Anda di halaman 1dari 24

Evaluasi dan Rekomendasi

Titik Swab Cemaran Beta


Laktam Non Penisilin
Ayu Shabrina
18405021162
PSPA XV Universitas Wahid Hasyim Semarang
Industri Farmasi

 CPOB 2018 : Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat
 Cara Pembuatan Obat yang Baik yang selanjutnya disingkat CPOB adalah cara
pembuatan obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan agar
mutu obat dan/atau bahan obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan
dan tujuan penggunaan
PT. Phapros, Tbk.

Oei Tiong Ham Corcern (OTHC)


21 Juni 1954 dengan nama NV Pharmaceutical
Processing Industries

21 Juni 2004

1. Strive for excellence


2. Professional
CORE VALUE 3. Integrity
SPIRIT 4. Respect to customer
5. Innovative
6. Teamwork

Pada bulan desember 2018


Struktur Organisasi PT. Pharpos, Tbk.
Direktur produksi

Manajer perencanaan
Manajer Perencanaan
produksi dan Manajer Quality
Manajer Produksi Manajer Teknik dan pengembangan
pengendalian Operation produk
persediaan

Quality Assurance Quality Control Quality System

Validasi dan Kalibrasi


QA GMP Compliance QA Pasca Produksi
Tugas QA
1. Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu
2. Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukkan manual mutu perusahaan
3. Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala
4. Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu
5. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok)
6. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi
7. Memastikan pemenuhan persyaratan teknik dan/atau peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi
8. Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan
semua faktor terkait
9. Memastikan bahwa setiap bets produk jadi telah diproduksi dan diperiksa sesuai
dengan peraturan yang berlaku di negara tersebut dan sesuai dengan persyaratan
Izin Edar,
10. Tanggung jawab Kepala Pemastian Mutu dapat didelegasikan, tetapi hanya kepada
personel yang berwenang
11. Mengevaluasi/ mengkaji catatan bets termasuk monitoring pemantauan lingkungan
(CPOB, 2018)
EHS QC QA R&D Utility Valkal Produksi

Monitoring lingkungan

Non-viable partikel (debu) 


Suhu  Setiap Hari
Sebulan Sekali

Kelembaban  Setiap Hari Air  Sebulan Sekali

Sistem udara tekan  Sebulan


Tekanan Udara  Setiap Hari
sekali

Viable-particle (mikrobiologi) 
Water boiler  Sebulan Sekali
Sebulan Sekali
Antibiotik Golongan Beta Laktam

 Antibiotik golongan beta laktam terbagi menjadi 5 yaitu golongan Penisilin,


Sefalosporin, Monobaktam, Karbapenem dan Inhibitor Beta-Laktamase
 Berdasarkan PPOP CPOB 2018 tentang fasilitas produksi obat yang
mengandung bahan berbahaya, maka produksi Betalaktam termasuk golongan
Sefalosporin harus menggunakan fasilitas terpisah.
 Pemisahan fasilitas beta laktam ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang, keterpaparan produk ke personil atau produk terlepas ke
lingkungan. Hal ini termasuk gudang bahan baku, pembuatan dan
penyimpanan produk jadi.
Fasilitas Produksi Golongan Beta Laktam
 Fasilitas harus terpisah, tersegregasi, terdedikasi, atau terkungkung (self contained facilities).
 Fasilitas terpisah yang dimaksudkan ini adalah terpisah secara fisik yaitu: alur masuk, fasilitas
personil dan sistem tata udara.
 Fasilitas produksi antibiotik BL harus dipisahkan dari fasilitas lain (bukan shared facility)
disebabkan karena:
 Potensi adanya kontaminasi silang yang menimbulkan shock anaphylaxis pada personil/orang yang alergi
antibiotik BL
 Potensi meningkatnya resistensi bila cemaran BL sampai ke lingkungan di luar area industri farmasi
 Batas konsentrasi maksimal residu beta laktam pada lingkungan yang ditetapkan FDA adalah 0,03
ppm
Tata Letak Produksi Beta Laktam

 Jumlah partikel (tapi bukan kuman patogen/non


patogen) ukuran ≤ 0,5µ max 100.000/cubic feet.
 Pertukaran udara 5-20 kali/jam.
 Efisiensi filter udara 95 %, suhu 20-28°C.
 RH 45-55% dan pertukaran udara > 20 x per jam
Tekanan Udara > 5 Pa.
 Konsep: Clean Corridor
Cemaran BL

 BL dapat mencemari air (air pada proses produksi) dan juga lingkungan sekitar
(partikulat/debu)
 Pada alat atau ruang produksi yang bersentuhan langsung dengan produk,
deteksi residu dapat dilakukan melalui penetapan kadar secara kuantitatif
pada air untuk bilasan terakhir pada mesin produksi (indirect method)
 Pada lingkungan yang tidak bersentuhan langsung dengan proses produksi,
maka deteksi residu BL dapat dilakukan dengan teknik swab (direct method)
Teknik Swab
 Teknik swab adalah teknik sampling yang biasa digunakan untuk mengetahui adanya residu baik
cemaran partikel API atau cemaran mikrobiologi (bakteri, jamur, dll)
 Teknik swab dilakukan dengan cara mengusapkan cotton bud steril (Alat Swab Test) ke
permukaan yang diasumsikan terdapat residu BL
 Faktor yang mempengaruhi teknik swab antara lain: alat yang digunakan, area yang diswab,
jumlah area yang di swab, kondisi area swab (kering / basah) dan teknik swab
 Lokasi yang tempat swab juga perlu dipertimbangkan di antarnya adalah: material
alat/lingkungan yang di swab (kaca/stainless steel), lokasi (area dinding, sudut yag sulit
dibersihkan, tangga), critical area dimana area tersebut tidak dapat dibersihkan dengan alat
(semi automatic clean in place)
Keuntungan dan Kerugian Teknik Swab

Kuntungan teknik swab adalah mudah


digunakan dan efisien. Teknik Swab
bisa digunakan untuk analisa
kualitatif dan kuantitatif
dibandingkan metode contact plates

Kerugian teknik swab adalah tidak


dapat mewakili seluruh area yang
terpapar residu BL dan area yang di
swab terbatas
Analisa Sampel hasil Swab

 Hasil analisa sampel yang diperoleh dengan teknik Swab dapat dianalisa
dengan HPLC atau LCMS atau Spektroskopi Massa. Sepktroskopi Massa lebih
reliable dan mampu memisahan residu kontaminan yang kecil sehingga cocok
untuk menganalsa residu pembersihan (e.g: air bilasan terakhir) atau residu
pada lingkungan (e.g: hasil swab)
 Analisa hasil swab dengan Spektroskopi Massa tidak memerlukan inkubasi
seperti analisa hasil contact plate sehingga lebih efisien baik waktu maupun
cost.
Prosedur Penetapan Kuantitatif Cemaran/Residu
Beta Laktam dengan HPLC
 Alat: HPLC Kolom ODS 4,6 mm x 150 mm dan MS
 Persiapan Larutan Antibiotik BL
Sebanyak 1,0 mg/ml antibiotik BL dilarutkan dengan asetonitril dengan
perbandingan 1:1 v/v
Persiapan Larutan Degradan BL

 Sebanyak5 ml Larutan HCl 0,01 mol/L dan 5 ml Larutan Larutan


NaOH 0,01 mol/l dilarutkan dalam air 50 mL.
 Larutan Hidrogen Peroksida 0,1% dibuat dengan melarutkan 0,33
ml Hidrogen Peroksida 33% ke dalam 100 ml air.
 Larutan Hidroksilamin 1,0% dibuat dengan melarutkan 2 ml larutan
Hidroksilamin 50% ke dalma air 100 ml. Larutan Hidroksilamin 0,5%
dan 0,1% disiapkan dengan melarutkan 1 ml dan 0,2 ml masing
masing Larutan Hidroksilamin 50% dalam 100 ml air.
 Penetapan Residu Beta Laktam
 Sebanyak 10 µl aliquot dari masing-masing larutan degradan BL
diinjeksikan pada kolom HPLC pada suhu 40°C dan dielusi dengan
fase gerak Asetonitril: Asam Asetat (150:850 v/v – 325:675 v/v)
Analisis Struktur Cemaran BL

 Analisa struktur cemaran BL dilakukan dengan MS yang dilengkapi dengan


electrospray ionisation. MS dioperasikan pada posisi ion positif pada voltase
5-30 V. MS dioperasikan menggunakan gas Argon dengan energi 5-30 eV.
Acuan Hasil Analisa Struktur BL dengan
Spektroskopi Massa
Rekomendasi Pemetaan Titik Swab pada
Gedung Beta Laktam Non-Penisilin
Keterangan lokasi Swab
10. Dinding depan UPL II Sefalosporin -2
1. Pintu Bahan Baku Sefalosporin
11. Dinding depan UPL III Sefalosporin -1
2. Pintu samping sampah 12. Dinding menghadap UPL III Sefalosporin -2
3. Dinding samping limbah 13. Pintu Darurat Gedung Sefalosporin
14. Dinding menghadap gedung kemas ISS
4. Dinding Water Supply Sefalosporin
5. Tangga gedung sefalosporin
6. Pintu masuk personil
7. Pintu keluar barang jadi Sefalosporin
8. Dinding menghadap sistem AHU Gedung
Sefalosporin
9. Dinding depan UPL II Sefalosporin -1

Anda mungkin juga menyukai