Anda di halaman 1dari 13

Kel 1B :

• Marita Hazimah N (NIM.1601144292)


• ……
• …..
• …..
 Baku
 Denotatif
 Berkomunikasi dengan Pikiran
 Kohesif
 Koheren
 Mengutamakan Kalimat Pasif
 Konsisten
 Logis
 Efektif
Kuantitatif
 Dalam menulis karya ilmiah, kata-kata yang dipakai adalah kata-kata
yang baku yaitu kata-kata yang sesuai dengan kaidah kebahasaan yang
sudah ditetapkan.
 Sebagai pedoman yang dipakai untuk menentukan mana kata yang baku
dan mana kata yang tidak baku adalah menggunakan Pedoman Ejaan yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah serta buku-buku
pedoman lain yang menunjang yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa.
 Dalam memilih kata baku dan kata tidak baku, tidak boleh berdasar pada
kata kata yang sering dijumpai karena belum tentu kata-kata tersebut
merupakan kata-kata yang benar menurut kaidah.
 Contoh :
Tidak Baku Baku

sistim sistem
ekstrim ekstrem
enggauta anggota
hipotesa hipotesis
metoda metode
tehnik teknik
analisa analisis
hakekat hakikat
managemen manajemen
prosentase persentase

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/nurhidayah-mhum/bhs-ind-dlm-karya-ilmiah.pdf
 Selain itu, kalimat yang digunakan dalam karya tulis ilmiah hendaknya
menggunakan Kalimat Denotatif, yaitu kalimat yang mengandung makna
yang sebenarnya, bukan kalimat yang konotatif (kalimat yang mengandung
makna kiasan).
 Untuk lebih memahami perbedaan kedua kalimat tersebut, berikut kami
berikan beberapa contoh.

Denotatif

o Dede mumpunyai seekor kambing hitam (kambing berwarna hitam).


o Ani sedang menggulung tikar (menggulung selembar tikar)
o Tangan Adi melepuh karena bermain api (bermain-main menggunakan api)

Konotatif

o Mumun sudah mengetahui akal bulus Tarno (akal bulus = tipu muslihat
yang licik)
o Doni adalah anak emas dalam keluarganya (anak emas = anak kesayangan)
o Meskipun belum berhasil, mereka tidak gigit jari (gigit jari = kecewa)

http://www.8indo.com/2014/01/contoh-kalimat-konotasi-dan-denotasi.html
 Bahasa dalam karya tulis ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran
daripada dengan perasaan.
 Oleh karena itu, bahasa yang digunakan bersifat tenang, sederhana, tidak
emosional, tidak ekstrem, tidak berkelebihan.
 Bahasa ilmiah bertolah dari gagasan. Itu berarti, penonjolan diarahkan
pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan. Penulis harus menghindari
subjektivitas.
 Contohnya penggunaan ungkapan “menurut pendapat saya.... “, adalah
ungkapan yang kurang tepat, seharusnya adalah “data menunjukkan
bahwa …..” atau “penelitian membuktikan bahwa...”.

http://books.google.co.id/books?id=BTAZQGVadDYC&pg=PA31&lpg=PA31&dq=bahasa+karya+tulis+ilmiah
+berkomunikasi+dengan+pikiran&source=bl&ots=W12hMYwRJW&sig=T4cFN2qbhxK_upiv-
8ZukOUEYQ8&hl=id&sa=X&ei=sGpWVP_5I4PbuQSwmYLYAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=bahasa%20kar
ya%20tulis%20ilmiah%20berkomunikasi%20dengan%20pikiran&f=false
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/nurhidayah-mhum/bhs-ind-dlm-karya-ilmiah.pdf
 Kohesi dan Koherensi merupakan syarat utama kewacanaan atau tekstualitas. Keduanya
merupakan konsep kepaduan.
 Pengertian Kohesi adalah Keterpaduan Bentuk sedangkan Koherensi adalah Kepaduan
Makna. Teks atau wacana yang kohesif berarti setiap unsur lahirnya terpadu secara internal
dalam satuan teks tersebut.

o Contoh Koherensi dalam paragraf berikut :


Buku merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan yang bisa
membuka cakrawala seseorang. Dibanding media pembelajaran audiovisual, buku lebih
mampu mengembangkan daya kreativitas dan imajinasi anak-anak karena membuat otak
lebih aktif mengasosiasikan simbol dengan makna. Radio adalah media alat elektronik yang
banyak didengar di masyarakat. Namun demikian, minat dan kemampuan mambaca tidak
akan tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan pembiasaan. Menciptakan
generasi literat membutuhkan proses dan sarana yang kondusif.

Paragraf di atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat yang melenceng
dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak tebal.

http://ridwankreatif.blogspot.com/2012/10/kohesi-dan-koherensi.html
o Perhatikan Contoh paragraf di bawah ini :

Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Impor beras meningkat, diperkirakan
menjadi 3,1 ton tahun 1998. swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun
1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun
1993. pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Impor beras
meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.

Paragraf di atas mengemukakan satu gagasan utama, yaitu mengenai masalah naik
turunnya produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat tersebut sudah
terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kohesi yang baik sehingga
gagasan tersebut sulit dipahami. Paragraf tersebut perlu diperbaiki, misalnya dengan
memberikan kata perangkai seperti berikut ini.

Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras meningkat,
diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. Sesudah swasembada pangan tercapai pada tahun
1984, pada tahun 1985 kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton
pada tahun 1993. Akan tetapi, pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400
ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.

http://ridwankreatif.blogspot.com/2012/10/kohesi-dan-koherensi.html
 Dalam karya tulis ilmiah, lazim digunakan ragam pasif, karena dalam
ragam pasif, peristiwa lebih diutamakan daripada pelaku perbuatan.
 Namun perlu diperhatikan bahwa kalimat pasif umumnya kurang tegas
dan lebih panjang, jadi tidak seluruh karangan harus ditulis dalam ragam
pasif.

http://books.google.co.id/books?id=BTAZQGVadDYC&pg=PA31&lpg=PA31&dq=bahasa+karya+tulis+ilmiah
+berkomunikasi+dengan+pikiran&source=bl&ots=W12hMYwRJW&sig=T4cFN2qbhxK_upiv-
8ZukOUEYQ8&hl=id&sa=X&ei=sGpWVP_5I4PbuQSwmYLYAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=bahasa%20kar
ya%20tulis%20ilmiah%20berkomunikasi%20dengan%20pikiran&f=false
 Konsisten artinya ‘taat asas’ atau ajeg. Sekali sebuah unsur bahasa,
tanda baca, dan tanda-tanda lain, serta istilah digunakan sesuai dengan
kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten.
 Sebagai contoh, apabila pada bagian awal uraian terdapat singkatan SMP
(Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan
singkatan SMP, bukan SLTP.
o Tidak Konsisten :
Perlucutan senjata di wilayah Libanon Selatan itu tidak penting bagi
pejuang Hisbullah. Untuk mereka, yang penting adalah pencabutan
embargo persenjataan.
o Konsisten :
Perlucutan senjata di wilayah Libanon Selatan itu tidak penting bagi
pejuang Hisbullah. Bagi mereka, yang penting adalah pencabutan
embargo persenjataan..

http://bahasaindonesiayh.blogspot.com/2012/05/bahasa-indonesia-dalam-karya-tulis.html
 Penulisan kalimat dalam suatu karya tulis ilmiah harus logis, dalam artian
bahwa kalimat, alinea, subbab, subsubbab disusun berdasarkan suatu
urutan pengertian, klasifikasi, waktu (kronologis), ruang, sebab-akibat,
umum-khusus, khusus-umum, atau proses dan peristiwa.

 Selain itu, kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya,
pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu
fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud
membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.

http://siswandartisuryanto.blogspot.com/2013/04/karya-tulis-ilmiah.html
http://tugas27.wordpress.com/2012/03/26/ciri-ciri-karya-ilmiah/
 Kalimat efektif adalah kalimat yang berisikan gagasan pembicara atau penulis yang
dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca (singkat), hemat dalam pemakaian atau
pemilihan kata-kata (jelas), dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku (tepat).
 Penggunaan kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah diukur dari dua sisi, yaitu dari sisi
penulis dan pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang
digunakan dapat mengakomodasi gagasan kelimuan penulis secara tepat dan akurat.
Sedangkan dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis dengan yang
dimaksudkan penulisnya.
 Oleh sebab itu , jika pembaca masih mengalami kebingungan dan kesulitan yang
mengakibatkan salah menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut belum dapat
dikategorikan efektif.
 Contoh :
o Kita harus saling hormat-menghormati (seharusnya tidak menggunakan “saling”
karena sudah berarti “saling menghormati”).
o Makalah ini akan membicarakan tentang faktor motivasi siswa dalam belajar.
(seharusnya tidak menggunakan “tentang” karena “membicarakan” sudah berarti
“berbicara tentang”)

http://harrysprincenata.wordpress.com/2010/12/20/penggunaan-kalimat-efektif-dalam-penulisan-
karya-ilmiah/
 Gagasan atau Kesimpulan yang hendak disampaikan Penulis dalam karya
tulis ilmiah, khususnya yang menggunakan metode penelitian kuantitatif,
harus dinyatakan secara kuantitatif, yaitu berupa angka beserta
satuannya, sehingga makna yang disampaikannya terukur dan terhindar
dari multi persepsi.

Anda mungkin juga menyukai