Anda di halaman 1dari 15

KEBIJAKAN UNTUK

MENGATASI TERJADINYA
TAWURAN ANTAR PELAJAR
KELOMPOK 3
XII MIPA I
1. M aldi setya p (19)
2. M raihan pambudi (20)
3. Nia pramitha s (21)
4. Novia dwi l (22)
5. Pramudya abiyana (23)
6. Reni komariah (24)
7. Reza dwi s (25)
8. Rina rahayu (26)
9. Rizma ananda p (27)
Pokok permasalahan

Kebijakan yang diyakini akan dapat mengatasi masalah ?

Keuntungan dan kerugian dari kebijakan tersebut?

Kebijakan tersebut tidak melanggar peraturan perundang


undangan ?

Tingkat atau lembaga pemerintah mana yang harus


bertanggung jawab menjalankan kebijakan yang diususulkan?
 Kebijakan terhadap penanggulangan tawuran
antar pelajar upaya penanggulangan kejahatan
teori G.P Hofnagles itu dapat ditempuh dengan
sarana penal yaitu penerapan hukum pidana
(criminal law application ) dan sarana non penal
yaitu berupa pencegahan tanpa pidana
(prevention without punishment) dan
mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai
kejahatan dan pemindanaan lewat media massa.
Dalam teori G.P Hofnagles upaya atau kebijakan
ini dapat dilakukan melalui :

1.) Menggunakan sarana penal (represif)


Upaya ini diartikan sebagai upaya represif,
diartikan dengan kebijakan hukum pidana atau
politik hukum pidana. Politik hukum menurut
Soedarto adalah:
a.) Usaha untuk mewujudkan peraturan-
peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan
situasi pada suatu saat.
b.) Kebijakan dari negara melalui badan-badan
yang berwenang untuk menetapkan peraturan-
peratuan yang dikehendaki yang diperkirakan bisa
digunakan untuk mengekspresikan apa yang
terkandung dalam masyarakat dan untuk
mencapai apa yang dicita-citakan.
Upaya terhadap penanggulangan tawuran antar pelajar
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Akan tetapi untuk
lebih mengenai sasaran upaya yang tepat yaitu melalui
beberapa instansi berikut ini:

a.) Melalui Sekolah


Upaya represif yang dapat dilakukan pihak
sekolah pembinaan kepada siswa atau pemanggilan oleh
guru,koordinasi sekolah dan pihak kepolisian,serta
pemberitahuan ke orang tua. Dalam hal sekolah
mengetahui siswa sekolahnya melakukan
tawuran,sekolah akan melakukan pemanggilan kepada
siswa yang terbukti melakukan tawuran. Hukuman yang
dapat diberikan sekolah tidak bersifat pembalasan atau
dapat menimbulkan efek jera,karena sanksi yang
diberikan biasanya hanya berbentuk nasehat dari guru
atau upaya media penal,hal ini hanya dilakukan jika
sekolah mengetahui siswanya ikut melakukan tawuran.
b.) Melalui Kepolisian

Bhira W. Menerangkan bahwa dalam hal polisi berhasil


mengamankan pelajar yang terlibat tawuran,sanksi yang
duberikan polisi sifatnya berupa pengamanan atas pelajar
pelaku tawuran di kantor polisi,hukuman yang diberikan bisa
berbentuk hukuman fisik,mulai dari perintah untuk melakukan
push-up hingga menampar atau memukul pelajar tersebut,dan
sanksi baru selesai diberikan dalam hal sudah ada perwakilan
dari keluarga yang menjemput anak pelaku tawuran.
Sanksi yang diberikan oleh polisi ini sifatnya hanya
menimbulkan efek jera sementara dan pelaku tidak
memahami manfaat dari pemberian sanksi tersebut.
Menurut pelaku, hukuman fisik sifatnya hanya mengakibatkan
lelah secara fisik. Sehingga seharusnya,diharapkan sanksi
yang diberikan oleh pihak kepolisan memang bersifat
mendidik dan dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku
tawuran.
c.) Melalui Kejaksaan dan Pengadilan

Kedua instansi penegakan hukum ini beru berperan


jika akibat dari perbuatan tawuran sudah tidak dapat
diselesaikan secara kekeluargaan. Menurut Salma
Alfarasi, upaya penyelesaian kejahatan tawuran oleh
penyidik tentu harus mengupayakan diversi terlebih
dahulu,karena pelaku tawuran merupakan anak.
Sistem peradilan pedana anak tidak menghendaki
sanksi pemidanaan terhadap anak, penyelesaian
perkara melalui jalur diversi tentu diutamakan. Jika
diversi tidak tercapai,baru kemudian perkara
ditingkatkan ke kejaksaan dan pemeriksaan sidang.
Terhadap penanggulangan tawuran pelajar,
upaya preventif dapat dilakukan melalui
sekolah, keluarga serta pihak kepolisian.
Terhadap penanggulangan tawuran melalui
upaya represif dapat dilakukan melalui sekolah,
pihak kepolisian, hingga penuntutan dan
pemeriksaan sidang. Upaya preventif sebagai
bentuk Kebijakan Integral terhadap
penanggulangan tawuran antar pelajar dapat
dilakukan melalui :
a) Sekolah memaksimalkan jam pelajaran, mengadakan
kegiatan – kegiatan non akademik yang melibatkan
siswa, disiplin dari guru, serta koordinasi guru dan
orang tua.
b) Melalui peran keluarga, karena keluarga merupakan
bagian utama dari pementukan karakter seorang anak,
maka peran keluarga tentu turut andil menjadi faktor
terhadap seorang anak untuk melakukan tawuran, salah
satunya karena terdapat faktor dari keluarega.
Kurangnya perhatian atau kepeduliandari orang tua
terhadap anak, memnyebabkan anak merasa lebih
diperhatikan oleh kumpulan pertemanannya.
c) Peranan Kepolisian, polisi sudah selayaknya mengetahui
wilayah – wilayahnya yang rawan untuk melakukan
tawuran.
Keuntungan dan kerugian adanya
kebijakan tersebut
Keuntungan

1. mengurangi adanya tawuran antar pelajar


2. tempat-tempat yang biasanya menjadi
tempat tawuran menjadi lebih tentram
3. menumbuhkan rasa solidaritas bukan
kebencian
4. Meminimalisir kerugian yang biasannya
terjadi apabila ada tawuran
Kerugian

 1. tindak pidana untuk pelajar melanggar


perundang-undangan
 2. tidak scorsing bagi pelajar membuat
pelajar menjadi semakin dendam dan ingin
membalasnya
 3. pencemaran nama baik sekolah
 4. mengganggu aktivitas pelajar
Resiko akibat tawuran
1. Menanggung luka atau memar
2. Pihak kepolisian memanggil orang tua
3. Dimarahi orang tua akibat tawuran
4. Dikeluarkan oleh pihak sekolah
5. Dijauhi oleh teman
Kebijakan tersebut tidak melanggar
perundang-undangan
 Tidak karena kebijakan tersebut
sudah melihat Undang-undang
sebelum dikelurkan atau
dipublikasikan
Tingkat atau lembaga Pemerintahan
mana yang harus bertanggung
jawab Menjalankan kebijakan Yang
diusulkan

1. Di sekolah: kepala sekolah dan guru yang ada


disekolahan
2. Di kepolisian: polisi
3. Di pengadilan: kejaksaan dan pengadilan

Anda mungkin juga menyukai