Anda di halaman 1dari 6

SIGER

Sebagai Mahkota Adat Putri Lampung, terbuat dari bahan logam berwarna kuning
keemasan, berbentuk gerigi lancip dan diatasnya berlekuk
lekuk. Dikenakan di kepala sebagai mahkota
kehormatan / keagungan dan kebesaran adat yang
dipakai pada upacara upacara adat / begawi,
maupun penobatan gelar atau acara acara resmi
menyambut tamu agung kenegaraan.
Pada Siger Pepadun terdapat 9 jurai yang
melambangkan 9 marga asal Lampung. Konon
pada zaman sebelum masehi di Skala Berak (pada saat penyebaran penduduk di Asia) di
Bukit Pesagi terdiri dari kerajaan kerajaan kecil, tapi mereka kalah oleh penduduk asli
(suku tumi), di Bukit Pesagi itu terdapat pohon (meransa kepampang) yang disembah oleh
suku tumi, pohon ini sejenis pohon nangka yang getahnya beracun, akarnya di atas dan
daunnya dibawah sehingga membuat suku tumi tersebut mengusir para pendatang. Yang
mengalahkan suku tumi tersebut adalah 9 orang dari perwakilan marga marga, dari ke 9
orang tersebut 2 orang mati dan 7 orang selamat. Untuk menghormati mereka maka pada
siger pepadun dibuat 9 puncak puncak. Tapi pada siger pesisir hanya terdapat 7 puncak,
konon dikarenakan mereka hanya menghitung orang yang kembali saja

GELANG BURUNG

Sebuah gelang adat pria dan wanita, yang dipakai di bahu seperti ikat bahu pada tarian jawa
tradisional, berbentuk seekor burung terbuat dari logam kuning keemasan. Gelang ini
melambangkan kebebasan, dipakai di atas lengan karena burung biasanya ada di atas. Gelang
ini ada karena pengaruh dari agama hindu.
GELANG RUWI

Sebuah gelang yang dipakai bersama sama dengan gelang bibit, kano dan gelang burung
oleh pria maupun wanita, terbuat dari logam berbentuk gerigi seperti kulit durian berwarna
kuning keemasan. Gelang ini dipakai setelah gelang bibit yang melambangkan keberanian
dalam menjaga keamanan dan sebagai penangkis jika ada penjahat yang menyerang.

PUNDUK

Punduk adalah keris yang dipakai pengantin peria

TEGHAPANG

Adalah tempat rokok burukuran kecil, digantung pada sarung keris zaman dulu terbuat dari
emas murni
BERINGIN

Tumbuh hiasan rambut bentuknya seperti daun beringin dapat dipakai langsung atau
bersama-sama dengan siger.

SELIKAP

Kain yang yang berfungsi menutup pundak pengantin melengkapi pakaian pengantin.

TANGGAI

Tanggai artinya jari, agar jari kelihatan indah dan lentik maka dibuatlah hiasan dari logam
keemasan untuk menutupi jari tersebut. Tanggai melambangkan kehalusan dan kecantikan
dari putri putri raja. Tanggai ini berasal dari pengaruh agama Hindu.
KEPIYAH

Adalah peci, dipakai oleh pengantin laki-laki

IKAT PUJUK / KIKAT AKINAN

Merupakan ikat kepala dari kain, biasa dipakai oleh pria. Karena ujungnya berbentuk lancip
sehingga disebut pujuk (pojok). Ikat kepala ini dulu merupakan pakaian orang yang sudah
tua. Kalau bujang biasanya memakai Pandan atau Peci yang diikat oleh hiasan seperti duri
berbentuk daun pandan.

Ada beberapa cara mengikat kain ini sehingga menjadi ikat kepala, diantaranya :

a. Gulos Kirik (Gula Merah), kain tersebut diikat dari depan, segi tiganya
dibelakang, dipakai oleh orang tua yang sudah turun jabatan atau kedudukan.
b. Punai Meghem (Burung Sedang Mengeram), kain diikat dari samping kanan dan
segitiganya disamping kiri, ikat ini merupkan pakaian penyimbang yang maksudnya
sebagai pelindung bagi rakyat / muridnya.
c. Tanjak, kain tersebut diikat dari belakang dan segi tiga atau lancipnya ada di
depan.

SEGHEBAN

Sorban digunakan untuk menutup kepala atau penghias leher.


SIGER PEPADUN PESISIR DAN TUHA

Siger Pesisir

Siger Pesisir

Siger pada suku Lampung yang beradatkan saibatin memiliki lekuk tujuh dan dengan hiasan
batang/pohon sekala di masing-masing lekuknya, ini memiki makna ada tujuh adok/gelar
pada masyarakat pesisir yaitu Suttan/dalom, Raja jukuan/dipati, Batin, Radin, Minak, Kimas
dan Mas/inton, gelar/adok ini hanya dapat digunakan oleh keturunan lurus saja, dengan kata
lain masih kental dengan nuansa kerajaan, dimana kalau bukan anak raja dia tidak berhak
menggunakan gelar/adok raja begitu juga dengan gelar/adok lainnya.

Sedangkan bentuknya, siger saibatin sangat mirip dengan Rumah Gadang Kerajaan
Pagaruyung seperti Istano Si Linduang Bulan, yaitu rumah pusaka dari keluarga besar ahli
waris dari keturunan Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung dan juga Museum
Adityawarman di daerah Minangkabau, Provinsi Sumatra Barat. Karena itulah maka adat
budaya Lampung saibatin mendapat pengaruh dari kerajaan Pagaruyung, hal ini sangat
berkaitan dengan sejarah berdirinya Paksi Pak Sekala Bekhak (Buay Bejalan Diway, Buay
Pernong, Buay Nyerupa dan Buay Belunguh), dimana pada masa masuknya Islam di daerah
Lampung pada masa kerajaan di tanah sekala bekhak, mendapat pengaruh dari kerajaan
pagaruyung yang di sebarkan oleh Ratu Ngegalang Paksi. Selain itu banyak kesamaan antara
adat saibatin dengan adat pagaruyung seperti pada saat melangsungkan pernikahan, tata cara
dan alat yang digunakan banyak kemiripan.
Siger Pepadun

Siger Pepadun

Siger pepadun memiliki lekuk Sembilan yang berartikan ada Sembilan Marga yang bersatu
membentuk Abung Siwo Megou. Tapi bentuk dari siger pepadun sangat mirip dengan buah
sekala, hal ini pun bukan mustahil dikarenakan kerajaan sekala bekhak merupakan cikal
bakal ulun lampung, dan proses terbentuknya abung siwo megou merupakan penyebaran
orang lampung dari dataran tinggi Sekala Bekhak di Gunung Pesagi. Ini dapat dilihat dari
tambo Buay Bejalan Diway bahwa Ratu Dipuncak meninggalkan kerajaan Sekala Bekhak
untuk mencari daerah baru bersama keluarganya, Ratu Dipuncak memiliki empat orang putra
yaitu Unyi, Unyai, Subing dan Nuban yang merupakan keturunan Paksi Buay Bejalan Diway
serta lima Marga lainnya yaitu Anak Tuha, Selagai, Beliyuk, Kunang dan Nyerupa yang
merupakan keturunan dari tiga Paksi lainnya sehingga menjadi Abung Siwo Mego. Namun
berbeda dengan siger pesisir yang mirip rumah gadang, siger pepadun justru mirip dengan
buah sekala. Seiring dengan penyebaran penduduk dan berdirinya beberapa kebuayan maka
yang menggunakan adat pepadun bukan hanya abung tetapi juga oleh kebuayan lain yang
kemudian membentuk masyarakat adat sendiri, seperti Megou Pak Tulangbawang (Puyang
Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan),Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha
atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu
atau Suku Bukujadi), serta Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk,
Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur).

Siger Tuha

Siger tuha (tua), merupakan siger yang digunakan pada zaman animisme hindu-budha. Siger
ini masih dapat dijumpai karena masih ada yang menyimpannya khususnya pada kesultanan
paksi pak sekala bekhak. Pada zaman dahulu siger tidak memiliki aturan pada jumlah lekuk
yang digunakan, dan yang boleh menggunakan hanya keturunan saibatin (bangsawan) saja
atau sama dengan mahkota pada raja-raja saja. pada siger tua jelas terlihat berbentuk buah
sekala dengan hiasan pohon sekala diatasnya. Ini membuktikan bahwa pada dasarnya siger
itu menggambarkan tentang sekala.

Anda mungkin juga menyukai