PENGELOLAAN NYERI
20 PAP.6 5
PELAYANAN DALAM TAHAP TERMINAL
21 PAP.7. 5
22 PAP.7.1. 6
22 Std   81 EP

(Yang lama : Bab PP 22 std dan 74 EP) 5


GAMBARAN UMUM
Tangg-jawab yg terpenting dari RS dan staf adalah memberikan
asuhan dan pelayanan pasien yg efektif dan aman. Hal ini membutuhkan
komunikasi yg efektif, kolaborasi dan standardisasi proses utk memastikan
bhw rencana, koordinasi, dan implementasi asuhan mendukung dan
merespons setiap kebutuhan unik pasien dan target.
Asuhan tsb dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau
rehabilitatif, termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi
suportif, atau kombinasinya, yg berdasarkan asesmen dan asesmen ulang
pasien.
Area asuhan risiko tinggi (termasuk resusitasi, transfusi, transplantasi
organ/jaringan) dan asuhan utk risiko tinggi atau kebutuhan populasi
khusus yg membutuhkan perhatian tambahan.
Asuhan pasien dilakukan oleh PPA dgn banyak disiplin dan staf klinis
lain. Semua staf yg terlibat dlm asuhan pasien harus memiliki peran yg
jelas, ditentukan oleh kompetensi dan kewenangan, kredensial, sertifikasi,
hukum dan regulasi, ketrampilan individu, pengetahuan, pengalaman, dan
kebijakan RS atau uraian tugas wewenang (UTW).
Bbrp asuhan dapat dilakukan oleh pasien / keluarganya atau pemberi
asuhan terlatih (care giver).
Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan
diintegrasikan oleh semua Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dapat dibantu
staf klinis lainnya.
Asuhan pasien terintegrasi dilaksanakan dgn elemen-elemen a.l.:
 DPJP sebagai pimpinan klinis / ketua tim PPA (Clinical Team Leader)
 PPA bekerja sbg tim interdisiplin dgn kolaborasi interprofesional,
menggunakan Alur Klinis terintegrasi / Integrated Clinical Pathway,
Perencanaan Pemulangan Pasien terintegrasi / Integrated Discharge
Planning
 Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager yg menjaga kesinambungan
pelayanan
 Keterlibatan dan pemberdayaan pasien & keluarga dlm asuhan bersama
PPA harus memastikan:
 asuhan direncanakan utk memenuhi kebutuhan pasien yg unik,
berdasarkan asesmen
 rencana asuhan diberikan kpd tiap pasien
 respons pasien terhadap asuhan dimonitor
 rencana asuhan dimodifikasi bila perlu, berdasarkan respons pasien.
 PEMBERIAN PELAYANAN UNTUK SEMUA PASIEN

➢Standar PAP.1.
RS menetapkan regulasi untuk pemberian asuhan 
yang seragam kepada pasien

➢Elemen Penilaian PAP.1.
1. RS menetapkan regulasi bagi pimpinan unit 
pelayanan utk bekerja sama memberikan proses 
asuhan seragam dan mengacu pd peraturan 
perUUan yg berlaku (R)
2. Asuhan seragam diberikan sesuai persyaratan 
sesuai a) sampai dengan e) di maksud dan tujuan 
PAP.1. (D,W)
➢ Maksud dan Tujuan PAP.1.
Pasien dgn masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yg
sama berhak mendapat kualitas asuhan yg sama di RS. Utk
melaksanakan prinsip kualitas asuhan yg setingkat
mengharuskan pimpinan merencanakan dan mengkoordinasi
pelayanan pasien. Secara khusus, pelayanan yg diberikan
kpd populasi pasien yg sama pada berbagai unit kerja,
dipandu oleh regulasi yg menghasilkan pelayanan yg
seragam. Sbg tambahan, pimpinan harus menjamin bhw RS
menyediakan tingkat kualitas asuhan yg sama setiap hari dlm
seminggu dan pd setiap shift. Regulasi tsb harus sesuai dgn
peraturan perUUan yg berlaku yg membentuk proses
pelayanan pasien dan dikembangkan secara kolaboratif.
(Maksud dan Tujuan PAP.1.)
Asuhan pasien yg seragam terefleksi sbb:
a) Akses utk asuhan dan pengobatan, yg memadai, yg diberikan oleh
PPA yg kompeten tdk tergantung harinya setiap minggu atau waktunya
setiap hari (“3-24-7”).
b) Penggunaan alokasi sumber daya yg sama, a.l. staf klinis dan
pemeriksaan diagnostik, utk memenuhi kebutuhan pasien pada
populasi yg sama.
c) Pemberian asuhan yg diberikan kpd pasien, contoh pelayanan
anestesi, sama di semua unit pelayanan di RS.
d) Pasien dgn kebutuhan asuhan keperawatan yg sama menerima asuhan
keperawatan yg setara diseluruh RS
e) Penerapan dan penggunaan regulasi dan form dlm bidang klinis a.l.:
metode asesmen IAR (Informasi, Analisis, Rencana), form asesmen
awal-asesmen ulang, PPK, Alur Klinis terintegrasi, Pedoman
Manajemen Nyeri, regulasi utk berbagai tindakan seperti a.l. Water
Sealed Drainage, pemberian transfusi darah, biopsi ginjal, punksi
lumbal dsb.
Asuhan pasien yg seragam menghasilkan penggunaan sumber daya secara
efisien dan memungkinkan membuat evaluasi hasil asuhan (outcome) utk
asuhan yg sama di seluruh RS.
Standar Proses Teknis: Deskripsi dan kegunaannya

Clinical
Practice
Guidelines
Clinical
Pathways

Algorithm
a
Procedure
s

Protocol
s

Standing
Orders

SI-27082013 J Ashton,
➢Standar PAP.2.
Ditetapkan proses utk melakukan integrasi dan 
koordinasi pelayanan dan asuhan kpd setiap pasien.

➢Elemen Penilaian PAP.2.
1. Ada regulasi yg mengatur pelayanan dan asuhan 
terintegrasi di dan antar berbagai unit pelayanan (R)
2. Rencana asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan 
di dan antar berbagai unit pelayanan (lihat juga ARK.2, 
EP 3) (D,O,W)
3. Pemberian asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan 
di dan antar berbagai  unit pelayanan  (D,O,W)
4. Hasil atau simpulan rapat dari tim PPA atau diskusi 
lain ttg kerjasama didokumentasikan dalam CPPT. 
(D,W)
➢Maksud dan Tujuan PAP.2.
Proses pelayanan dan asuhan pasien bersifat dinamis dan
melibatkan banyak PPA dan dapat melibatkan berbagai unit
pelayanan. Integrasi dan koordinasi kegiatan pelayanan dan asuhan
pasien merupakan sasaran yg menghasilkan efisiensi, penggunaan
SDM dan sumber lainnya efektif, dan hasil asuhan pasien yg lebih
baik. Kepala unit pelayanan menggunakan alat dan teknik utk
melakukan integrasi dan koordinasi pelayanan dan asuhan lebih
baik. (Contoh, asuhan secara tim oleh PPA, ronde pasien multi
disiplin, form catatan perkembangan pasien terintegrasi, manajer 
pelayanan  pasien  /case manager) (lihat juga AP.4, Maksud dan
Tujuan).
Pelayanan  berfokus  pd  pasien  (PCC) diterapkan dalam bentuk
Asuhan Pasien Terintegrasi yg bersifat integrasi horizontal dan
vertikal. Pada integrasi horizontal kontribusi profesi masing2 PPA
adalah sama pentingnya / sederajat. Pada integrasi vertikal
pelayanan berjenjang oleh/melalui berbagai unit pelayanan ketingkat
pelayanan yg berbeda, disini peran MPP penting utk integrasi tsb,
dengan komunikasi yg intensif/ memadai dengan PPA.
(Maksud dan Tujuan PAP.2.)
Pelaksanaan Asuhan Pasien Terintegrasi pusatnya adalah pasien,
mencakup elemen a.l. sbb:
 Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga.(lihat PAP
4, PAP 2, PAP 5)
 DPJP sbg Ketua tim PPA (Clinical Team Leader).
 PPA bekerja sbg tim interdisiplin dgn kolaborasi interprofesional,
memakai a.l. dgn Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan
PPA lainnya, disertai Alur Klinis terintegrasi/ Clinical Pathway,
Catatan Perkembangan Pasien Terintgrasi/CPPT
 Perencanaan Pemulangan Pasien / Discharge Planning
terintegrasi
 Asuhan Gizi Terintegrasi (lihat PAP 5)
 Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager
Pendokumentasian di rekam medis merupakan alat utk memfasilitasi
dan menggambarkan integrasi dan koordinasi asuhan. Secara khusus,
setiap PPA mencatat observasi dan pengobatan di rekam medis pasien.
Dmk juga, setiap hasil atau kesimpulan dari rapat tim atau diskusi
pasien dicatat dlm CPPT (lihat juga PAP.5, EP 2).
Konsep
Person Centred Care
(Std HPK)

Konsep Inti Asuhan


Core Concept Terintegrasi

 Integrasi Intra-Inter PPA


 Perspektif Pasien (AP 4, MKE 5)
 Perspektif PPA  Integrasi Inter Unit
(PP 2, ARK 3.1, MKE 5)
• Conway,J et al: Partnering with Patients and Families To Design
a Patient- and Family-Centered Health Care System, A Roadmap
 Integrasi PPA-Pasien
for the Future. Institute for Patient- and Family-Centered Care, (HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
2006
• Standar Akreditasi RS v.2012, KARS
 Horizontal & Vertical Integration
Asuhan Terintegrasi
 Integrasi Intra-Inter PPA
(AP 4, MKE 5)
 Integrasi Inter Unit
(PP 2, ARK 3.1, MKE 5)
 Integrasi PPA-Pasien
(HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
 Horizontal & Vertical Integration

1. DPJP sbg Clinical Leader


2. PPA sbg Tim, Kolaborasi Interprofesional
3. Keterlibatan & Pemberdayaan Pasien-Keluarga
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
5. Kolaborasi Pendidikan Pasien
6. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager
7. Integrated Clinical Pathway
8. Integrated Discharge Planning
Edisi II (Revisi)
Edisi ke II Febr 2017
Juli 2016 72 hal
CASE MANAGER / MANAJER PELAYANAN PASIEN

DPJP
Perawat Apoteker
Clinical Leader :
• Kerangka pokok Fisio Ahli
asuhan terapis Pasien, Gizi
• Koordinasi Keluarga
• Kolaborasi
• Sintesis Radio
• Interpretasi
Analis
grafer
• Review
• Integrasi asuhan Lainnya

Yan Kes
/ RS Lain
Case
Yan Manager
Keuangan/
Billing Asuransi Dokter
Perusahaan/ Keluarga
Employer BPJS
• Pembayar
• Perusahaan
• Asuransi

Case
Manager
MPP
(Laison “Jembatan”)
• RS
Pasien • PPA
Keluarga • Rohaniwan
• Unit2
• Keuangan
Case Management Concept
• Penerapan PCC >
• Kolaborasi PPA >
Pembayar • Kendali mutu asuhan
• Kendali biaya asuhan
PPA • Kendali safety asuhan

• Asuhan sesuai kebutuhan


pasien
Sistem • Kesinambungan
Pendukung
Keluarga,Teman, Pasien pelayanan
• Pasien memahami
Tetangga dsb asuhan
• QOL
• Kepuasan pasien
• Kemampuan pasien
mengambil keputusan >
MPP/ Case Mgr • Keterlibatan &
pemberdayaan >
• Kepatuhan >
• Kemandirian pasien
• Optimalisasi sistem
pendukung pasien
➢ Standar PAP.2.1.
Rencana asuhan individual setiap pasien dibuat dan 
didokumentasikan  
Asesmen : IAR
➢ Elemen Penilaian PAP. 2.1.
1. Ada regulasi ttg asuhan utk setiap pasien direncanakan oleh 
dokter  penanggung  jawab  pelayanan  (DPJP),  perawat  dan 
PPA lainnya dlm  waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat 
inap. (R)
2. Rencana  asuhan  dibuat  utk  setiap  pasien  dan  dicatat  oleh 
PPA yg memberikan asuhan di rekam medis pasien (D,W)
3. Rencana  asuhan  pasien  terintegrasi,  dibuat  dgn  sasaran 
berdasarkan  data  asesmen  awal  dan  kebutuhan  pasien. 
(D,W)
4. Rencana  asuhan  dievaluasi  secara  berkala  sesuai  kondisi 
pasien,  dimutakhirkan  atau  direvisi  oleh  tim  PPA  berdasar 
asesmen ulang (D,W)
5. Perkembangan  tiap  pasien  dievaluasi  berkala  dan  dibuat 
notasi  pada  CPPT  oleh  DPJP  sesuai  kebutuhan  dan 
diverifikasi harian oleh DPJP (D,W)
➢ Maksud dan Tujuan PAP.2.1.
Rencana asuhan menjelaskan asuhan dan pengobatan/tindakan
yg diberikan kpd seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu
paket tindakan yg dilakukan oleh PPA utk memecahkan atau
mendukung diagnosis yg ditegakkan melalui asesmen. Tujuan utama
dari rencana asuhan adalah untuk memperoleh hasil klinis yg
optimal.
Proses perencanaan bersifat kolaboratif menggunakan data
berasal dari asesmen awal dan asesmen ulang yg dilakukan oleh
dokter dan PPA lainnya (perawat, ahli gizi, apoteker dsb) utk
mengetahui dan menetapkan prioritas tindakan, prosedur, dan
asuhan PPA lainnya utk memenuhi kebutuhan pasien.
Pasien dan keluarga dilibatkan dlm proses perencanaan.
Rencana asuhan diselesaikan dlm waktu 24 jam terhitung saat
diterima sbg pasien ranap. Berdasar hasil assesmen ulang, rencana
asuhan diperbaharui atau disempurnakan utk dapat menggambarkan
kondisi pasien terkini. Rencana asuhan didokumentasikan di rekam
medik pasien.
(Maksud dan Tujuan PAP.2.1.)
Rencana asuhan pasien harus terkait dgn kebutuhan pasien.
Kebutuhan ini mungkin berubah sbg hasil dari proses
penyembuhan klinis atau ada informasi baru hasil asesmen
ulang (contoh, hilangnya kesadaran, hasil lab yg abnormal),
lihat PAP.8.7, PAP.9.
Rencana asuhan direvisi berdasar perubahan2 ini dan
didokumentasikan di rekam medis pasien sbg catatan dari
rencana semula, atau ini dapat menghasilkan rencana asuhan
baru.
Salah satu cara utk membuat rencana asuhan adalah
mengetahui dan menetapkan sasaran2. Sasaran  terukur dapat
dipilih oleh DPJP dan bekerja sama dgn perawat dan PPA lainnya.
Sasaran terukur dapat diamati, dapat dicapai terkait asuhan
pasien dan dari hasil klinis yg diharapkan. Sasaran ini harus
realistik, spesifik pada pasien, dan harus terkait waktu utk
mengukur kemajuan dan hasil terkait rencana asuhan. Contoh
dari sasaran realistik dan terukur sbb:
(Maksud dan Tujuan PAP.2.1.)
 Kondisi pasien kembali dgn fungsi (out put) jantung stabil melalui
detak jantung, irama jantung, tekanan darah berada di kisaran
normal
 Pasien dapat menunjukkan mampu memberi sendiri suntikan
insulin sebelum pasien pulang keluar dari RS
 Pasien mampu berjalan dengan “walker” (alat bantu untuk
berjalan) menuju ruangan tamu dan kedua kakinya mampu
menanggung beban berat badan

DPJP sbg ketua tim PPA melakukan evaluasi/review berkala dan


verifikasi harian utk menjaga terlaksananya asuhan terintegrasi dan
membuat notasi sesuai kebutuhan.
Catatan: Satu rencana  asuhan  terintegrasi dgn sasaran2 yg
diharapkan oleh PPA, lebih baik dp rencana terpisah oleh masing2
PPA. Rencana asuhan yg baik menjelaskan asuhan individual,
obyektif, sasaran dapat diukur utk memudahkan asesmen ulang dan
revisi rencana asuhan (lihat PPK.4)
DPJP
Gambaran kegiatan Clinical Leader, sbg “motor” integrasi asuhan

1. Secara rutin saat visit pasien tiap pagi DPJP membaca 
CPPT semua info (24 jam), dari semua PPA, terkait 
asesmen, perkembangan pasien, pelaksanaan pelayanan, 
juga dari form lain a.l. “Nurse’s note”, Form gizi, dll.
2. Melakukan review, interpretasi, sintesis dari rencana dan 
POLA KEGIATAN DPJP SEHARI-HARI
pelaksanaannya
Sebagai Clinical Leader
3. Menyusun skala prioritas  (StdReview
CPPT : Kolom AP 4.1.)
& Verifikasi DPJP
4.Memberi catatan /(Std notasi
PAP 2.1.pd
EP 5)CPPT utk a.l.
perhatian, koreksi, arahan, instruksi dsb sebagai
wujud integrasi !!
5.Atau bila asuhan sudah sesuai dgn rencana &
sasaran, cukup memberi paraf (= verifikasi) pada
setiap lembar CPPT, beri paraf pd pojok kanan
bawah tiap lembar CPPT 25
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRAS
Kolaborasi PPA REVIEW &
VERIFIKASI
melalui CPPT DPJP
Instruksi PPA
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN (Tulis Nama,
Termasuk Pasca
Profesional PELAYANAN beri Paraf, Tgl,
Bedah
Tgl, Jam Pemberi Jam)
(Instruksi ditulis
Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. (DPJP harus
dgn rinci dan
Tulis Nama, beri Paraf pada akhir catatan) membaca/merev
jelas)
iew seluruh
Rencana
Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 tiap 30’
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Lapor DPJP DPJ
Clin P
A : Nyeri akut arthritis gout • Kolaborasi ic al Le
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4 pemberian anti Integra ader
Paraf.. inlamasi & Asuh si -
S td PA an
analgesic P 2. 1.
EP 5

2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi *Lapor 2 jam lagi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd skala nyeri
palpasi. *Foto Ro Lutut hari
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra ini bila nyeri
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari. mereda/toleransi
Paraf … cukup

Dst….

Paraf
DPJP
Catatan/Notasi DPJP……+paraf DPJP tiap lembar
➢ Standar PAP.2.2.
Rumah sakit menetapkan regulasi yang mengatur 
metoda memberi instruksi. 

➢ Elemen Penilaian PAP.2.2.
1. RS menetapkan regulasi tata cara pemberian instruksi 
(R)
2. Instruksi  diberikan  hanya  oleh  mereka  yg  kompeten 
dan berwenang (D,W) (lihat KKS 3)
3. Permintaan  utk  pemeriksaan  lab  dan  diagnostik 
imajing  harus disertai indikasi klinik, apabila meminta 
hasilnya berupa interpretasi (D,W)
4. Instruksi didokumentasikan di lokasi tertentu di dlm 
berkas rekam medik pasien (D,W)
➢Maksud dan Tujuan PAP.2.2.
Banyak kegiatan asuhan pasien membutuhkan
seorang PPA yg kompeten dan berwenang utk
menuliskan instruksi yg harus di catat di rekam medik
pasien. Kegiatan ini meliputi, misalnya instruksi utk
pemeriksaan di lab (a.l. termasuk lab Patologi Anatomi),
memesan obat, asuhan keperawatan khusus, terapi
nurtrisi dsb. Instruksi ini harus dapat tersedia dgn
mudah jika instruksi harus dilaksanakan secepat
mungkin. Menempatkan instruksi dilembar umum atau
di tempat tertentu di dalam berkas rekam medik
memudahkan pelaksanaan instruksi.
(Maksud dan Tujuan PAP.2.2.)
Instruksi tertulis membantu staf mengerti kekhususan perintah,
kapan harus dilaksanakan, siapa harus melaksanakannya dan
bersifat delegatif atau mandat. Instruksi tertulis dapat juga
diberikan di form tersendiri atau diberikan dgn sistem elektronik
sesuai regulasi RS.
Setiap RS harus mengatur,
 Jenis instruksi harus tertulis dan dicatat
 Permintaan pemeriksaan semua lab (a.l. termasuk
pemeriksaan lab PA), dan diagnostik imajing tertentu harus
disertai indikasi klinik
 Pengecualian dalam keadaan khusus, seperti a.l. di unit GD,
unit intensif
 Siapa yg diberi kewenangan memberi instruksi, dimana
perintah diletakkan di dlm berkas rekam medik pasien (lihat
juga SKP 2; PKPO 4; PKPO 1; PKPO 4.2; PKPO 4.3; MIRM
1.10 MIRM 11)
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRAS
Kolaborasi PPA REVIEW &
VERIFIKASI
melalui CPPT DPJP
Instruksi PPA
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN (Tulis Nama,
Termasuk Pasca
Profesional PELAYANAN beri Paraf, Tgl,
Bedah
Tgl, Jam Pemberi Jam)
(Instruksi ditulis
Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. (DPJP harus
dgn rinci dan
Tulis Nama, beri Paraf pada akhir catatan) membaca/merev
jelas)
iew seluruh
Rencana
Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 Inst
ru tiap 30’
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m Std PA k•siLapor DPJP Clin
DPJ
P
P 2. 2 ic
A : Nyeri akut arthritis gout • Kolaborasi al Le
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4 pemberian anti Integra ader
Paraf.. inlamasi & Asuh si -
Std PA an
analgesic P 2. 1.
EP 5

2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi *Lapor 2 jam lagi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd skala nyeri
palpasi. *Foto Ro Lutut hari
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra ini bila nyeri
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari. mereda/toleransi
Paraf … cukup

Dst….

Paraf
DPJP
Catatan/Notasi DPJP……+paraf DPJP 30
tiap lembar
1/CATATAN
2 PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI

REVIEW &
VERIFIKASI
DPJP
INSTRUKSI
(Tulis
PPA
HASIL ASESMEN Nama, beri
TERMASUK
PROFESI PENATALAKSANAAN PASIEN Paraf, Tgl,
PASCA
TGL - ONAL Jam)
BEDAH
JAM PEMBERI (Tulis dengan format SOAP/ADIME, (DPJP
(Instruksi
ASUHAN disertai Sasaran. Tulis Nama, beri harus
ditulis dgn
Paraf pada akhir catatan) membaca/
rinci dan
mereview
jelas)
seluruh
Rencana
Asuhan)

2/2/20 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam - Monitori
15 O : skala nyeri VAS : 7 ng nyeri
Jm TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m tiap 30’
8.00 A : Nyeri akut arthritis gout - Lapor
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn DPJP
31
target VAS <4 - Kolabora
2/2 CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam - Monitoring
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 nyeri tiap
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m 30’
A : Nyeri akut arthritis gout - Lapor DPJP
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn - Kolaborasi
target VAS <4 pemberian
Paraf.. anti
inlamasi &
analgesic

2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi *Lapor 2 jam
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, lagi skala nyeri
skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. *Foto Ro Lutut
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra hari ini bila
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X nyeri mereda
0,6 mg/hari. /toleransi cukup
Paraf …

Dst….

32
➢ Standar PAP.2.3.
RS menetapkan regulasi ttg tindakan klinik dan diagnostik 
yg  diminta,  dilaksanakan  dan  diterima  hasilnya  serta  di 
simpan di berkas rekam medis pasien

➢ Elemen Penilaian PAP.2.3.
1. Ada regulasi ttg tindakan klinik dan diagnostik serta 
pencatatannya di rekam medis (R)
2. Staf yg meminta beserta alasan dilakukan tindakan,  
dicatat di rekam medis pasien (D)
3. Hasil dari tindakan dicatat di rekam medis pasien (D)
4. Pada  pasien  rawat  jalan  bila  dilakukan  tindakan 
diagnostik invasif/berisiko harus dilakukan asesmen 
serta pencatatannya dlm rekam medis (D,W)
➢ Maksud dan Tujuan PAP. 2.3.
Contoh tindakan spt ini adalah endoskopi, kateterisasi
jantung, terapi radiasi, CT Scan dll tindakan invasif juga pd
pemeriksaan lab (PK, PA) juga pd radiologi intervensional
dan non invasif. Informasi ttg siapa yg meminta prosedur /
tindakan ini dan alasannya dicatat dan dimasukkan di dlm
berkas rekam medis pasien. Di rawat jalan bila dilakukan
tindakan diagnostik invasif/ berisiko, termasuk pasien yg
dirujuk dari luar, juga harus dilakukan asesmen serta
pencatatannya dalam rekam medis.
➢ Standar PAP.2.4.
Pasien  &  keluarga  diberi  tahu  ttg  hasil  asuhan  dan 
pengobatan termasuk hasil asuhan yg tidak diharapkan.

➢ Elemen Penilaian PAP.2.4.
1. Pasien   dan   keluarga   diberi   informasi   ttg   hasil   
asuhan   dan pengobatan (lihat juga HPK.2.1.1, EP 1). 
(D,W)
2. Pasien   dan   keluarga   diberi   informasi   ttg hasil   
asuhan   dan pengobatan yg tidak diharapkan (lihat 
juga HPK.2.1.1, EP 2). (D,W)
  Maksud dan Tujuan PAP.2.4.
Asuhan dan proses pengobatan merupakan siklus
berkesinambungan dari asesmen dan asesmen ulang,
perencanaan dan pemberian asuhan, dan evaluasi
hasil. Pasien & keluarga diberitahukan ttg hasil dari
proses asesmen, tentang perencanaan asuhan dan
pengobatan dan diikutsertakan dalam pengambilan
keputusan. Langkah asuhan bersifat siklis shg pasien
perlu diberi informasi ttg hasil asuhan, perkembangan
dan pengobatan, termasuk informasi ttg hasil asuhan yg
tidak diharapkan. Pemberian informasi tsb dilakukan
oleh PPA terkait, untuk KTD oleh DPJP.
CONTOH FORMULIR KOMUNIKASI-EDUKASI HARIAN
Nama pasien No MR
Ruangan

Tgl Uraian Penjelasan/ Pemberi Pasien/Keluarga


jam Isi Komunikasi Penjelasan

Nama Paraf Nama Paraf

KARS, Nico A. Lumenta 37


(38 hal)
 PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DAN PENYEDIAAN 
PELAYANAN RISIKO TINGGI
➢ Standar PAP.3.
RS menetapkan regulasi bhw asuhan pasien risiko tinggi 
dan pemberian pelayanan risiko tinggi diberikan berdasar 
panduan praktek klinis, dan peraturan perUUan

➢ Elemen Penilaian PAP.3
1. Ada  regulasi  ttg  proses  identifikasi  pasien  risiko  tinggi  dan 
pelayanan  risiko  tinggi  sesuai  populasi  pasiennya  serta 
penetapan  risiko  tambahan  yg  mungkin  berpengaruh  pd 
pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi. (R)
2. Staf  dilatih  utk  pemberian  pelayanan  pd  pasien  risiko  tinggi 
dan pelayanan risiko tinggi (lihat MKI.8.1, EP 3). (D,O,W)
3. Ada bukti pelaksanaan pemberian pelayanan pd pasien risiko 
tinggi dan pelayanan risiko tinggi (lihat MKI.8.1, EP 3). (D,O,W)
4. Ada bukti pengembangan pelayanan risiko tinggi dimasukkan 
ke dlm program peningkatan mutu RS. (D,W)
➢Maksud dan Tujuan PAP.3.
RS memberi asuhan kpd pasien utk berbagai
kebutuhannya atau kebutuhan pd keadaan kritis. Bbrp
pasien digolongan masuk kategori risiko tinggi, karena
umurnya, kondisinya dan kebutuhan pd keadaan kritis.
Anak-anak dan Lansia biasanya dimasukkan ke dlm
golongan ini krn mereka biasanya tidak dapat
menyampaikan keinginannya, tidak mengerti proses
asuhan yg diberikan dan tidak dapat ikut serta dalam
mengambil keputusan terkait dirinya. Sama juga halnya
dgn pasien darurat yg ketakutan, koma, bingung, tidak
mampu memahami proses asuhannya apabila pasien
harus diberikan asuhan cepat dan efisien.
(Maksud dan Tujuan PAP.3.)
RS juga memberikan berbagai pelayanan, bbrp dikenal sbg
pelayanan risiko tinggi krn adanya peralatan medis yg kompleks
utk kebutuhan pasien dgn kondisi darurat yg mengancam jiwa
(pasien dialisis), krn sifat tindakan (pasien dgn pemberian
darah/produk darah), mengatasi potensi bahaya bagi pasien
(pasien restrain), atau mengatasi akibat intoksikasi obat risiko
tinggi (contoh kemoterapi).
Asuhan bagi pasien risiko tinggi tsb, didukung oleh penggunaan
PPK, dan regulasi lainnya dan rencana asuhan, Clinical Pathway
dsb. (lihat PAP 2.1.) Hal ini berguna bagi Staf utk memahami dan
merespons dalam sikap profesional.
Dalam hal ini pimpinan RS bertangg-jawab, sesuai dgn populasi
pasien utk:
 identifikasi pasien yg di golongkan sbg risiko tinggi
 identifikasi pelayanan yg di golongkan sbg risiko tinggi
 melalui proses kolaborasi menetapkan regulasi asuhan
 melatih staf utk melaksanakan regulasi
(Maksud dan Tujuan PAP.3.)
Regulasi untuk asuhan disesuaikan dgn populasi pasien
risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi yg berguna utk
menurunkan risiko. Dalam hal ini penting dipahami bhw
prosedur dapat mengindentifikasi,
 bagaimana rencana akan berjalan, termasuk identifikasi
perbedaan populasi anak dan dewasa, atau pertimbangan
khusus lainnya
 dokumentasi yg dibutuhkan agar tim asuhan dapat bekerja
dan berkomunikasi efektif
 keperluan informed consent
 keperluan monitor pasien
 kualifikasi khusus staf yg terlibat dalam proses asuhan
 teknologi medis khusus tersedia dan dapat digunakan
(Maksud dan Tujuan PAP.3.)
RS menetapkan dan melaksanakan regulasi utk pasien risiko
tinggi dan pelayanan risiko tinggi. Untuk pasien risiko tinggi
meliputi:
 pasien emergensi;
 pasien dengan penyakit menular;
 pasien koma;
 Pasien dengan alat bantuan hidup dasar;
 pasien “immuno-suppressed”;
 pasien dialysis;
 pasien dengan restraint;
 pasien dengan risiko bunuh diri;
 pasien yg menerima kemoterapi;
 populasi pasien rentan, lansia, anak-anak, dan pasien
berisiko tindak kekerasan atau diterlantarkan dan
 pasien risiko tinggi lainnya
(Maksud dan Tujuan PAP.3.)
Untuk pelayanan risiko tinggi meliputi:
 pelayanan pasien dgn penyakit menular;
 pelayanan pasien yg menerima dialisis;
 pelayanan pasien yg menerima kemoterapi;
 pelayanan pasien yg menerima radioterapi;
 pelayanan pasien risiko tinggi lainnya (misalnya terapi
hiperbarik dan pelayanan radiologi intervensi)
RS juga menetapkan risiko tambahan sbg hasil tindakan atau
rencana asuhan (contoh, kebutuhan mencegah trombosis vena
dalam, luka decubitus, infeksi terkait penggunaan ventilator pd
pasien, cedera neurologis dan pembuluh darah pd pasien restrain,
infeksi melalui pembuluh darah pd pasien dialisis, infeksi saluran /
slang sentral, dan pasien jatuh (lihat SKP VI). Risiko tsb, jika ada,
diatasi dan dicegah oleh edukasi staf dan regulasi yg memadai.
(lihat HPK 5.2). RS menggunakan informasi pengukuran utk
evaluasi pelayanan yg diberikan kpd pasien risiko tinggi dan
diintegrasikan ke dlm program peningkatan mutu RS.
44
 DETEKSI (MENGENALI) PERUBAHAN KONDISI PASIEN

➢ Standar PAP.3.1.
Staf klinis dilatih untuk mendeteksi (mengenali) 
perubahan kondisi pasien memburuk dan mampu 
melakukan tindakan.
➢ Elemen Penilaian PAP.3.1.
1. Ada  regulasi  ttg  pelaksanaan  early warning system 
(EWS). (R)
2. Ada bukti staf klinis dilatih menggunakan EWS. (D,W)
3. Ada  bukti  staf  klinis  mampu  melaksanakan  EWS. 
(D,W,S)
4. Tersedia pencatatan hasil EWS. (D,W)
➢Maksud dan Tujuan PAP.3.1.
Staf yg tidak bekerja di daerah pelayanan kritis /
intensif mungkin tidak mempunyai pengetahuan dan
pelatihan yg cukup utk melakukan asesmen,
mengetahui pasien yg akan masuk ke kondisi kritis.
Padahal banyak pasien diluar daerah pelayanan kritis
mengalami keadaan kritis selama di rawat inap.
Seringkali, pasien memperlihatkan tanda bahaya dini
(contoh, tanda tanda vital yang memburuk, perubahan
kecil status neurologisnya) sebelum mengalami
penurunan kondisi klinis yg meluas shg sampai
mengalami kejadian yg tidak diharapkan.
(Maksud dan Tujuan PAP.3.1.)
Ada kriteria fisiologis yg dapat membantu staf utk mengenali
sedini mungkin pasien yg kondisinya memburuk. Sebagian
besar pasien yg mengalami gagal jantung atau gagal paru
sebelumnya memperlihatkan tanda2 fisiologis diluar kisaran
normal, yg merupakan indikasi keadaan pasien memburuk.
Hal ini dapat diketahui dgn early warning system (EWS)
Penerapan EWS membuat staf mampu mengidentifikasi
keadaan pasien memburuk sedini mungkin dan bila perlu
mencari bantuan dari staf yg kompeten. Dgn demikian, hasil
asuhan akan lebih baik.
Pelaksanaan EWS dapat dilakukan dgn menggunakan
sistem skor. Semua staf dilatih untuk menggunakan EWS.

Early warning system score


The basis of an EWS
The resulting observations are compared to a normal range to generate 
a single composite score, for instance based on the following diagram:

A score of five or more is statistically linked to increased likelihood of 
death or admission to an intensive care unit.
Within hospitals, the EWS is used as part of a "trackandtrigger“ system 
whereby an increasing score produces an escalated response varying 
from increasing the frequency of patient's observations (for a low 
score) up to urgent review by a rapid response or Medical Emergency 
Team (MET call).
(https://en.wikipedia.org/wiki/Early_warning_score)
(J Community Hosp Intern Med Perspect
. 2015; 5(2): 10.3402/jchimp.v5.26716.)
 PELAYANAN RESUSITASI

➢ Standar PAP.3.2.
Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area RS

➢ Elemen Penilaian PAP.3.2
1. Ada  regulasi  ttg  pelayanan  resusitasi  yg  tersedia  dan 
diberikan selama 24 jam setiap hari di seluruh area RS, 
serta  ttg  peralatan  medis  utk  resusitasi  dan  obat  utk 
bantuan  hidup  dasar  terstandar  sesuai  kebutuhan 
populasi pasien (lihat PAB 3, EP 3) (R)
2. Diseluruh  area  RS  bantuan  hidup  dasar  diberikan 
segera  saat  dikenali  adanya  henti  jantung-paru,  dan 
tindak lanjut diberikan kurang dari 5 menit (W,S)
3. Staf diberi pelatihan pelayanan resusitasi (D,W)
➢Maksud dan Tujuan PAP.3.2.
Pelayanan resusitasi diartikan sbg intervensi klinis
pada pasien atau korban yg mengalami kejadian
mengancam hidupnya, spt henti jantung atau paru. Pd
saat henti jantung atau paru, pemberian kompresi pd
dada atau bantuan pernapasan akan berdampak pd
hidup atau matinya pasien, setidak2nya menghindari
kerusakan jaringan otak.
Resusitasi yg berhasil pd pasien dgn henti jantung-
paru, tergantung pd intervensi yg kritikal/penting, spt
secepat mungkin dilakukan defibrilasi dan bantuan hidup
lanjut (advance) yg akurat (code blue). Pelayanan spt ini
harus tersedia utk semua pasien, selama 24 jam setiap
hari.
(Maksud dan Tujuan PAP.3.2.)
Sangat penting utk dapat memberikan pelayanan intervensi yg
kritikal yaitu tersedianya dgn cepat peralatan medis terstandar,
obat resusitasi, staf terlatih dgn baik utk resusitasi. Bantuan
hidup dasar harus dilakukan secepatnya saat diketahui ada
tanda henti jantung-paru, dan proses pemberian bantuan hidup
kurang dari 5 (lima) menit. Hal ini termasuk review thd
pelaksanaan sebenarnya resusitasi atau thd simulasi pelatihan
resusitasi di RS. Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area
RS, termasuk peralatan medis dan staf terlatih, berbasis bukti
klinis dan populasi pasien yg dilayani (contoh, jika RS
mempunyai populasi pediatri, peralatan medis utk resusitasi
pediatri) (lihat PAB.3; KPS.8.1; TKP.9; MFK.8).
Catatan: seluruh area RS dimana tindakan dan pelayanan
diberikan, termasuk area tindakan diagnostik di gedung
terpisah dari gedung RS.
 Maksud dan Tujuan PAP.3.3 s/d PAP.3.9.
Regulasi harus dibuat secara khusus utk kelompok pasien yg
berisiko atau pelayanan yg berisiko tinggi, agar tepat dan efektif dlm
mengurangi risiko terkait. Sangatlah penting bhw kebijakan dan
prosedur mengatur:
a) Bagaimana perencanaan dibuat, termasuk identifikasi perbedaan
pasien dewasa dan anak-anak atau keadaan khusus lain.
b) Dokumentasi yg diperlukan oleh pelayanan secara tim utk bekerja
dan berkomunikasi secara efektif.
c) Pertimbangan persetujuan khusus bila diperlukan.
d) Persyaratan pemantauan pasien
e) Kompetensi atau ketrampilan yg khusus dari staf yg terlibat dlm
proses asuhan.
f) Ketersediaan dan penggunaan peralatan khusus.
Pengobatan risiko tinggi lainnya selain kemoterapi termasuk a.l. :
Radioterapi, KCl pekat, Heparin dsb.
Catatan : utk std PAP.3.3 s/d PAP.3.9, elemen a. s/d f Maksud dan
Tujuan harus tercermin dlm kebijakan dan prosedur yg disyaratkan.
 PELAYANAN DARAH

➢ Standar PAP.3.3. 
Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai 
peraturan perundang-undangan.  

 Elemen Penilaian PAP.3.3
1. Ada  regulasi  ttg  pelayanan  darah  dan  produk  darah 
meliputi  a)  s/d  f)  di  maksud  dan  tujuan  (lihat  AP.5.11 
EP.2) (R)
2. Ada  bukti  pelaksanaan  proses  meliputi  a)  s/d  f)  di 
maksud tujuan (D,W)
3. Ada  bukti  staf    yg  kompeten  dan  berwenang 
melaksanakan  pelayanan  darah  dan  produk  darah 
serta  melakukan  monitoring  dan  evaluasi  (lihat 
AP.5.11, EP 1) (D, W)
➢Maksud dan Tujuan PAP.3.3.
Pelayanan darah dan produk darah harus diberikan
sesuai peraturan perUUan meliputi a.l. :
a) pemberian persetujuan (informed consent)
b) pengadaan darah
c) identifikasi pasien
d) pemberian darah
e) monitoring pasien
f) identifikasi dan respons thd reaksi transfusi
Staf yg kompeten dan berwenang melaksanakan
pelayanan darah dan produk darah serta melakukan
monitoring dan evaluasi.
 PELAYANAN PASIEN KOMA DAN YANG MENGGUNAKAN 
VENTILATOR

 Standar PAP.3.4
RS menetapkan regulasi tentang asuhan pasien yg 
menggunakan alat bantu hidup dasar atau pasien koma

 Elemen Penilaian PAP.3.4
1. Ada regulasi ttg asuhan pasien alat bantu hidup 
dasar atau pasien koma. (R)
2. Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien dgn alat bantu 
hidup sesuai regulasi (D,W).
3. Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien koma sesuai 
regulasi (D,W).
 PELAYANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR DAN MEREKA 
YANG DAYA TAHANNYA DITURUNKAN (IMMUNO-
SUPPRESSED)

 Standar PAP.3.5.
Regulasi  mengarahkan  asuhan  pasien  dengan  penyakit 
menular dan immuno-suppressed.

 Elemen Penilaian PAP 3.5.
1. Ada regulasi ttg asuhan pasien dgn penyakit menular 
dan immuno-suppressed (R).
2. Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien  dgn penyakit 
menular sesuai regulasi (D,W).
3. Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien immuno-
suppressed sesuai regulasi (D,W).
 PELAYANAN PASIEN DIALISIS

 Standar PAP.3.6.
Regulasi  mengarahkan  asuhan  pasien  dialisis  (cuci 
darah)

 Elemen Penilaian PAP.3.6.
1. Ada regulasi ttg asuhan pasien dialisis (R).
2. Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien dialisis sesuai 
regulasi (D,W).
3. Ada bukti dilakukan evaluasi kondisi pasien secara 
berkala. (D,W)
 PELAYANAN PASIEN RESTRAINT

 Standar PAP.3.7.
Rumah  sakit  menetapkan  pelayanan  penggunaan  alat 
penghalang (restraint).

 Elemen Penilaian PAP.3.7.
1.Ada regulasi pelayanan penggunaan alat penghalang 
(restraint) (R).
2.Ada  bukti  pelaksanaan  pelayanan  penggunaan  alat 
penghalang (restraint) sesuai regulasi (D,W).
3.Ada  bukti  dilakukan  evaluasi  pasien  secara  berkala. 
(D,W)
 PELAYANAN PASIEN POPULASI KHUSUS
 Standar PAP.3.8.
RS  memberikan  pelayanan  khusus  terhadap  pasien  usia 
lanjut,  mereka  yg  cacat,  anak-anak  dan  populasi  yg 
berisiko disiksa dan risiko tinggi lainnya, termasuk  pasien 
dgn risiko  bunuh diri
 Elemen Penilaian PAP.3.8.
1. Ada regulasi ttg pelayanan khusus thd pasien yg lemah, 
lanjut usia, anak dan yg dgn ketergantungan bantuan, serta 
populasi yg berisiko disiksa dan risiko tinggi lainnya 
termasuk pasien dgn risiko bunuh diri. (R)
2. Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien yg lemah, lanjut usia 
yg tidak mandiri menerima asuhan sesuai regulasi. (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien anak dan anak dgn 
ketergantungan sesuai regulasi. (D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan asuhan thd populasi pasien dgn 
risiko kekerasan dan risiko tinggi lainnya termasuk pasien 
dgn risiko bunuh diri sesuai regulasi. (D,W)
 PELAYANAN  PASIEN  KEMOTERAPI  DAN  TERAPI  LAIN  YANG 
BERISIKO TINGGI

 Standar PAP.3.9.
RS memberikan pelayanan khusus thd pasien yg 
mendapat kemoterapi atau pelayanan lain yg berisiko 
tinggi (misalnya terapi hiperbarik dan  pelayanan radiologi 
intervensi)

 Elemen Penilaian PAP.3.9.
1. Ada  regulasi  ttg  pelayanan  khusus  thd  pasien  yg 
mendapat  kemoterapi  atau  pelayanan  lain  yg  berisiko 
tinggi. (R) 
2. Ada  bukti  pelaksanaan  pelayanan  pasien  yg  mendapat 
kemoterapi sesuai regulasi. (D,W)
3. Ada  bukti  pelaksanaan  pelayanan  risiko  tinggi  lain 
(misalnya  terapi  hiperbarik  dan    pelayanan  radiologi 
intervensi) sesuai regulasi (D,W)
 MAKANAN DAN TERAPI GIZI 
➢ Standar PAP.4.
Tersedia berbagai pilihan makanan, sesuai dgn status 
gizi pasien dan konsisten dengan asuhan klinisnya 
  Elemen Penilaian PAP.4.
1. RS menetapkan regulasi yg berkaitan dgn pelayanan  gizi. (R)
2. RS  menyediakan  makanan  sesuai  dgn  kebutuhan  pasien. 
(D,O,W)
3. Ada bukti proses pemesanan makanan pasien sesuai status 
gizi dan kebutuhan pasien dan dicatat di rekam medis (D,W)
4. Makanan disiapkan dan disimpan  dgn mengurangi risiko 
kontaminasi dan pembusukan. (O,W)
5. Distribusi  makanan  dilaksanakan  tepat  waktu  sesuai 
kebutuhan. (D,O,W)
6. Jika keluarga membawa makanan bagi pasien, mereka diberi 
edukasi ttg pembatasan diet pasien dan risiko kontaminasi 
serta pembusukan sesuai regulasi. (D,O,W,S)
7. Makanan yg dibawa keluarga atau orang lain disimpan secara 
benar utk mencegah kontaminasi (D,O,W)
➢ Maksud dan Tujuan PAP.4.
Makanan dan nutrisi yg sesuai sangat penting bagi kesehatan
pasien dan penyembuhannya. Pilihan makanan disesuaikan dgn
umur, budaya, pilihan, rencana asuhan, diagnosis pasien
termasuk juga a.l. diet khusus spt rendah kolesterol, diet
diabetes. Berdasar asesmen kebutuhan dan rencana asuhan,
DPJP atau PPA lain yg kompeten, memesan makanan dan nutrisi
lainnya utk pasien. (lihat PAP.1.4)
Pasien berhak menentukan makanan sesuai dgn nilai yg dianut.
Bila memungkinkan, pasien ditawarkan pilihan makanan yg
konsisten dgn status gizi,
Jika keluarga pasien/ orang lain mau membawa makanan utk
pasien, kpd mereka diberi edukasi ttg makanan yg merupakan
kontra indikasi thd rencana, kebersihan (hygiene) makanan dan
kebutuhan asuhan pasien, termasuk informasi terkait interaksi
obat dan makanan. Makanan yg dibawa oleh keluarga/ orang lain
disimpan dgn benar utk mencegah kontaminasi.
 Standar PAP.5.
Pasien dengan risiko nutrisi menerima terapi gizi 
terintegrasi.

 Elemen Penilaian PAP.5.
1. RS  menetapkan  regulasi  utk  terapi  gizi  terintegrasi. 
(R)
2. Ada  bukti  pemberian  terapi  gizi  terintegrasi  pada 
pasien risiko nutrisi. (D,W)
3. Asuhan  gizi  terintegrasi  mencakup  rencana, 
pemberian, dan monitor terapi gizi (D,W)
4. Evaluasi dan monitoring terapi gizi dicatat di rekam 
medis pasien (lihat AP.2 EP 1)  (D)
 Maksud dan Tujuan PAP.5.
Pasien pd asesmen awal di skrining utk risiko nutrisi.
(Lihat AP 1.4). Pasien ini dikonsultasikan ke ahli gizi
utk dilakukan asesmen lebih lanjut. Jika ditemukan
risiko nutrisi, dibuat rencana terapi gizi dan
dilaksanakan. Kemajuan keadaan pasien dimonitor
dan dicatat di rekam medis pasien. DPJP, perawat,
ahli gizi, dan keluarga pasien bekerjasama dlm
konteks asuhan gizi terintegrasi.
 PENGELOLAAN NYERI 
 Standar PAP.6.
Rumah sakit menetapkan pelayanan pasien untuk 
mengatasi nyeri. 

 Elemen Penilaian PAP.6
1. RS menetapkan regulasi pelayanan pasien utk mengatasi 
nyeri. (R)
2. Pasien nyeri menerima pelayanan utk mengatasi nyeri sesuai 
kebutuhan. (D,W)
3. Pasien & keluarga diberi edukasi ttg pelayanan utk 
mengatasi nyeri sesuai dgn latar belakang  agama, budaya, 
nilai2 pasien & keluarga. (D,W)
4. Pasien & keluarga diberi edukasi ttg kemungkinan timbulnya 
nyeri akibat tindakan yg terencana, prosedur pemeriksaan 
dan pilihan yg tersedia utk mengatasi nyeri. (D,W,S)
5. RS melaksanakan pelatihan pelayanan utk mengatasi nyeri 
utk staf (D,W)
 Maksud dan Tujuan PAP.6.
Nyeri dapat diakibatkan oleh kondisi, penyakit pasien,
dari tindakan atau pemeriksaan yg dilakukan. Sbg
bagian dari rencana asuhan, pasien diberi informasi ttg
kemungkinan timbulnya nyeri akibat dari tindakan, atau
prosedur pemeriksaan, dan pasien diberitahu pilihan yg
tersedia utk mengatasi nyeri. Apapun yg menjadi sebab
timbulnya nyeri, jika tidak dapat diatasi akan
berpengaruh secara fisik maupun psikologis. Pasien
dgn nyeri dilakukan asesmen dan pelayanan utk
mengatasi nyeri yg tepat (lihat HPK.2.2 dan PAP.1.5).
(Maksud dan Tujuan PAP.6.)
Berdasar cakupan asuhan yg diberikan, RS menetapkan
proses utk melakukan skrining, asesmen dan pelayanan
utk mengatasi nyeri meliputi:
 identifikasi pasien utk rasa nyeri pada asesmen awal
dan asesmen ulang
 memberi informasi kpd pasien bhw nyeri dapat
disebabkan oleh tindakan atau pemeriksaan
 melaksanakan pelayanan utk mengatasi nyeri, terlepas
dari mana nyeri berasal
 melakukan komunikasi dan edukasi kpd pasien &
keluarga perihal pelayanan utk mengatasi nyeri sesuai
dgn latar belakang agama, budaya, nilai2 pasien &
keluarga
 melatih PPA ttg asesmen dan pelayanan utk mengatasi
nyeri
PELAYANAN DALAM TAHAP TERMINAL
 Standar PAP.7.  
RS memberikan asuhan pasien menjelang ajal dgn 
memperhatikan kebutuhan pasien & keluarga dan 
mengoptimalkan kenyamanan dan martabat pasien dan 
didokumentasikan dlm rekam medis. 
 Elemen Penilaian PAP.7
1. Ada regulasi ttg asesmen awal dan ulang pasien dlm tahap 
terminal meliputi a) s/d i) di maksud dan tujuan. (R)
2. Ada bukti skrining dilakukan pd pasien yg diputuskan dgn 
kondisi harapan hidup yg kecil sesuai regulasi (D,W)
3. Pasien dalam tahap terminal dilakukan asesmen awal dan 
asesmen ulang (D,W)
4. Hasil asesmen menentukan asuhan dan layanan yg 
diberikan. (D,W)
5. Asuhan dlm tahap terminal memperhatikan rasa nyeri 
pasien (lihat juga HPK.2.2)  (D, W)
 Maksud dan Tujuan PAP.7
Asesmen dan asesmen ulang bersifat individual agar sesuai dgn
kebutuhan pasien dlm tahap terminal (dying) dan keluarganya.
Asesmen dan asesmen ulang harus menilai kondisi pasien, seperti:
a) gejala mual dan kesulitan pernapasan
b) faktor yg memperparah gejala fisik
c) manajemen gejala sekarang dan respons pasien
d) orientasi spiritual pasien & keluarga, keterlibatan dlm kelompok
agama tertentu
e) keprihatinan spiritual pasien & keluarga, seperti putus asa,
penderitaan, rasa bersalah
f) status psiko sosial pasien & keluarganya, spt kekerabatan,
kelayakan perumahan, pemeliharaan lingkungan, cara
mengatasi, reaksi pasien dan keluarganya menghadapi penyakit
g) kebutuhan bantuan atau penundaan layanan utk pasien dan
keluarganya
h) kebutuhan alternatif layanan atau tingkat layanan
i) faktor risiko bagi yg ditinggalkan dlm hal cara mengatasi dan
potensi reaksi patologis atas kesedihan.
 Standar PAP.7.1 
RS memberikan pelayanan pasien dlm tahap terminal dgn 
memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga dan 
mengoptimalkan kenyamanan dan martabat pasien dan 
didokumentasikan dlm rekam medis. 
 Elemen Penilaian PAP.7.1
1. RS menetapkan regulasi ttg pelayanan pasien dlm tahap terminal 
meliputi a) s/d f) di maksud dan tujuan. (R)
2. Staf  diedukasi  ttg  kebutuhan  unik  pasien  dlm  tahap  terminal  (D, 
W)
3. Pelayanan  pasien  dlm  tahap  terminal  memperhatikan  gejala, 
kondisi,  kebutuhan  kesehatan  atas  hasil  asesmen  (lihat  PAP.1.7 
EP 1) (D, W)
4. Pelayanan  pasien  dlm  tahap  terminal  memperhatikan  upaya 
mengatasi rasa nyeri pasien (lihat juga HPK.2.2) (D,W)
5. Pelayanan pasien dlm tahap terminal memperhatikan kebutuhan 
biopsikososial, emosional, budaya dan spiritual. (D,W)
6. Pasien  &  keluarga  dilibatkan  dlm  keputusan  asuhan  termasuk 
keputusan ttg do not resuscitate (DNR) (lihat juga HPK.2)  (D, W)
 Maksud dan Tujuan PAP.7.1.
Pasien yg dlm tahap terminal membutuhkan asuhan dgn rasa hormat
dan empati yg terungkap dlm asesmen (Lihat PAP 1.7). Untuk
melaksanakan ini, staf diberi pemahaman ttg kebutuhan pasien yg
unik saat dlm tahap terminal. Kepedulian staf thd kenyamanan dan
kehormatan pasien harus menjadi prioritas semua aspek asuhan
pasien selama pasien berada dlm tahap terminal.
RS menetapkan proses utk mengelola asuhan pasien dlm tahap
terminal. Proses ini meliputi:
a) intervensi utk pelayanan pasien utk mengatasi nyeri
b) memberikan pengobatan sesuai gejala dan mempertimbangkan
keinginan pasien & keluarga
c) menyampaikan secara hati2 soal sensitif spt otopsi atau donasi
organ
d) menghormati nilai, agama dan budaya pasien & keluarga
e) mengajak pasien & keluarga dlm semua aspek asuhan
f) memperhatikan keprihatinan psikologis, emosional, spiritual dan
budaya pasien & keluarga
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai