Kelompok 1
Anggota :
Tawuran antar pelajar merupakan fenomena sosial yang sudah tidak asing
lagi dan sudah dianggap lumrah bagi kehidupan masyarakat. Tawuran antar
pelajar adalah suatu peristiwa berupa tindakan kejahatan atau kekerasan fisik
yang dilakukan sesama kelompok pelajar. Bahkan, ada yang menganggap bahwa
tawuran merupakan salah satu peristiwa rutin dari pelajar usia remaja, sehingga
tidak heran jika ada yang berpendapat tawuran antar pelajar sudah membudaya.
Biasanya, mereka yang melakukan tawuran sering berkumpul di tempat-tempat
tertentu misalnya tempat nongkrong. Dari tempat nongkrong inilah, hal-hal
sepele rentan muncul. Seperti yang sudah disebutkan, tawuran antar pelajar
sudah menjadi tradisi yang mengakar di kalangan pelajar. Hal ini telah
menimbulkan keprihatinan dan keresahan terhadap calon-calon generasi
penerus bangsa ini.
Ada dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal di sini adalah
faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja
dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Faktor ini
biasanya timbul akibat seseorang tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang kompleks. Kompleks disini adanya perbedaan pandangan,
budaya, tingkat ekonomi,dan kebiasaan-kebiasaan pada lingkungan tersebut.
Perilaku tersebut merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi
terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan faktor eksternal adalah sebagai berikut:
1. faktor keluarga
a. baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah
tangga
b. perlindungan lebih yang diberikan orang tua
c. penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa
memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu
d. pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal dan tindakan asusila
2. faktor lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa berupa bangunan
sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang
cukup luas tanpa ruangan olahraga, minimnya fasilitas ruang belajar, jumlah
murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat, serta ventilasi dan
sanitasi yang buruk.
Maraknya tawuran pelajar dipicu oleh banyak factor. Pada tingkat mikro
rendahnya kualitas pribadi dan sosial siswa mendorong mereka berperilaku yang
tidak pro-norma. Pada tingkat menengah, buruknya kualitas dan manajemen
pendidikan mendorong rasa frustasi anak yang dilampiaskan pada tindakan
negatif' termasuk tawuran. Di tingkat makro, persoalan pengangguran,
kemiskinan dan kesulitan hidup memberisumbangan tinggi bagi terbentuknya
masyarakat (termasuk siswa) yang merasa kehilangan harapan untuk hidup
layak. Tawuran tidak hanya dilakukan oleh para preman saja, tetapi para pelajar
dan mahasiswa pun sekarang melakukannya, penyebabnya hanya hal sepele
yang menimbulkan sebuah kebencian atau kecemburuan, kekerasan
dianggapnya sebagai solusi untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa
memikirkan akibat-akibat buruk yang ditimbulkannya. Tawuran antar pelajar dan
mahasiswa biasanya dilakukan oleh mereka yang kurang akan rasa tanggung
jawab, mereka bergerak secara bergerombolan atau yang lebih dikenal dengan
sebutan geng.
Pasal 170 KUHP berbunyi: “(1) Barang siapa dengan terang-terangan dan
dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2) Yang
bersalah diancam: 1. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia
dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan
mengakibatkan luka-luka; 2. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun,
jika kekerasan mengakibatkan luka berat; 3. dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut. “
Pasal 358 KUHP berbunyi: ”Mereka yang sengaja turut serta dalam
penyerangan atau perkelahian dimana terlibat beberapa orang, selain tanggung
jawab masing-masing terhadap apa yang khusus dilakukan olehnya, diancam: 1.
dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika akibat
penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat; 2. dengan pidana
penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada yang mati.”
e. Adakah perbedaan pendapat, siapa organisasi yang berpihak pada masalah ini?
Tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini. Seperti yang kita
ketahui bahwa masalah ini tidak menimbulkan dampak positif baik untuk pelajar
yang tawuran sendiri maupun masyarakat diluar para pelajar tersebut. Pihak
yang akan berpihak terhadap masalah ini pun tidak jauh dari para pelajar yang
ingin membanggakan nama sekolahnya dengan tawuran. Padahal, sekolah
mereka pun tidak akan bangga jika mereka melakukan tawuran.
f. Pada tingkat atau lembaga pemerintah apa yang harus bertanggung jawab atas
masalah ini?
Tidak bisa dipungkiri bahwa ada banyak aspek yang harus diperhatikan
dalam konteks perkelahian atau tawuran pelajar. Salah satu aspek yang penting
adalah kondisi lingkungan sekitar sekolah. Kedua sekolah terletak di wilayah
yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan pertokoan dimana siswa
biasanya sepulang sekolah senang menghabiskan waktu untuk ‘nongkrong’.
Siswa dari kedua sekolah ini tidak jarang saling bersinggungan dan hal tersebut
dapat menjadi pemicu adanya perselisihan di antara mereka.
Perlu adanya pendekatan yang sistematis dan komprehensif untuk
mencermati permasalahan ini serta untuk menghasilkan solusi yang terbaik.
Permasalahan Tawuran Pelajar ini merupakan masalah kita bersama, pihak yang
bertanggung jawab atas permasalahan ini terdiri dari berbagai pihak.
Tanggung jawab tidak bisa hanya dibebankan kepada sang anak yang
menjadi pelaku tawuran semata, melainkan juga menjadi tanggung jawab para
instansi terkait di dunia pendidikan, untuk melakukan pembinaan kedepannya.
Tanggung jawab ini juga dibebankan kepada sekolah yang bersangkutan. Untuk
penyelesaian masalah ini lembaga pemerintah yang bertanggung jawab mencari
jalan keluar adalah pihak kepolisian. Pihak kepolisian memberikan sanksi sanksi
atas perbuatan pelaku.
g. Penutup
Tidak hanya pihak sekolah, polisi dan pemerintah juga harus saling
bekerjasama dengan sekolah sekolah untuk menghilangkan kebiasaan buruk
pelajar ini. Pemerintah harus tegas mengatasi masalah tawuran ini tanpa
pandang bulu. Siswa yang diketahui tawuran harus dipecat atau dikeluarkan dari
sekolah dan mendekam di penjara beberapa hari atau bulan. Itu semua dilakukan
agar siswa yang terlibat tawuran merasa menyesal dan tidak mengulanginya lagi.
Pemerintah juga harus bertindak tegas kepada sekolah yang siswanya ketahuan
tawuran. Sekolah yang terkait harus diberi sanksi seperti penurunan akreditasi
sekolah. Tujuannya jelas, agar sekolah benar-benar serius mendidik siswanya
agar tidak melakukan hal yang merugikan orang banyak dan sekolahnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4c7b7fd88a8c3/node/38/wetboek-
van-strafrecht-(wvs)-kitab-undang-undang-hukum-pidana-(kuhp)#
https://www.neliti.com/publications/151061/tawuran-dari-sudut-pasal-170-dan-pasal-
358-kitab-undang-undang-hukum-pidana
https://www.kompasiana.com/miragustiani4706/5dc25ff0097f36579e2f6782/tawuran
-antarpelajar-semakin-merajalela
http://ejournal.uin-suka.ac.id/dakwah/hisbah/article/view/976
Sarwono, S.W. 2002. “Psikologi Sosial (Individu dan Teori- teori Psikologi Sosial)”.
Jakarta : Balai Pustaka.
https://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/15/06/06/npiih6-
kpai-sekolah-harus-ikut-tanggung-jawab-atas-tawuran-pelajar