KELOMPOK IV:
1. KRISNA ARIF HIDAYAT 15407141014
2. WAHYU HARJIANTO 15407141027
3. EVITA ANGGUN FEBRIANTI 15407141030
A. LATAR BELAKANG MASUKNYA AGRARISCHE WET 1870
Agrarishe Wet merupakan undang-undang yang dibuat oleh kerajaan Belanda pada
tahun 1870. Undang-undang ini berisi mengenai hukum tanah administratif yang
diberlakukan kepada seluruh jajahan Belanda. Undang-undang ini merupakan landasan
hukum bagi aturan-aturan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah kolonial dalam kaitan
pembagian atas penguasaan tanah-tanah baik oleh pemerintah, masyarakat pribumi
maupun nonpribumi.
Berlakunya Undang-Undang Agraria 1870 adalah akibat dari perkembangan paham
liberal di Kerajaan Belanda. Paham liberal masuk ke Kerajaan Belanda pada awal abad ke-
19 dengan tokohnya yaitu G.K.Van Hogendorp.
Perubahan berarti yang ditimbulkan oleh paham liberal terjadi pada tahun 1860,
dimana menguatnya dominasi kaum Liberal dalam parlemen Belanda. Kaum liberal
berhasil mengimbangi kaum konservatif dan berhasil menduduki posisi penting di dalam
parlemen Kerajaan Belanda. Beralihnya kontrol negara kolonial kepada kaum liberal,
memberikan pengaruh yang besar terhadap kebijakan pemerintah kolonial.
Kaum liberal yang mengusung asas kebebasan dalam kebijakannya ingin menghapus
unsur paksaan yang sebelumnya dijalankan oleh pemerintah kolonial. Mereka
berpendapat bahwa kegiatan ekonomi di Hindia Belanda harus ditangani oleh pihak
swasta. Dalam hal ini kewenangan pemerintah kolonial hanya mengawasi saja, tidak boleh
campur tangan dalam bidang ekonomi. Namun pemerintah wajib menyelenggarakan
fasilitas-fasilitas yang menunjang terhadap kemajuan ekonomi.
Kemenangan kaum Liberal atas Konservatif dalam parlemen diperoleh secara mutlak
pada tahun 1870. Sehingga pada tahun 1870 tanam paksa sebagai kebijakan ekonomi di
Hindia Belanda sebelumnya dapat dihapuskan.
AGRARISCHE WET TERCANTUM DALAM PASAL 51 LS, YANG BERISI
SEBAGAI BERIKUT :
1) Hak Eigendom
2) Hak Erfpacht
3) Hak Konsesi
4) Hak Sewa
1) HAK EIGENDOM
Hak Eigendom diberikan kepada orang asing untuk selama-lamanya guna keperluan
perluasan kota atau untuk mendirikan perusahaan kerajinan. Tanah yang termasuk Hak
Eigendom ini hanyalah tanah yang ada dalam lingkungan kota saja dan tempat-tempat
lainnya yang dipandang perlu. Tanah Hak Eigendom tidak termasuk milik negara. Jika ingin
memiliki tanah Hak Eigendom ini bisa didapat dengan jalan membeli dari tanah hak milik
rakyat Indonesia.
2) HAK ERFPACHT
Hak Erfpacht adalah hak untuk menggunakan tanah milik orang lain dengan
kewajiban membayar sewa tiap-tiap tahun kepada pemilik tanah, baik berupa uang
maupun penghasilan.
Pemodal besar swasta juga memerlukan tanah untuk tanaman jangka pendek atau
semusim saja (tebu, tembakau, nila). Untuk menjamin keperluan ini diadakan lagi undang-
undang sewa tanah yaitu Grondhuur Ordonantie di Jawa dan Madura.
Dengan Grondhuur Ordonantie ini maka onderneming mendapat jaminan dan bantuan
pemerintah dalam mengusahakan tanah dengan uang sewa yang murah. Campur tangan
pemerintah dalam urusan sewa tanah ini sering merugikan rakyat, biasanya pemerintah
selalu berdiri di pihak onderneming dalam menghadapi rakyat yang menyewakan.
Meskipun teorinya sewa tanah ini berdasarkan “suka rela", namun dalam prakteknya
penduduk “dipaksa" untuk menyewakan.
B. IMPLENTASI AGRARISCHE WET 1870 KE TANAH JAJAHAN HINDIA
BELANDA:
Dibentuknya undang-undang Agraria 1870 dalam hal sewa dan jual beli tanah, mengakibatkan para
pemilik modal mulai berdatangan ke Hindia Belanda dan menanamkan modalnya dengan membuka
perkebunan-perkebunan. Pihak swasta melakukan sewa tanah secara besar-besaran dan dalam jangka
waktu yang cukup lama di beberapa daerah Hindia Belanda yang menunjang terhadap ekonomi
perkebunan. Seperti perkebunan Tembakau dan Karet di Sumatra Timur, perkebunan Tebu di jawa tengah
dan jawa timur, perkebunan Teh di Jawa Barat. Untuk mendukung perkembangan perkebunan tersebut
maka di bangunlah berbagai sarana seperti Bendungan, saluran irigasi, jalan kereta Api dan sebagainya.
C. DAMPAK AGRARISCHE WET 1870