Anda di halaman 1dari 28

PEMERIKSAAN URINE RUTIN

MARUNI WIWIN DIARTI, S.SI,M.KES


I. PEMILIHAN SAMPEL URINE
Bermulut lebar

Penampung urine a. Syarat Bersih dan


diberikan penampung kering ( tidak
identitas urine perlu steril)

Bertutup rapat, terbuat dari


kaca atau plastik ( sebaiknya
berwarna gelap
b. Tekhnik Pengambilan sampel urine
• Yg digunakan urine segar
Syarat • Penderita disuruh mengeluarkan urine langsung
pada wadah dan segera wadah ditutup rapat.

• Kateterisasi
Teknik
pengambilan
• Pungksi Suprapubik
• Mid Steam

• Untuk tes-tes tertentu sebelum pengambilan


Catatan sampel urine diperlukan beberapa
penganganan khusus
Lanjutan catatan….

 menunda pemeriksaan setelah urine dikeluarkan (2 jam) akan


mengakibatkan rusaknya beberapa sedimen urine spt As. urat &
posfat mengendap (menyulitkan pemeriksaan mikroskopis)

 bilirubin & urobilinogen mudah teroksidasi oleh sinar, bakteri


berkembang biak menggangu hasil pemeriksaan bakteriologi,
glukosa, pH, & keton mudah teroksidasi oleh udara.
c. Jenis Sampel Urine
Urine
sewaktu

Urine 2 gelas dan 3 Urine Pagi


gelas pada laki-laki

Urine 12 jam Urine Post-


malam dan siang Prandial

Urine 24 Jam
Yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan sampel urine
Kelainan pada urine tidak hanya
disebabkan oleh suatu penyakit tetapi juga
dipengaruhi oleh makanan dan obat2an yg
dikonsumsi.

sehingga diperlukan beberapa larangan


pada pemeriksaan urine.
Lanjutan….

Untuk
pemeriksaan Pemeriksaan
reduksi sebaiknya Untuk pemeriksaan
urobilin terganggu
jangan VMA dalam urine,
bila dalam urine
mengonsumsi zat 48 jam sebelumnya
terdapat riboflavin,
dilarang
yang mampu sebaiknya penderita
menkonsumsi
mereduksi (vitamin tidak diberi obat
pisang, kopi, teh,
C, penicillin, mengandung
vanilia serta obat
streptomisin, vitamin B-2
obatan
chloral hidrat, (riboflavin)
salisilat)
Lanjutan…(larangan pada pemeriksaan urine)

Untuk pemeriksaan test


Obat – obat yang memberikan kehamilan, penderita tidak
warna urine menggagu hasil diperkenankan memakan
pemeriksaan urine, sperti pirydium obat-obatan tertentu seperti
memberikan warna merah pada
urine yang menggangu hasil dosis tinggi dari fenotrazin
pemeriksaan urobilinogen dengan dan hormon antivulasi
metode “Wallace dan Diamond” seperti estrogen karena
dan bilirubin metode stick. dapat memberikan false
positif atau false negatif
II. PENGAWETAN URINE
• diperlukan apabila sampel urine yang
Tujuan akan diperiksa mengalami penundaan
selama beberapa jam atau hari

• sampel urine setelah beberapa jam


kandungan didalamnya akan mengalami
Penyebab penguraian oleh bakteri, udara dan
cahaya setelah kurang lebih 2 jam.

• ureum akan beubah menjadi amoniak


Contoh dan CO2
• pH urine menjadi lebih basa
Lanjutan…
 urine berubah ssunan walaupun tanpa bakteri,
asam dan garam urat mengendap teristimewa
pada suhu rendah sehingga sebelum
pemeriksaan sampel urine harus di campur
sampai homogen.

Glukose diuraikan oleh bakteri

Terjadi pengendapan Ca dan Mg-Posfat


Tehnik pengawetan urine:
A. Fisik:
1. Disimpan dalam lemari es (± 4OC), terutama ditujukan
terhadap urine yang tidak segera diperiksa (pemeriksaan
bakteriologis).
2. Dismpan pada suhu dibawah titik beku(dibawah 20OC)
terutama untuk bahan kimia.
B. Kimiawi
1. Toulena (beberapa 2-5 untuk urine 24 jam) pengawet paling
baik, beberapa tetes untuk urine sewaktu.
2. Formalin 40% (1 ml 100 ml urine), menggangu px. Reduksi
3. Thymol (100 mg untuk 100 ml urine)
4. Larutan 10% thymol dalam propanol ( 5 ml untuk urine 24
jam) tidak menggangu pada pemeriksaan elektrolit, glukose,
indikan, protein, aceto acetat, cretin dan kreatinin.
5. Asam sulfat pekat
untuk pemeriksaan kuantitatif Calsium, Nitrogen, jumlah yang
diberikan hingga pH 4,5. reaksi asam mencegah terlepasnya Nitrogen
dalam bentuk amoniak dan mencegah pengendapan calsium fosfat.
6. Natrium Carbonat
khusus dipakai untuk pengawetan urobilinogen jika ingin mengetahui
ekskresinya /24 jam (5 gr /urine 24 jam)

Pengawet yang digunakan harus tercantum dalam wadah agar


pemeriksa megetahuinya, karena ada beberapa pemeriksaan yang
akan berpengaruh pada pengawet tertentu (forfirin hanya dengan
suhu lemari es dan glukose dipengaruhi formalin dll)
III. PEMERIKSAAN URINE RUTIN
Sebagai “tes penyaring”  merupakan dasar dari tes
selanjutnya serta pemeriksaan badan tanpa adanya
pendapat khusus

Jenis pemeriksaan rutin urine :


1. Jumlah urine
2. warna dan bau
3. Kejernihan
4. Busa / buih
5. Berat jernis
6. pH
7. Protein
8. Glukose
9. Pemeriksaan sedimen
a. Jumlah Urine
• untuk menentukan adanya gangguan ginjal,
yaitu kesetimbangan cairan tubuh
Fungsi • sebagai penafsir hasil pemeriksaan
kuantitatif dan semikuantitatif urine

• dipengaruhi umur, berat badan, kelamin, makanan


Urine 24 minuman, suhu badan, iklim dan aktifitas orang yang
bersangkutan.
jam • rata-rata daerah tropik normal urine 24 jam adalah
800 – 1300 ml untuk orang dewasa.

• normalnya 2x – 4x lebih besar dari urine mlam


Urine 12 orang dewasa
jam siang • perbandingan tidak berubah walaupun banyaknya
minuman pada malam hari disamakan dengan siang
dan malam hari.
Lanjutan…
• pada suatu percobaan tertertentu
Time • harus diukur jumlah secara teliti karena
specimen yang ditetapkan adalah secara
kuantitatif

• tidak perlu teliti, tapi harus diperhatikan jumlah


yang dikeluarkan, karena tidak hanya berhubungan
Urine dengan warna dan berat jenis, tetapi juga untuk
sewaktu pemeriksaan berpengaruh terhadap pemeriksaan
semi kuantitatif seperti pemeriksaan terhadap
protein dan glukosa.
b. Warna Urine
diukur dengan cahaya yang cukup (tembus
cahaya) dengan ketebalan 7-10 cm,

jumlahsampel ¾ tabung dilihat dengan bentuk


serong.

warna dinyatakan dengan: tidak berwarna,


kuning muda, kuning, kuning tua, kuning
campur merah, merah campur kuning, merah,
coklat kuning campur hijau, putih susu dsb.
pada umumnya warna urine ditentukan oleh diuresis, makin
besar diuresis makin muda warna urine.
normal urine berwarna kuning muda – kuning tua, disebabkan
warna urochrom dan urobilin. Beberapa warna urine :
a. Kuning
- zat warna normal dalam jumlah besar : urobilin , urochrom
- zat warna abnormal : bilirubin
- obat-obatan dan diagnostik : santonin, riboflavin, (fluoresensi
hijau) , makanan kembang gula permen menyebakan
kekuningan
b. Hijau
- zat warna normal dalam jumah besar : indikan
- obat-obatan dan diagnostik : metylen blau, evans blau
- kuman-kuman: P. Aureginosa, B. pyocyaneus.
c. Merah
- zat warna normal : uroerythrin
- zat warna abnormal : Hb, porfirin, forfobilin
- obat-obatan : santonin, PSP, amidophyrin, congored, BSP berwarna merah
jika urine lindi.
- kuman-kuman : B. prodigiosus
d. Coklat
- zat warna normal dalam jumlah besar : urobili
- zat warna abnormal : bilirubin, hematin porfobilin
e. Colat tua atau hitam
- zat warna normal dalam jumlah besar : indikan
- zat warna abnormal : darah tua, alkapton, melanin.
- obat-obatan : derivat fenol, argyrol
d. Serupa susu
- zat normal dalam jumlah normal : fosfat dan urat
- zat abnormal : pus, getah prostat, chylus, zat lemak, bakteri, protein
membeku.
c. Kejernihan

Tekhnik •Sama dengan warna


pemeriksaan urine

• Fosfat dan karbonat


• Bakteri
Penyebab
kekeruhan • Unsur sedimen dlm jumlah
besar
urine
• Chylus dan lemak
• Benda koloid
Nubecula

Penyebab urine
menjadi keruh Kristal
Bakteri setelah dibiarkan
beberapa jam fosfat

Urat-urat
amorf
d. Bau
 bukan dikatakan sebagai test penyaring .
 bau urine erat hubungannya dengan keadaan urine sendiri.
 keadaan normal urine baru berbau tidak keras lama kelamaan
akan berbau amoniak karena ada pemecehan ureum oleh
bakteri.
 Jika urine baru berbau keras disebabkan retensi urine.
 beberapa contoh bau urine:
1. oleh makanan : yeng mengandung zat atsiri (jengkol, petai,
durian, dll) mudah dikenali mirip bau semula.
2. oleh obat-obatan : terpetin, menthol, ampisilin dll
3. bau amoniak, akibat perombakan oleh bakteri,
4. bau keton : menyerupai bau buah-buahan atau bunga layu
(bau berbeda dengan aseton murni) pada penderita DM.
5. bau busuk:akibat perombakan protein (carsinoma saluran
kecing), perombakan protein diluar tubuh.
e. Buih

 urine normal tidak berbuih, bilirubin menyebabkan buih


berwarna kuning tua dan buih tidak mudah hilang setelah
digojog.
buih berwarna putih jika sampel urine mengandung protein.
f. Berat jenis
 indikator untuk mengukur jumlah solid yang
terlarut dalam urine.
 BJ urine dipengaruhi oleh diuresi, jika meningkat
maka BJ urine rendah.
 Plasma mempunyai BJ 1010
 urine dengan BJ kurang dari 1010 disebut
“Hypostinuria” sedangkan yang sama
“Isostinuria”.
 BJ urine 24 jam normal berkisar 1016-1022 atau
1003-1030.
 jika didapatkan BJ urine sewaktu diatas 1025
tanpa adanya rotein dan glukose berarti faal daya
pemekatan urine “baik”.
 adanya BJ urine yang  1030 indikasi adanya
glukosuria.
Lanjutan…
fungsi pengukuran BJ urine antara
lain untuk mengetahui adanya :
a. penderita dehidrasi : BJ urine
meningkat
b. pada penderita parenchimatus
renal deseases : isothenuria
c. penyakit oliguria pada dehidrasi :
BJ urine meningkat.
 pengukuran dilakukan dengan mengunkan alat
Urinomerter / hydrometer, stick dan refraktometer.
 dengan menggunakan hydrometer yang perlu
diperhatikan.
- urinometer harus melayang, jangan sampai melekat
pada diding tabung urinometer.
- tidak boleh ada gelembung udara (buih)
- urinometer hars dikalibrasi, setiap kenaikan suhu 3OC
maka terjadi peningkatan BJ 0.001
- pada saat pembacaan, miniscus harus tampak jernih.
Dengan mengunakan refraktometer
- Membutuhkan urine dalam jumlah kecil (1-2 tetes)
- Hasil lebih teliti, lebih mudah pembacaan
- Tidak terpengaruhi oleh suhu (koreksi suhu)
- Setelah penggunaan harus dibersihkan dengan tissue basah dan
kering.
- Prinsip dari refraktometer : indeks refraksi suatu cairan
bertambah secara linier dengan zat terlarut.
Jika dikehendaki , boleh mengadakan koreksi adanya glukose atau protein
dengan cara:
- angka koreksi 1 (0.001) untukk setiap 0,4 gr protein per 100 ml urine dan,
- angka koreksi 1 (0.001) untuk tiap 0.3 gram glukose per 100 ml urine.
Angka ini tidak terlalu memmpengaruhi BJ urine, dan jarang dilakukan, kecuali
untuk penelitian tertetentu.
Jika sampel urine jumlah sangat kecil dan tidak cukup untuk pemeriksaan, maka
sampel perlu dilakukan pengenceran dengan hasil terbaca dikalikan faktor
pengencerannya.
7. Derajat keasaman
jarang digunakan sebagai test penyaring, tetapi adanya keasaman atau
kebasaan yang terjadi dalam tubuh menandakan adanya kelainan.
infeksi oleh E. coli biasanya urine asam, infeksi oleh proteus urin.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai