Sebelum kita memilih salah satu dari dua variasi tersebut maka ada baiknya kita
ketahui fungsi dari catatan kaki itu. Fungsi pertama dari catatan kaki adalah sebagai
sumber informasi bagi pernyataan ilmiah yang dipakai dalam tulisan kita. Sekiranya
seluruh catatan kaki kita gunakan untuk itu maka tidak ada salahnya seluruh catatan kaki
itu kita kelompokkan dan ditaruh diakhir bab, sebab sekiranya diperlukan maka pembaca
melihanya di halaman belakang. Keuntungan lainnya dari cara seperti ini adalah teknik
pengetikkan yang lebih mudah.
Fungsi kedua dari catatan kaki yakni sebagai tempat bagi catatan-catatan kecil,
yang sekiranya diletakkan dalam tubuh utama laporan, akan mengganggu keseluruhan
penulisan. Dalam penulisan bidang-bidang tertentu seperti sejarah, antropologi, atau ilmu
pendidikan, catatan tambahan seperti ini memang peran yang penting. Betapa seringnya
kita dihadapkan dengan keinginan untuk memberikan catatan dalam krangka memperkaya
kandungan sebuah pernyataan tanpa merusak keseluruhan bentuk pernyataan tersebut.
Catatan seperti ini dapat pula diletakkan dalam catatan kaki, namun sekiranya catatan kaki
yang mengandung keterangan yang bersifat memperkaya ini di letakkan di halaman
belakang, kemungkinan besar keterangan tambahan ini tidak akan terbaca. Dengan
demikian tujuan catatan kaki itu juga dimaksudkan untuk memberikan catatan tambahan,
sebaiknya catatan kaki diletakkan dalam halaman yang sama, meskipun jadi agak sukar
dalam melakukan pengetikan.
Pada dasarnya, sekiranya kita menggunakan pernyataan orang lain dalam tulisan
kita, kutipan yang dipinjam itu dapat berupa ‘kutipan langsung” atau “kutipan tidak
langsung”. Kutipan langsung merupakan pernyataan yang kita tulis dalam karya ilmiah
dalam susunan kalimat aslinya tanpa mengalami perubahan sedikit pun. Sedangakan
dalam kutipan tidak langsung kita mengubah susunan kalimat yang asli dengan susunan
kalimat kita sendiri.
Kalimat yang kita kutip harus dituliskan sumbernya secara tersurat dalam catatan kaki
sebagai berikut:
1. Harlod A. Larrabee, Reliable Knowledge (Boston; Houghton Miffin, 1964). hlm 4.
2. Maurice N. Richter, Jr. Science as a Cultural Process (Cambridge: Schenkman, 1972).
hlm 15.
3. James B Conant. Science and Common Sense (New Haven: Yale University Press,
1961). hlm 25.
Pengulangan kutipan dengan sumber yang sama dilakukan dengan memakai notasi
op. cit. (opera citato: dalam karya yang telah di kutip), loc. cit. (loco citato: dalam tempat
yang telah dikutip dan ibid. (ibidem: dalam tempat yang sama). Untuk pengulangan maka
nama pengarang tidak ditulis lengkap melainkan cukup nama familinya saja. Sekiranya
pengulangan dilakukan dengan tidak diselang oleh pengarang lain maka dipergunakan
notasi ibid.