Anda di halaman 1dari 6

PRESENTASI AGAMA

Keluhuran Manusia sebagai Citra Allah


ANGGOTA
ANGGOTA

Albertus Michael
Jeffrey Septian
Cahya Putra Setiawan
Stanislaus Metafati Daeli

II
ANGGOTA
Keluhuran manusia sebagai citra Allah

Kita telah belajar bahwa manusia adalah makhluk yang unik. Pada materi ini akan
dibahas kekhasan yang lain dari manusia, yang membedakan manusia dari ciptaan lain
di bumi ini dan yang membuat manusia lebih mirip dengan sang penciptanya. Dewasa
ini banyak terjadi pelanggaran terhadap martabat kemanusiaan. Sebagai sesama citra
Allah, setiap manusia adalah bersaudara, harus saling menghormati dan saling
mengasihi. Sikap ini seperti yang digambarkan Yesus dalam perumpamaan tentang
orang Samaria yang murah hati. Dalam perumpamaan itu dikisahkan bagaimana orang
Samaria yang baik hati itu telah memperlakukan orang Yahudi yang mendapat bencana
di jalan seperti saudaranya sendiri.

1
Mengamati Kasus Pelanggaran Terhadap
ANGGOTA Martabat Manusia

Manusia itu bukanlah sesuatu, melainkan pribadi unik yang bernilai. Nilai
seseorang tidak berdasarkan harta kekayaan yang ia miliki, ketampanan dan
kecantikan, tidak juga ditentukan oleh kebudayaan, ras , suku, atau kebangsaannya.
Tetapi kenapa kita masih banyak menemukan kasus pelanggaran terhadap martabat
manusia ? Kenapa masih ada perbudakan serta pembantaian ? Contohnya saja konflik
yang berada di daerah Timor Leste. Misa yang dilaksanakan di Gereja St. Antonio
Motael, Dili, Timor Leste, awal Juni tahun 2006, dimana akan ada 17 pasangan
mengucapkan janji setia dalam ikatan suami istri tersebut, dilakukan dalam situasi
kacau karena pertikaian antara petinggi militer, pemerintahan maupun politisi.
Tidak hanya itu, rumah-rumah penduduk hancur terbakar, sarana transportasi seperti
jembatan putus, dan yang paling jelas akibatnya adalah jumlah pengungsi yang
semakin meningkat. Sejak awal terjadinya pergolakan, Gereja menunjukkan posisinya.
Pastor Aniceto Maia, didepan para pengungsi yang mengikut misa meyerukan
homilinya, yaitu “Kita tidak bisa menjawab kekerasan dengan kekerasan.Untuk
menghentikan kekerasan ia meminta dengan kelembutan. Kita sepatutnya membalas
kekerasan dengan cinta dan kebenaran.” Begitulah homilinya.

2
Pesan Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang
Keluhuran Martabat Manusia

Manusia memiliki martabat sebagai pribadi, Ia bukan hanya sesuatu, melainkan


seseorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya,mengabdikan
diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena
rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan penciptanya, Untuk memberi
kepadanya jawaban iman dan cinta yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain
sebagai penggantinya. Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk manusia, tetapi
manusia itu sendiri diciptakan untuk melayani Allah, untuk mencintainya dan untuk
mempersembahkan seluruh ciptaan kepadanya. Manusia sosok yang hidup dan patut
dikagumi, Yang dalam mata Allah lebih bernilai dari segala makhluk. Itulah
manusia. Umat manusia merupakan satu kesatuan karena asal yang sama. Karena Allah
menjadikan dari satu orang saja semua bangsa dan umat manusia. Kita sebagai umat
manusia harus saling menghormati dan menghargai. Menegaskan kita bahwa kendati
keanekaragaman pribadi,kebudayaan dan bangsa,semua manusia adalah benar benar
saudara dan saudari. Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah adalah
wujud jasmani sekaligus rohani. Teks kitab suci mengungkapkan itu dalam bahasa
kiasan, Apabila ia mengatakan “Allah membentuk manusia dari debu dan tanah dan
menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya,demikianlah manusia itu menjadi
makhluk yang hidup. Manusia seutuhnya dikehendaki oleh Allah.”

3
Menghayati Keluhuran Martabat Manusia
dalam Kehidupan Sehari-hari

Cara menghayati dan memperjuangkan keluhuran martabat manusia dalam kehidupan


sehari – hari adalah dengan cara menghargai hidup pribadi ,yaitu setiap orang
berkewajiban memelihara dirinya sendiri dengan baik, menjaga pikiran, tutur kata,
kehendak, dan tindakan agar tidak merusak diri sendiri sebagai citra Allah.
Contohnya: Gerakan hidup sehat. Menghargai hidup orang lain adalah mengupayakan
agar manusia (orang lain) bisa hidup secara manusiawi sebagai citra Allah, tidak
membiarkan sesama hidup dalam kelaparan, kemiskinan, dan penindasan.
Contoh gerakan pro-life, yaitu sebuah gerakan yang berupaya agar tidak ada remaja
yang melakukan bunuh diri, aborsi, narkoba, atau berbagai tindakan yang
mengakibatkan kematian mengembangkan budaya kehidupan yang artinya, “mengupayakan
sebuah kebiasaan yang menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan –
bukan sebaliknya, budaya kematian , yaitu“segala bentuk tindakan yang tidak
menghargai dan menjunjung nilai-nilai kehidupan

Anda mungkin juga menyukai