Anda di halaman 1dari 10

Analisis Strategi BCG

Plaza Indonesia
Plaza Indonesia
• Plaza Indonesia diresmikan pada awal tahun 1990, terdiri dari empat lantai
pertokoan kelas atas dengan luas 38.050 m2. Pusat perbelanjaan ini terletak di
Bundaran Hotel Indonesia, tepatnya pada perantara jalan M.H. Thamrin dan
jalan Kebon Kacang Raya di kawasan bisnis utama Jakarta.
• Plaza Indonesia juga dilengkapi dengan hotel Grand Hyatt Jakarta, sebuah hotel
bintang lima berlantai 28. Hotel ini memiliki lebih dari 300 kamar dengan desain
modern minimalis, restoran-restoran eksklusif, dan fasilitas yang sangat lengkap.
• Pengembangan Plaza Indonesia Berlanjut ketika Entertainment X'nter dibuka
disebelah gedung yang ada dengan membidik pangsa pasar anak muda. Kedua
gedung disambung dengan sebuah jembatan yang dikelilingi toko-toko.
• Kini, Plaza Indonesia telah dilengkapi dengan gedung perkantoran The Plaza
Office Tower dan apartement The Keraton Grand Hyatt Residences.
Analisis Matrix BCG
• Matriks BCG atau BCG Matrix adalah alat analisis bisnis
yang digunakan untuk membantu perusahaan dalam
mempertimbangkan peluang pertumbuhan dengan
perencanaan strategis jangka panjang
• Matriks BCG dikembangkan oleh Bruce Henderson pada
tahun 1970-an. Bruce Henderson juga merupakan pendiri
Boston Consulting Group (BCG) yaitu sebuah perusahaan
konsultan manajemen global yang terkemuka yang
pernah menduduki peringkat ketiga perusahaan terbaik
untuk bekerja versi Forbes pada tahun 2014.
Lanjutan...
Matriks BCG terdiri dari Relative Market Share (pangsa pasar
relatif) dan Market Growth Rate (tingkat pertumbuhan pasar).
Kategori-kategori tersebut masing-masing diwakili oleh
Bintang (Star), Sapi Perah (Cash Cows), Anjing (Dogs) dan
Tanda Tanya (Question Marks).
Analisis Matrix BCG Plaza Indonesia
• Plaza Indonesia merupakan pusat perbelanjaan kelas premium, saat
pertama kali kemunculannya, Plasa Indonesia menjadi satu-satunya pemain
besar pusat perbelanjaan kelas premium di Jakarta.
• Kejayaannya harus menghadapi tantangan berupa hadirnya pusat
perbelanjaan lain seperti Plaza Senayan dan Grand Indonesia. Dimana para
pesaingnya ini memiliki competitive advantage nya masing-masing.
• Tidak ada cara lain bagi Plaza Indonesia selain dengan menjadi being
different. Selain itu, usaha lain yang telah dilakukan adalah dengan
memperluas bangunan yang dilaksanakan pada tahun 2006 yang akan
selesai sampai 2-3 tahun.
• Bagaimanapun, apabila Plaza Indonesia mau terus bertahan dan bersaing
maka harus menjadi pusat belanja kelas retail yang menawarkan kelebihan-
kelebihan.
Berikut ini, adalah analisis BCG nya.

Satuan

Pendapatan Rp . 206, 2 Milyar diestimasikan


mencapai 40-60%

Laba Rp. 178, 3 Milyar diestimasikan


mencapai 40-60%

Pangsa pasar Diestimasikan mencapai 30-45%


(Jakarta)

Tingkat pertumbuhan Diestimasikan mencapai 20-30%


Lanjutan....
• total pendapatan Plaza Indonesia menjadi sebesar Rp 181,8
milyar, turun dari Rp 206,2 milyar di tahun 2006 dan
membukukan keuntungan kotor Rp 148,4 milyar dari Rp 178,3
milyar di tahun 2006, dikarenakan total pendapatan yang lebih
rendah dan meningkatnya biaya operasional.

• Market share Plaza Indonesiacukup tinggi, karena merupakan
pussat perbelanjaan premium pertama, walaupun pada
akhirnya, banyak pesaing yang mencoba merebut pangsa pasar
namun eksistensi Plaza Indonesia tetap baik, dilihat dari segi
jumlah pengunjung nya,
• Dilihat dari segi growth nya, Plaza Indonesia memiliki
pertumbuhan dalam segi pembangunan, namun profitnya
mengalami penurunan. Ini bisa jadi karena kas yang dimiliki
Plaza Indonesia bisa jadi digunakan untuk berinvestasi untuk
memperluas bangunannya.
• Jadi apabila dilihat dari growth secara finansial menurun,
namun dari segi kinerja meningkat. Maka bisa dikatakan growth
nya kurang, karena bisa dikalahkan oleh Grand Indonesia dan
Plaza Senayan.
• Dari analisis tersebut, maka dapat disimpulkan Plaza Indonesia
ada di posisi Cash Cows.
• Cash cows adalah produk yang berada pada posisi pangsa pasar
yang tinggi (mature market )
• Apabila Plaza Indonesia memiliki keunggulan kompetitif, maka
posisi cash cow in dapat bergeser ke star. Karena dapat mencapai
margin keuntungan dan menghasilkan banyak aliran kas.
• Maka rekomendasinya adalah untuk mencari competitive
advantage dan menjadi berbeda dengan industri retail sekelasnya.
Karena pertumbuhannya rendah, promosi dan penempatan
investasi juga menjadi rendah.
• Investasi ke infrastruktur pendukung dapat meningkatkan
efisiensi dan meningkatkan aliran kas yang lebih banyak.
Thank you.....

Anda mungkin juga menyukai