Anda di halaman 1dari 107

Spesialite obat

sistem saraf pusat

Puguh Novi Arsito, M.Sc.,Apt


Sistem saraf

perifer sentral

Sumsum tulang
Otonom Somatik Otak
belakang

Simpatik Parasimpatik
Obat SSP
Anestesik antidepresan

Obat yang bekerja


antipsikotik Hipnotik sedatif
pada SSP

opioid Pelemas otot


Sedatif hipnotik
• Neurotransmiter di otak ada yang mengaktivasi dan mendeaktivasi.
• Histamin, Ach, glutamat, NE, bersifat mengaktivasi
• GABA bersivat mendeaktivasi.
Kelompok obat sedatif/hipnotik

Turunan
Turunan barbiturat
benzodiazepin

Sedatif hipnotik

Zolpidem kloralhidrat
Benzodiazepin
Penghambatan impuls saraf oleh
benzodiazepin
Turunan benzodiazepin
• Diazepam
• Chlordiazepoxide
• Lorazepam
• Alprazolam
• Nitrazepam
Metabolit aktif diazepam
Sediaan diazepam
Sediaan alprazolam dll
Turunan barbiturat

Short acting, long acting?


Barbiturat & benzodiazepin
Barbiturat
Zolpidem
• Strukturnya berbeda dengan benzodiazepin.
• Akan tetapi tetap bisa terikat secara selektif
pada benzodiazepin site di reseptor GABA.
• Efek antikonvulsan dan relaksan otot bersifat
lebih kecil dibanding turunan benzodiazepin.
Antagonis benzodiazepin
• Menghambat secara selektif pada
benzodiazepin site.
• Tidak bersifat mengantagonis golongan
sedatif hipnotik lain.
• Digunakan pada pengembalian depresi SSP
akibat benzodiazepin yang berlebihan
• Contohnya: flumazenil
Anestetik
inhalation
anesthetic

General anesthetic

Intravenous
Anesthetic anestethic

Local anesthetic
Anestetik inhalasi
• Selama 30 th sejak tahun
1956, halotan digunakan
sebagai standar anestetik.
Kekurangan dari obat ini
adalah: onset lambat jika
dibanding anestetik iv,
recovery lama,
hepatotoksik.
• Selanjutnya muncul
generasi-generasi
berikutnya. Akan tetapi
resiko hepatotoksik tetap
ada.
• Generasi terbaru adalah
sevoflurane.
ANESTETIK INHALASI
Traditional monoanesthesia
vs modern balanced anesthesia
Anestesi intravena
Obat Induksi dan recovery Reseptor
Etomidat Onset cepat, recovery relatif
cepat
Ketamin Onset, recovery relatif cepat NMDA
Midazolam Onset, recovery lambat GABA
Propofol Onset, recovery cepat
Tiopental Onset, recovery cepat GABA
Fentanil Onset, recovery lambat Opioid
ANESTESI IV
anestesi
Antidepresan & antipsikotik
Depresi endogen
Normal mood Maniac
(Melancholia)

Insomnia
Nafsu makan turun Overconfidence
Konstipasi Aktiv berlebihan
Palpitasi Kemampuan berfikir
Hilangnya libido logis turun
Impotensi Perilaku aneh
Hipotesis amina
• Pada tahun 1950an reserpin digunakan
sebagai agen antihipertensi
• Akan tetapi muncul efek samping depresi
pada pasien.
• Beberapa tahun kemudian diketahui
bahwa reserpin ternyata menghambat
ketersediaan serotonin dan Noradrenalin
pada vesikel presinaptik.
• Mendasari eksplorasi obat antidepresan
Target aksi antidepresan
• Thymoleptic:
mengembalikan mood
yang depresi.
• Thymeretic:
aktivasi psikomotor
Kelompok obat antidepresan
Monoamin Tricyclic
oksidase antidepressant
inhibitor (MAOI) (TCA )

Antidepresan

Selective serotonine
reuptake inhibitor
(SSRI)
TCA
• Generasi 1: bersifat tidak selektif, mengeblok
reuptake serotonin dan NE, memiliki aksi
sedatif dan antimuskarinik. Contohnya adalah
amitriptilin.
• Generasi 2: bersifat tidak selektif, mengeblok
reuptake serotonin dan NE, memiliki aksi
sedatif dan antimuskarinik lebih rendah
daripada generasi 1. diketahui juga mengeblok
pada dopamin. Contohnya adalah amoxapin.
• Generasi 3: inhibitor poten pada serotonin
reuptake, inhibitor lemah pada transport NE.
contohnya venlafaxine.
MAOI
MAO

MAO A MAO B

NE serotonin dopamin

Contoh MAOI : moclobemid

Contoh selektif MAOB I : selegiline, akan tetapi hanya digunakan


pada terapi parkinson
SSRI
• Menghambat secara selektif serotonin reuptake
 kadar serotonin meningkat
• 1st generation: fluoxetin.
• 2nd generation: paroxetin, sertralin. Memiliki
waktu paro lebih pendek, potensi inhibisi Cyp450
berbeda.
Selektivitas antidepresan
Depresi, amfetamin?
Antipsikotik
• Biasa digunakan pada terapi schizofrenia
Hipotesis dopamin
• Sebagian obat antipsikotik menghambat
pada D2 receptor postsinaptic pada
sistem mesolimbic frontal.
• Obat-obat pemicu aktivitas
dopaminergik berlebihan diketahui
menimbulkan efek psikotik (apomorfin,
amfetamin)
• Data postmortem otak pasien
schizofrenia diketahui terdapat densitas
berlebihan reseptor dopamin, jika
dibandingkan dengan nonschizofrenia.
Kelompok obat antipsikotik
• Typical:
derivat phenothiazine (chlorpromazine)
derivat butyrophenone (haloperidol)
beresiko menimbulkan efek
ekstrapiramidal. Ketidak seimbangan
pada sistem motorik utamanya kepala,
leher, dan bahu. Pseudoparkinsonisme.
• Atypical:
clozapine
Atypical psikotik
• Clozapin bersifat lebih selektif pada
reseptor serotonin dibanding
dopamin.
• Pada reseptor dopamin lebih selektif
pada mesolimbic dibanding
nigrostriatal.
Atypical dan typical
Antipsikotik
OPIOID
Opioid
• Gol.obat yg memiliki
sifat spt opium/morfin
• Menimbulkan adiksi:
– Habituasi
– Ketergantungan fisik
• Usaha utk mendptkan
analgesik ideal:
– Potensi analgesik yg
sama kuat dgn morfin
– Tanpa bahaya adiksi
Gol. Obat Opioid
• Obat yg berasal dr opium-morfin
• Seny. semisintetik morfin
• Seny. sintetik yg berefek spt morfin
• Analgesik opioid bekerja pd reseptor
opioid (di sel otak)
• Reseptor opioid: μ, κ, σ, δ, ε.
• Atas dasar kerjanya pd reseptor opioid,
analgetik opioid dibagi mjd:
– Agonis opioid menyerupai morfin (pd reseptor
μ, κ)
• Morfin, fentanil
– Antagonis opioid
• Nalokson
• Menurunkan sensitivitas reseptor nyeri pd pasien
yg ambang nyerinya tinggi
– Opioid dgn kerja campur
• Nalorfin, pentazosin, buprenorfin, malbufin,
butorfanol
• Pentazosin
– Antagonis lemah pd reseptor μ ttp mrpkn
agonis kuat pd reseptor κ.
– Efek analgesia yg timbul agaknya krn efeknya
pd reseptor κ.
• Butorfanol
– Dihipotesiskan bekerja pd reseptor κ.
– Efek analgesia yg timbul agaknya krn efeknya
pd reseptor κ.
• Efek analgetik morfin timbul berdsr mekanisme:
– Morfin meningkatkan ambang rangsang nyeri
– Morfin memudahkan tidur & pada waktu tidur
ambang rangsang nyeri meningkat

• Efek analgetik meperidin & derivat fenilpiperidin


– Serupa dgn efek analgetik morfin tp masa kerja lbh
pendek
– Petidin, piminodin, ketobemidon, fenoperidin, fentanil
Sediaan opioid
Spesialite obat pada
sistem saraf otonom

Puguh Novi Arsito, M.Sc.,Apt


Sistem saraf

perifer sentral

Otonom Somatik

Simpatik Parasimpatik
Sistem saraf otonom:
• Bekerja tanpa pengaruh sistem
saraf pusat: otak/ sumsum tulang
belakang
• Mengatur kerja otot polos dan
kelenjar secara tidak sadar
• Dibagi menjadi dua: simpatik dan
parasimpatik
• Pada beberapa aktivitas
berlawanan, antara simpatik dan
parasimpatik
Klasifikasi obat otonom
Bekerja pada saraf otonom

simpatik parasimpatik

Simpatolitik/ Parasimpatolitik/
Simpatomimetik/ Parasimpatomimetik/
penghambat penghambat
adrenergik kolinergik
adrenergik kolinergik
Prove it…!
• Apa yang kita lakukan ketika kondisi
kita terancam?
• Bagaimana pupil kita ketika kita
sedang berada di gedung yang
menakutkan?
• Bagaimana nafas kita ketika ada anjing
yang mengejar kita?
• Bagaimana denyut jantung kita ketika
kita melihat suatu tawuran?
Biosintesis epinefrin
Epinephrine menstimulasi
terutama β-adrenergic
receptors (β-ARs)

Norepinephrine
menstimulasi terutama α-
adrenergic receptors
(α-ARs)
Degradasi epinefrin & norepinefrin
MAO & COMT
Reseptor adrenergik

adrenoceptor Lokasi
Alpha 1 Sel efektor pascasinaps (khususnya otot
polos)
Alpha 2 Presinaptic adrenergic nerve terminal
(platelet, lipocytes, otot polos)
Beta 1 Sel efektor pascasinaps (jantung, otak,
lipocyte) Presinaptic adrenergic nerve
terminal.
Beta 2 Sel efektor pascasinaps (otot polos,
jantung)
Beta 3 Sel efektor pascasinaps (khususnya
lipocyte)
Aktivitas simpatik pada otot
Organ Aktivitas reseptor
Mata
1) otot radial iris Kontraksi Alpha 1
Jantung
1) nodus sinoatrial Akselerasi
2) ectopic pacemakers Akselerasi Beta 1, Beta 2
3) kontraktilitas Peningkatan
Pembuluh darah
1) pembuluh darah Relaksasi Beta 2
otot Kontraksi Alpha
Paru paru
1) otot polos bronkhus Relaksasi Beta 2
Gastrointestinal
1) dinding GIT Relaksasi Alpha 2, beta 2
2) sphincter Kontraksi Alpha 1
Urogenital
1) blader wall Relaksasi Beta 2
2) sphincter Kontraksi Alpha 1
3) uterus Relaksasi Beta 2
Kontraksi Alpha
4) penis Ejakulasi Alpha
Aktivitas simpatik pada metabolisme
Organ Aktivitas simpatik reseptor
Kulit
1) apokrin Meningkat Alpha
2) otot polos pilomotor Kontraksi Alpha
Hepar Glukoneogenesis Beta2 ,alpha
Glikogenolisis Beta2 ,alpha
Sel lemak Lipolisis Beta 3
Ginjal Pelepasan renin Beta 1
Aktivitas adrenergik pada jantung dan
sel lemak
AGONIS reseptor
ADRENERGIK/simpatomi
metik

LANGSUNG TIDAK LANGSUNG

β2
α1 α2 β1
INHIBITOR MAO
(MONOAMIN
OKSIDASE)
OBAT-OBAT ADRENERGIK LANGSUNG
• Alfa-1, mengaktivasi organ-organ efektor seperti otot-
otot polos (vasokontriksi) dan sel-sel kelenjar dengan
efek bertambahnya sekresi ludah dan keringat.
• Alfa-2, yaitu menghambat pelepasan noradrenalin pada
saraf-saraf adrenergik dengan efek turunnya tekanan
darah.
• Beta-1, yaitu memperkuat daya dan frekuensi kontraksi
jantung.
• Beta-2, yaitu bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme
glikogen dan lemak
SIMPATOMIMETIK
LANGSUNG
PENGGUNAAN
• Shock, dengan memperkuat kerja jantung (Alfa1)
dan melawan hipotensi (beta), contohnya adrenalin
dan noradrenalin
• Asma, dengan mencapai bronkodilatasi (beta2),
contohnya salbutamol dan turunannya, adrenalin
dan efedrin.
• Hipertensi, dengan menurunkan daya tahan perifer
dari dinding pembuluh melalui penghambatan
pelepasan noradrenalin (alfa2 ), contohnya
metildopa dan klonidin.
• Pilek (rhinitis), guna menciutkan selaput lendir yang
bengkak (alfa) contohnya imidazolin, efedrin dan
adrenalin.
• Midriatikum, yaitu dengan memperlebar pupil mata
(alfa), contohnya fenilefrin dan nafazolin.
Agonis alpha adrenergik
Alpha 1 agonis:
• fenilefrin vasokonstriksi perifer
 dekongestan pada obat flu (sistemik).
• Xilometazolin, oksimetazolin  vasokonstriksi
 dekongestan pada obat flu (topikal).
Alpha 2 agonis:
• Klonidin  mengeblok pelepasan
Norepinefrin dari ujung sinaptik 
menghambat aksi simpatik antihipertensi
Agonis beta adrenergik
• Beta 2 agonis:
Salbutamol, procaterol, fenoterol,
salmeterol, terbutalin  relaksasi
bronkhus bronkhodilator

• Beta 3 agonis:
Fakta menunjukkan bahwa β3-
adrenergic receptors berperan
dalam weight control in humans.
Menginspirasi penemuan obat baru
untuk treating obesity.
Contoh sediaan

Xylometazoline HCl
Salmeterol
SIMPATOMIMETIK TAK LANGSUNG
TERDAPAT ENZIM-ENZIM YANG
MENGURAIKAN ADRENALIN ATAUPUN
NORADRENALIN CONTOH: MAO
(MONOAMIN OKSIDASE)

BEBERAPA OBAT MAMPU MENGHAMBAT


KERJA MAO INHIBITOR MAO
SIMPATOLITIK

SIMPATOLITIK

α- SIMPATOLITIK β-SIMPATOLITIK
α- SIMPATOLITIK
• Alpha 1 antagonis: prazosin,
doksazosin, terazosin

ANTIHIPERTENSI DAN UNTUK PENANGANAN TUMOR


PROSTAT
• Alpha 2 antagonis: yohimbin
digunakan dalam mengatasi gangguan ereksi.
β- SIMPATOLITIK / antagonis beta
DISEBUT JUGA β- BLOCKER

MENURUNKAN KONTRAKSI JANTUNG DAN


ANTIHIPERTENSI
Beta2 bloker/antagonis
cardioselectivity

Propranolol >< salbutamol


Beta bloker
PARASIMPATIK

PARASIMPATIK

PARASIMPATOMIMETIK PARASIMPATOLITIK

TAK
LANGSUNG
LANGSUNG
Organ Aktivitas reseptor Organ Aktivitas reseptor
Mata Mata
1) otot sirkuler kontraksi M3 1) otot radial iris Kontraksi Alpha 1
iris
Jantung
Jantung 1) nodus sinoatrial Akselerasi
1) nodus deselerasi M2 2) ectopic Akselerasi Beta 1, Beta 2
pacemakers Peningkatan
sinoatrial Penurunan M2
3) kontraktilitas
2) kontraktilitas

Paru paru Pembuluh darah


1) pembuluh Relaksasi Beta 2
1) otot polos kontraksi M3
darah otot Kontraksi Alpha
bronkhus
Paru paru
Gastrointestinal 1) otot polos Relaksasi Beta 2
1) dinding GIT kontraksi M3 bronkhus
2) sphincter relaksasi M3 Gastrointestinal
1) dinding GIT Relaksasi Alpha 2, beta 2
Urogenital 2) sphincter Kontraksi Alpha 1
1) blader wall kontraksi M3 Urogenital
2) sphincter Relaksasi M3 1) blader wall Relaksasi Beta 2
3) uterus Kontraksi M3 2) sphincter Kontraksi Alpha 1
3) uterus Relaksasi Beta 2
4) penis Ereksi M Kontraksi Alpha
4) penis Ejakulasi Alpha
Sistem saraf parasimpatik
berkaitan dengan:
• Peningkatan aktivitas saluran
cerna seperti peningkatan
pengeluaran air liur,
pengeluaran asam lambung,
peningkatan motilitas usus,
peningkatan defekasi
• Peningkatan aktivitas saluran
urin urinasi lebih tinggi
• Penyempitan pupil
• Penurunan denyut jantung
• Penyempitan saluran nafas
(bronkokonstriksi)

Senyawa neurotransmiter atau penghantar pesan yang penting


dalam sistem saraf parasimpatik adalah asetilkolin
Reseptor asetilkolin
• Asetikolin merupakan molekul
neurotransmitter yang pertama kali
berhasil diidentifikasi
• Memiliki 2 macam reseptor yaitu :
nikotinik dan muskarinik.
• Berperan dalam regulasi belajar
(learning), memori, kontrol gerakan,
dan perasaan (mood)
Reseptor asetilkolin
Reseptor ACh nicotinic

Reseptor Ach muscarinic


PARASIMPATOMIMETIK
KELOMPOK EFEK OBAT
Parasimpatomimetik Meningkatkan tonus Karbakol, pilokarpin
langsung otot, mengurangi
glukoma
Meningkatkan tonus otot, mengurangi glukoma
Neostigmin, fisostigmin
Parasimpatomimetk tak
langsung Meningkatkan kemampuan memori digunakan
pada penderita penyakit Alzheimer
Rivastigmin

pilokarpine
Beberapa kolinomimetik/kolinergik
langsung
Kolinergik langsung
Aktivitas senyawa kolinergik langsung

Penggunaan:
Agonis muskarinik banyak digunakan pada tetes mata. Contohnya: pilokarpin
Kontraksi otot polos sphincter iris  miosis
Kontraksi otot siliaris  akomodasi
Efek negatif rokok
Varenicline
• Diproduksi oleh Pfizer,
diperdagangkan mulai 2006
dengan nama Chantix.
• Diindikasikan untuk terapi
putus rokok.
• Varenicline adalah agonis
parsial Nicotinic AChR
• Didesain untuk mengganti
efek nikotin, sehingga
ketergantungan terhadap
nikotin bisa dikurangi
bertahap.
Kolinergik tidak langsung
Kolinergik tidak langsung/inhb AChE
Ach esterase inhibitor Kegunaan Durasi
Edrofonium Myastenia gravis, aritmia 5-15 menit
Neostigmin Myastenia gravis 0,5-2 jam
Physostigmin Glaukoma 0,5 – 2jam
Echothiophate Glaukoma 100 jam
PARASIMPATOLITIK
Obat yang bersifat parasimpatolitik
akan menghambat aktivitas sistem
saraf parasimpatik, sehingga:
• Terjadi midriasis pada pupil mata
pupil melebar
• Penurunan sekresi asam
lambung penanganan gastritis
(jarang digunakan)
• Pelebaran saluran nafas atau
bronkodilatasi penanganan asma
• Relaksasi otot polos spasmolitik
(mengurangi rasa mulas)
• Menurunkan aktivitas sistem saraf
pusat sedatif mengurangi
mabuk perjalanan (kinetosis)
• Peningkatan denyut jantung
takikardia
Antagonis kolinergik

Antagonis kolinergik

Antagonis
Antagonis nikotinik
muskarinik

Pengeblok
Pengeblok ganglion
neuromuskular
Titik kerja antagonis nikotinik
nAChR ganglion bloker
• Bekerja pada nAChR di ganglion
• Memblok kerja saraf simpatik dan parasimpatik
• Memiliki efek kuat pada sistim kardiovaskuler 
vasodilatasi karenapenghambatan pada sistem saraf
simpatik, berkurangnya kekuatankontraksi jantung.
• Efek pada gastrointestinal (karena diatur oleh sistem
parasimpatik)  berkurangnya motilitas GI, konstipasi
• Penggunaan secara klinis terbatas
• misal: Trimethaphan  produce controlled
hypotension during certain anesthetic procedures
• Hexamethoniumno longer used
Neuromuscular blocking
agent/pelemas otot
Pengeblok
neuromuskular

Memiliki aktivitas Tidak Memiliki


Depolarisasi aktivitas Depolarisasi

Long acting Short acting


Turunan tubokurarin
• Tubokurarin
onset 4-6 menit
durasi 8-120 menit
• Pancuronium
onset 4-6 menit
durasi 120-180 menit
• Vecuronium
onset 2-4 menit
durasi 30-40 menit
Depolarizing agent
Antagonis muskarinik
• Gangguan gastrointestinal
• Gangguan uriner
• Motion sickness
• Gangguan mata
• Gangguan pernafasan
Antagonis muskarinik
• Atropin diperoleh dari Atropa
belladona dan Datura stramonium.
• Scopolamin (hyoscine) diperoleh dari
Hyosciamus niger.
• Turunan atropin yang digunakan
dalam pengobatan
1) ipratropium (bronkhodilator
Antagonis AChMus)
2) atropin dan homatropin (ophtalmic
sol)
3) ekstrak beladon, N-butil
scopolamin, clidinium
(antispasmodik)

Anda mungkin juga menyukai