Anda di halaman 1dari 21

EFEKTIFITAS SUPLEMEN SENG DAN ZAT BESI

PADA BALITA DAN EDUKASI GIZI PADA IBU

NANI APRIANI NATSIR DJIDE


K012182018

Powerpoint Templates
Powerpoint Templates
1
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan merupakan salah satu
indikator terbaik untuk melihat status gizi
dan kesehatan anak. Pertumbuhan pada
masa anak menjadi salah satu indikator
status kesehatan di masa selanjutnya.

Indonesia masih menghadapi masalah gizi,


seperti negara-negara berkembang lainnya,
terutama pada balita dan perempuan hamil.

Salah satu masalah gizi yang banyak dialami anak


saat memasuki masa kritis adalah panjang badan atau
tinggi badan kurang dari normal atau disebut dengan
stunting.

Powerpoint Templates
2
PERMASALAHAN GIZI

Powerpoint Templates
Sumber: Global Nutrition Report, 2018 3
Status Gizi Balita, 2013-2018

Powerpoint Templates
Sumber: Riskesdas, 2013 dan 2018 4
TUJUAN

1. Mengindentifikasi permasalahan
penting yang berkaitan dengan
Stunting
2. Menetapkan tujuan umum.
3. Mendefinisikan tujuan khusus
(objektif).
4. Menetapkan target kuantitatif.
5. Menyusun program.
6. Mengimplementasikan program.
7. Mengevaluasi Program.

Powerpoint Templates
5
Identifikasi Masalah
Stunting: kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya. (kekurangan gizi terjadi
sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir,
tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 tahun)
Stunting disebabkan oleh faktor Multidimensi sehingga
Penanganannya perlu dilakukan oleh Multisektor

Praktek Kurangnya Kurangnya


Terbatasnya
pengasuhan akses akses ke air
layanan
yang tidak makanan bersih dan
kesehatan
baik bergizi sanitasi

Powerpoint Templates
6
Prevalensi balita pendek di Dunia
tahun 2000-2017
42.5
32.6
34. 29.3
26.1
25.5 23.2 22.2

17.

8.5

0.
2000 2005 2010 2015 2017
. Proporsi Jumlah Balita Pendek di Asia
Tahun 2017
1%

5%
6%

18%
Asia selatan
asia tenggara
asia timur
70% asia barat
asia tengah
Powerpoint Templates
Sumber: Joint Child Malnutrition Eltimates, 2018 7
Kondisi di Indonesia

Powerpoint Templates
8
Di Indonesia masyarakat sering menganggap tumbuh pendek sebagai faktor keturunan.
Persepsi yang salah di masyarakat membuat masalah ini tidak mudah diturunkan dan
membutuhkan upaya besar dari pemerintah dan berbagai sektor terkait. dan berbagai
sektor terkait. Powerpoint Templates
9
Powerpoint Templates
10
Powerpoint Templates
Sumber : Improving Child Nutrition, The achievable imperative fprogress, Unicef, 2013 Adapted
from Unicef 1990.
Powerpoint
Sumber : Improving Child Nutrition, The achievable imperative Templates
fprogress, Unicef, 2013 Adapted from Unicef 1990.
12
Salah satu zat gizi yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan adalah zinc. Zn adalah zat gizi
Hasil studi membuktikan bahwa yang berperan penting pada pertumbuhan sel,
pengaruh faktor keturunan hanya pembelahan sel, metabolisme tubuh, fungsi
berkontribusi sebesar 15%, sementara imunitas dan perkembangan Defisiensi Zn
unsur terbesar adalah terkait masalah dikaitkan dengan pertumbuhan yang tidak
asupan zat gizi, hormon pertumbuhan optimal, diare, serta penurunan fungsi imunitas,
dan terjadinya penyakit infeksi berulang dapat pula mengakibatkan gagal tumbuh,
penurunan nafsu makan, dan penyembuhan
luka yang lambat.

Zat besi juga diperlukan oleh tubuh untuk


pertumbuhan, membantu kerja berbagai
macam enzim dalam tubuh, menanggulangi
infeksi, membantu kerja usus untuk menetralisir
zat-zat toksin dan yang paling penting adalah
untuk pembentukan hemoglobin. Defisiensi zat
besi dapat menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan yang lambat dan penurunan
pada perkembangan kognitif.

Powerpoint Templates
13
Nama Judul Metode Subjek Hasil Peneltian Kesimpulan
Penelitian

Muhammad Pengaruh Sebanyak 36 Subjek Yang Balita Usia 3-5 Berdasarkan Z-score TB/U, Terdapat 4 Subjek (11,1 %) Adanya Pengaruh
Ghazian, Dkk Suplementasi Diambil Secara Purposive Tahun Di Yang Berstatus Severe Stunted, 8 Subjek (22,2 %) Yang Signifikan
Seng Dan Zat Sampling Sesuai Kriteria İnklusi Kelurahan Berstatus Stunted, Dan 24 Subjek (66,7 %) Berstatus Terhadap Tinggi
Besi Terhadap Dan Dibagi Kedalam 4 Kelompok Jomblang, Normal. Tinggi Badan Pre-post Pada Keempat Kelompok Badan Subjek Di 4
Tinggi Badan (9 Subjek/Kelompok) Secara Kecamatan Memiliki Perbedaan Yang Bermakna (P<0,05), Namun Kelompok
Balita Usia 3-5 Random Sampling. Kelompok 1 / Candisari, Kota Perubahan Tinggi Badan Yang Terjadi Pada Keempat Penelitian
Tahun Di Kota Kontrol Diberikan Placebo, Semarang Kelompok Tidak Memiliki Perbedaan Yang Bermakna (P<0,05). Namun,
Semarang Sedangkan Kelompok Perlakuan Antara Kelompok Perlakuan Dengan Kelompok Kontrol Tidak Terdapat
2, 3, Dan 4 Berturut-turut (P>0,05). Perbedaan Yang
Diberikan Suplementasi Seng, Bermakna Antara
Zat Besi, Dan Seng-zat Besi Kelompok
Selama 60 Hari. Dosis Seng Dan Perlakuan Dengan
Zat Besi Masing-masing Sebesar Kelompok Kontrol
10 Mg/Hari Dan 7,5 Mg/Hari. (P>0,05).
Pengukuran Tinggi Badan
Dilakukan Di Awal Dan Di Akhir
Penelitian. Asupan Makan Di
Peroleh Dengan Metode Semi
Quantitative Food Frequency
Questionaire (SQ-FFQ). Analisis
Data Menggunakan Uji Beda
Paired T-test, Dan Uji Kruskal-
wallis.

Dian Oktiara Hubungan Desain Penelitian Adalah Cross- Seluruh BALITA Balita Di Kepulauan Nusa Tenggara Memiliki Prevalensi Ada Hubungan
Bahmat, Dkk Asupan Seng, Sectional, Non- (24-59 Bulan) Di Stunting (61,3%). Rata – Rata Asupan Seng Di Kepulauan Yang Signifikan
Vitamin A, Zat intervasi/Observasi. Data Yang Kepulauan Nusa Nusa Tenggara Sebesar 2,34 (±1,062) Mg Memenuhi Antara Asupan
Besi Dan Dikumpulkan Berasal Dari Tenggara Tahun 46,8% AKG, Vitamin A 233,59 Μg (±121,006) Memenuhi Seng (P=0.000),
Kejadian Pada Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010 Dengan 51,9% AKG, Dan Zat Besi 2,69 Mg (±1,385) Memenuhi Asupan Zat Besi
Balita (24-59 (RISKESDAS) 2010 Yang Telah Teknik 29,8% AKG. (P=0.007) Dan
Bulan) Dan Dilakukan Oleh Badan Penelitian Pengambilan Kejadian Stunting.
Kejadian Dan Pengembangan Kesehatan Sampel Yaitu Tetapi Tidak Ada
Stunting Di (Balitbangkes). Purpossive Hubungan Yang
Kepulauan Sampling. Signfikan Antara
Nusa Asupan Vitamin A
Tenggara Powerpoint Templates (P=0.982) Dan
(Riskesdas Kejadian Stunting.
2010)
Ida Ayu Kade Pengaruh Konsumsi Penelitian Kriteria İnklusi Kasus Adalah Anak Terdapat Tiga Variabel Yang Memiliki Ada Pengaruh Yang Bermakna
Chandra Dewi*, Protein Dan Seng Menggunakan Balita Umur 24-59 Bulan Yang Pengaruh Bermakna Terhadap Kejadian Pada Konsumsi Protein, Konsumsi
Kadek Tresna Serta Riwayat Desain Studi Case- Tinggal Di Wilayah Penelitian Stunting Yaitu Konsumsi Protein (P=0,0012), Seng Dan Riwayat Penyakit İnfeksi
Adhi Penyakit Infeksi control Dengan Dengan Kriteria TB/U <-2SD Dari Konsumsi Seng (P=0,0005) Dan Riwayat Terhadap Kejadian Stunting.
Terhadap Kejadian Jenis Observasional Standar WHO 2005. Kriteria İnklusi Penyakit İnfeksi (P=0,0039). Faktor Dominan
Stunting Pada Anak Analitik Kontrol Adalah Anak Balita Umur Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Di
Balita Umur 24-59 24-59 Bulan Yang Tinggal Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida III
Bulan Di Wilayah Wilayah Penelitian Dengan Kriteria Adalah Konsumsi Seng (OR=9,94) Dan
Kerja Puskesmas TB/U ≥-2SD Dari Standar WHO Riwayat Penyakit İnfeksi (OR=5,41).
Nusa Penida Iii 2005, Memiliki Rentang Umur (24-
47 Dan 48-59 Bulan) Serta Tinggal
Dalam Satu Wilayah Desa Yang
Sama Dengan Sampel Kasus.
Kriteria Eksklusi Sampel Adalah
Anak Dengan Cacat Fisik Dan
Penyakit Kronis Seperti Kelainan
Jantung, TBC, Kanker Dan
HIV/AIDS Serta Responden Yang
Menolak Untuk Mengikuti
Penelitian.

Sabuj Kanti Maternal Nutrition Penelitian İni 3009 Angka Dua İbu-anak Dari Prevalensi Stunting Secara Signifikan Lebih Adanya Penurunan Prevalensi
Mistry Et Al Counselling Is Menganalisis Dua Survei Yang Dipilih Rendah Di Daerah Di Mana Intervensi Stunting Yang Signifikan Antara
Associated With İnformasi Dari 3009 Disampaikan Dibandingkan Dengan Daerah Daerah İntervensi Dan Daerah
Reduced Stunting Pasangan İbu-anak Pembanding (29% Vs 37%, P <0,001). Perbandingan
Prevalence And Dari Dua Survei Selanjutnya, Setelah Menyesuaikan Zona
Improved Feeding Yang Dipilih Area: İ) Administratif, Kuintil Kekayaan Rumah Tangga,
Practices In Early Area Di Mana Paket Usia Anak, Jenis Kelamin, Usia Ibu,
Childhood: A Post- EHC Dikirim Pendidikan, Pekerjaan, Perbedaan Kelompok,
program (Perbandingan; N = Dan Variasi Antara Kelompok Studi, Terlihat
Comparison Study 1452), İi) Area Bahwa Risiko Stunting Adalah 25% Lebih
Dengan Paket EHC Rendah Di Daerah Intervensi Dibandingkan Ke
Plus Gizi (İntervensi; Area Perbandingan (Aor: 0,75, 95% CI: 0,60-
N = 1557) 0,94; P = 0,012). Praktik Pemberian Makan
Dikirimkan. Uji Chi- Anak Yang Optimal Juga Lebih Umum Di
square Dilakukan Antara Ibu Dari Daerah Intervensi Daripada Di
Untuk Daerah Pembanding (Pemberian ASI Eksklusif:
Membandingkan 72,7 Vs 59,4%, P = 0,008; Memberi Makan 4+
Praktik Pemberian Kelompok Makanan: 42,9 Vs 34,1%, P <0,001;
Makan Anak Dan Memiliki Diet Minimum Yang Dapat Diterima:
Stunting Prevalensi 31,2 Vs 25,3%, P = 0,017; Memberi Makan
Antara İntervensi Beberapa Bubuk Mikro-nutrisi: 16,2 Vs 7,4%, P
Dan Perbandingan. <0,001).
Tingkat Kekuatan
Asosiasi Stunting
Dan İntervensi
Diperkirakan
Menggunakan Model
Powerpoint Templates
Regresi Logistik
Efek Campuran.
TUJUAN UMUM
1. Untuk meningkatkan pertumbuhan anak balita dan mengurangi
prevalensi stunting di Indonesia

TUJUAN KHUSUS
1. Meningkatkan pengetahuan ibu terkait kesehatan dan gizi
2. Memperhatikan pola asuh terhadap anak/balita
3. menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia

TARGET KUANTITATIF
1. Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals
(SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2
yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada
tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang
ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun
2025.

Powerpoint Templates
16
MENYUSUN PROGRAM

Pemberian Pemberian
suplemen edukasi
zinc dan gizi
zat besi terhadap
pada balita ibu

Powerpoint Templates
17
IMPLEMENTASI

PENGKAJIAN
PENDATAAN INTERVENSI EVALUASI
GIZI

Powerpoint Templates
18
PENDATAAN
Data yang dikumpulkan dalam penelitian yaitu data identitas sampel, status gizi berdasarkan z-
score TB/U dan yang diperoleh melalui pengukuran langsung, serta riwayat asupan.
Karakteristik subjek berdasarkan tingkat z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) terbagi
atas sangat pendek/severe stunted (TB/U <-3 SD), pendek/stunted (-3 SD <TB/U< -2SD),
normal (-2 SD <TB/U< +3SD), dan sangat tinggi (TB/U > +3 SD). Karakteristik penilaian
asupan zat gizi terbagi atas asupan kurang (< 80 %), asupan cukup (≥ 80 %). Standar penilaian
asupan menggunakan AKG 2013. Riwayat asupan diperoleh dengan cara wawancara
menggunakan form Semi Quantitative Food Frequency Questionaire (SQ-FFQ).

PENGKAJIAN GIZI
Pengkajian gizi dilakukan dengan interpretasi data antropometri dan
asupan makan/riwayat gizi

Powerpoint Templates
19
INTERVENSI
Pemberian dosis suplementasi seng dan zat besi yang diberikan yaitu 10 mg seng dan 7,5 mg fe yang
diberikan setiap hari. Pemberian dosis seng 10 mg dan fe 7,5 mg sesuai dosis aman yang dapat dikonsumsi oleh
tubuh, serta disesuaikan dengan usia balita yaitu 3-5 tahun (Ghazian, 2016). Selain itu, pemberian konseling gizi
kepada ibu/pengasuh anak-anak di daerah intervensi, yang terutama berfokus pada pola asuh ibu dan gambaran
mengenai stunting selama 60 hari.

EVALUASI

Untuk mengevaluasi keberhasilan program gizi dalam upaya menurunkan angka stunting,
maka perlu dilakukan evaluasi keberhasilan program, melalui penimbangan berat badan balita secara teratur
diposyandu, pengukuran tinggi badan anak balita, dan laporan rutin dari kegiatan pendampingan yang dilakukan
setiap bulannya.

Powerpoint Templates
20
TERIMA KASIH.
Powerpoint Templates
21

Anda mungkin juga menyukai