Anda di halaman 1dari 121

SERTIFIKASI OBAT SELAIN CPOB (CPOTB,

CPKB, ISO, HALAL) DAN STABILITAS OBAT


BERDASARKAN ICH, EMEA

Oleh: Kelompok 3
KELOMPOK 3
Aidil Fitrah Syah, S.Farm 2202109
AmyliaMuthi’ah, S.Farm 2202112
Annisa Amaliyah, S.Farm 2202113
Diyah Tuah Utami, S.Farm 2202117
Dwi Nurma Yunita, S.Farm 2202118
Galuh Khairunnisa. R, S.Farm 2202121
Hasnah Alysa Putri, S.Farm 2202122
Mhd AzhariAnnur, S.Farm 2202127

Muslimaini, S.Farm 2202129


Nofrita Marli, S.Farm 2202132
Nurvani Dwi Saputri, S.Farm 2202135
Robiatun Adawiyah, S.Farm 2202142
Wisnu Wati, S.Farm 2202148
Yolla Jufanda, S.Farm 2202149
Yunita Safitri, S.Farm 2202150
01
CPOTB
Cara Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik yang (CPOTB)

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik yang


(CPOTB) adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan
Obat Tradisional yang bertujuan untuk menjamin agar
produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. CPOTB mencakup seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu serta
pengembangan produk dan Manajemen Risiko Mutu
(MRM).
1. SISTEM MUTU INDUSTRI OBAT TRADISIONAL
CPOTB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu, serta aspek
Pengembangan Produk dan MRM. Manajemen Puncak bertanggung jawab
untuk pencapaian sasaran mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen
dari personel pada semua tingkat di berbagai departemen dalam perusahaan,
pemasok dan distributor. Untuk mencapai sasaran mutu yang handal,
diperlukan Sistem Mutu Industri Obat Tradisional (SMIOT) yang didesain
secara komprehensif dan diterapkan secara benar serta mencakup CPOTB
dan Manajemen Risiko Mutu (MRM).

Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian,


serta mencakup organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan.
Bahan tidak boleh diluluskan untuk digunakan dan produk tidak boleh
diluluskan untuk dijual atau didistribusi sampai mutunya dinilai memenuhi
spesifikasi.
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap
semua obat tradisional berizin edar, termasuk produk ekspor, dengan
tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dengan
spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat
tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan
proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap
tahun.

Prinsip MRM adalah:


a) Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan
pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan proses yang
sudah disetujui dan pada akhirnya dikaitkan pada perlindungan
konsumen
b) Tingkat upaya pengambilan tindakan, formalitas dan dokumentasi
dari proses MRM sepadan dengan tingkat risiko
2. PERSONALIA

Personil kunci mencakup Kepala Produksi,


Kepala Pengawasan Mutu dan Kepala
Pemastian Mutu. Posisi kunci tersebut dijabat
oleh personil purnawaktu (penuh waktu).
Kepala Produksi, Kepala Pemastian Mutu dan
Kepala Pengawasan Mutu harus independen
satu terhadap yang lain.
Tugas Kepala Pemastian Mutu :
a) Memastikan penerapan sistem mutu
b) Ikut serta dalam memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan
c) Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala
d) Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu
e) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok)
f) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi
g) Memastikan pemenuhan persyaratan teknis dan/atau peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan yang berkaitan dengan mutu produk jadi
h) Mengevaluasi/mengkaji catatan bets
i) Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait
j) Memastikan bahwa setiap bets obat tradisional telah diproduksi dan diperiksa
sesuai persyaratan Izin Edar, dan dalam produk yang diekspor sesuai dengan
peraturan yang berlaku di negara tersebut
Kepala Produksi memiliki tanggung jawab yaitu:
a) Memastikan bahwa obat tradisional diproduksi dan disimpan sesuai prosedur
agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
b) Memberikan persetujuan terhadap prosedur yang terkait dengan kegiatan
produksi dan memastikan bahwa prosedur diterapkan secara ketat
c) Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh
personel yang berwenang
d) Memastikan pelaksanaan kualifikasi dan perawatan bangunan fasilitas serta
peralatan di bagian produksi
e) Memastikan bahwa validasi yang tepat telah dilaksanakan
f) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personel di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
Kepala Pengawasan Mutu memiliki tanggung jawab yaitu :
a) Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi pengambilan sampel,
metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain
b) Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan
c) Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak
d) Memastikan pelaksanaan kualifikasi dan perawatan bangunanfasilitas serta
peralatan di bagian pengawasan mutu
e) Memastikan bahwa validasi yang tepat telah dilaksanakan
f) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personel di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan
g) Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi sesuai hasil evaluasi.
3. BANGUNAN DAN FASILITAS
Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan:
a) Kompatibilitas dengan kegiatan pembuatan lain yang mungkin dilakukan di
dalam fasilitas yang sama atau fasilitas yang berdampingan
b) Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum
bagi personel dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan
bahan atau produk selain yang sedang diproses.

Tata letak ruang produksi dirancang sedemikian rupa untuk:


a) Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling
berhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas
kebersihan yang dipersyaratkan
b) Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan
c) Memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif.
Kelas kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat tradisional merujuk pada tabel di bawah ini:

Ketentuan kelas kebersihan 1A dan 1B


dapat mengacu ke Kelas E Pedoman
CPOB untuk pengolahan produk nonsteril,
di mana persyaratan jumlah maksimum
partikulat udara pada kondisi
nonoperasional adalah 3.520.000
partikel/m3 untuk partikel ukuran ≥ 0,5 µm
dan 29.000 untuk partikel ukuran ≥ 5 µm.
4. PERALATAN
• Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk
antara, produk ruahan atau produk jadi tidak boleh menimbulkan
reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu
atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
• Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk
pada produk. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk
tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat
memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk
• Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang
cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak
terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.
5. PRODUKSI
• Pemilihan metode pembersihan yang sesuai dengan karakteristik
bahan alam yang diproses hendaklah dilakukan dengan hati-hati.
Apabila perendaman bahan dengan air atau bahan lain yang sesuai
(misal disinfektan) tidak bisa dihindarkan (misal untuk menghilangkan
bakteri coliform), hendaklah bahan tersebut digunakan dengan dosis
yang sesuai
• Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat.
Label hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
a) Nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan
b) Nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan
status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak)
c) Tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu.
Risiko kesalahan terjadi dalam pengemasan dapat diperkecil dengan cara :
a) Menggunakan label-gulung
b) Pemberian penandaan bets pada jalur pemasangan label
c) Dengan menggunakan alat pemindai dan penghitung label elektronis
d) Label dan bahan pengemas cetak lain didesain sedemikian rupa sehingga
masing-masing mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda
e) Disamping pemeriksaan secara visual selama pengemasan berlangsung,
hendaklah dilakukan pula pemeriksaan secara independen oleh Bagian
Pengawasan Mutu selama dan pada akhir proses pengemasan.

Pengawasan pada jalur pengemasan selama proses


pengemasan hendaklah meliputi :
a) Tampilan kemasan secara umum
b) Apakah kemasan sudah lengkap
c) Apakah produk dan bahan pengemas yang dipakai sudah
benar
d) Apakah prakodifikasi sudah benar
e) Apakah monitor pada jalur sudah berfungsi dengan benar.
Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang
jelas dan disimpan terpisah di “area terbatas” (restricted area).
Bahan atau produk tersebut hendaklah dikembalikan kepada
pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah ulang atau
dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil hendaklah lebih dulu
disetujui oleh Kepala Pemastian Mutu dan dicatat. Prosedur
hendaklah mencakup:
a) Identifikasi dan catatan mutu produk kembalian
b) Penyimpanan produk kembalian dalam karantina
c) Penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh
Bagian Pengawasan Mutu
d) Evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan
apakah produk dapat diproses ulang atau tidak
6. CARA PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK

• Hendaklah dilakukan rekonsiliasi stok secara berkala dengan


membandingkan jumlah persediaan (stok) sebenarnya dengan yang
tercatat.
• Hendaklah dilakukan pemeriksaan jumlah produk pada saat
penerimaan untuk memastikan jumlah yang diterima sesuai dengan
jumlah yang tercantum dalam catatan penyerahan dari produksi.
• Kendaraan dan perlengkapan yang digunakan untuk mengangkut,
menyimpan atau menangani produk hendaklah sesuai dengan
penggunaannya dan diperlengkapi dengan tepat untuk mencegah
pemaparan produk terhadap kondisi yang dapat memengaruhi
stabilitas produk dan keutuhan kemasan, serta mencegah semua
jenis kontaminasi.
• Alat ukur untuk memantau kondisi di dalam kendaraan dan wadah
pengiriman, misal suhu dan kelembaban, hendaklah dikalibrasi
secara berkala
Hendaklah dibuat catatan pengiriman produk yang
minimal meliputi :
a) Tanggal pengiriman
b) Nama dan alamat perusahaan transportasi
c) Nama, alamat dan status penerima (misal apotek,
toko obat, rumah sakit, dll)
d) Deskripsi produk, mencakup nama, dan bentuk
sediaan
e) Jumlah produk, misal jumlah wadah dan jumlah
produk per wadah
f) Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa
g) Kondisi transportasi dan penyimpanan yang
ditetapkan
h) Nomor unik untuk order pengiriman.
7. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi,
pengujian serta organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
menjamin bahwa semua pengujian relevan telah dilakukan, dan bahwa
bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual
atau didistribusikan, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi
persyaratan.
Bagian Pengawasan Mutu juga mempunyai tanggung jawab, antara lain
membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan
mutu, mengawasi pengendalian sampel pembanding dan sampel
pertinggal dari bahan dan produk bila perlu, memastikan kebenaran label
pada wadah bahan dan produk, memastikan pelaksanaan pemantauan
stabilitas produk, partisipasi dalam investigasi keluhan yang menyangkut
mutu produk, dll.
Kegiatan pengambilan sampel hendaklah dilaksanakan
dan dicatat sesuai dengan prosedur tertulis yang telah
disetujui yang menguraikan:
a) Metode pengambilan sampel
b) Peralatan yang digunakan
c) Jumlah sampel yang harus diambil
d) Instruksi untuk semua pembagian sampel yang
diperlukan
e) Tipe dan kondisi wadah sampel yang digunakan
f) Penandaan wadah yang disampling
g) Semua tindakan khusus yang harus diperhatikan,
terutama yang berkaitan dengan pengambilan
sampel bahan berbahaya
h) Kondisi penyimpanan
i) Prosedur pembersihan dan penyimpanan alat
pengambil sampel.
8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU, DAN AUDIT PERSETUJUAN PEMASOK

Tujuan inspeksi diri untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi


dan pengawasan mutu IOT memenuhi ketentuan CPOTB. Program
inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOTB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan. Laporan hasil inspeksi diri mencakup:
a) Semua hasil pengamatan yang dilakukan selama pemeriksaan dan,
bila memungkinkan
b) Saran untuk tindakan perbaikan.

Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit


mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Kepala
Pemastian Mutu hendaklah bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait
untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan
awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
9. KELUHAN DAN PENARIKAN PRODUK
Setelah produk diedarkan, pengembalian apa pun dari jaringan distribusi
sebagai akibat dari cacat mutu hendaklah dianggap dan dikelola sebagai
penarikan produk. (Ketentuan ini tidak berlaku untuk pengambilan atau
pengembalian sampel produk dari jaringan distribusi untuk memfasilitasi
investigasi terhadap masalah/laporan cacat mutu). Catatan distribusi
berisi informasi yang lengkap mengenai distributor dan pelanggan yang
dipasok secara langsung (dengan alamat, nomor telepon, dan/atau
nomor fax pada saat jam kerja dan di luar jam kerja, nomor bets dan
jumlah yang dikirim), termasuk distributor di luar negeri untuk produk
yang diekspor.

Selain penarikan produk, perlu dipertimbangkan tindakan tambahan


untuk mengurangi risiko yang terjadi akibat cacat mutu. Tindakan
tersebut dapat mencakup penerbitan surat yang memperingatkan
tenaga kesehatan profesional terkait penggunaan bets yang
berpotensi cacat.
Catatan keluhan hendaklah mencakup:
a) Nama dan alamat pengaju keluhan
b) Nama (dan, jika perlu jabatan) dan nomor telepon
orang yang menyampaikan keluhan
c) Sifat keluhan (termasuk nama dan no. bets produk)
d) Tanggal keluhan diterima
e) Tindakan awal yang diambil (termasuk tanggal dan
identitas personel pengambil tindakan)
f) Tindak lanjut yang telah diambil
g) Respon yang diberikan kepada pengaju keluhan
(termasuk tanggal respon dikirimkan)
h) Keputusan akhir terhadap bets/lot produk antara
atau produk jadi
10. DOKUMENTASI

Dokumentasi dapat dibuat dalam berbagai bentuk, termasuk media


berbasis kertas, elektronik atau fotografi. Tujuan utama sistem
dokumentasi yang digunakan haruslah untuk membangun,
mengendalikan, memantau dan mencatat semua kegiatan yang secara
langsung atau tidak langsung berdampak pada semua aspek mutu
produk. Ada dua jenis dokumentasi utama yang digunakan untuk
mengelola dan mencatat pemenuhan CPOTB: prosedur/instruksi
(petunjuk, persyaratan) dan catatan/laporan.
DOKUMENTASI CPOTB YANG DIPERLUKAN (BERDASARKAN JENIS)

Dokumen Induk Industri Obat Tradisional (DIIOT) adalah dokumen yang menjelaskan
aktivitas terkait CPOTB. Jenis instruksi :
a) Spesifikasi: menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk
atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan.
b) Dokumen Produksi Induk, Formula Pembuatan, Prosedur Pengolahan,
Prosedur Pengemasan dan Instruksi Pengujian/Metode Analisis: menyajikan
rincian semua bahan awal, peralatan dan sistem komputerisasi yang akan
digunakan dan menjelaskan semua prosedur pengolahan, pengemasan,
pengambilan sampel dan pengujian.
c) Prosedur (disebut juga Prosedur Tetap disingkat Protap): memberikan petunjuk
cara pelaksanaan suatu kegiatan tertentu.
d) Protokol (kualifikasi, validasi, uji stabilitas, dll): memberikan instruksi untuk
melakukan dan mencatat kegiatan tertentu.
e) Perjanjian Teknis: disepakati antara pemberi kontrak dan penerima kontrak untuk
kegiatan alih daya.
Jenis catatan/laporan:
a) Catatan : menyajikan bukti dari berbagai tindakan yang
dilakukan untuk membuktikan pematuhan terhadap
instruksi, misal kegiatan, kejadian, investigasi, dalam hal
bets yang dibuat, merupakan riwayat setiap bets produk,
termasuk distribusinya.
b) Sertifikat Analisis : berisi ringkasan hasil pengujian sampel
produk atau bahan termasuk evaluasi untuk memenuhi
spesifikasi yang dipersyaratkan.
c) Laporan : mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan
tertentu, pelaksanaan proyek atau penyelidikan tertentu,
dilengkapi hasil, kesimpulan dan rekomendasi.
11. KEGIATAN ALIH DAYA

Aktivitas yang tercakup dalam Pedoman CPOTB yang dialihdayakan


harus didefinisikan, disetujui dan dikendalikan dengan benar untuk
menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menghasilkan produk atau
pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Semua catatan terkait
kegiatan alih daya, misal catatan pengolahan, analisis dan distribusi,
serta sampel pembanding.
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

Sebagai bagian dari sistem MRM, keputusan mengenai cakupan dan


luas kualifikasi-validasi fasilitas, peralatan, sarana penunjang, dan proses
hendaklah didasarkan pada penilaian risiko yang dijustifikasi dan
didokumentasikan. Data pendukung kualifikasi dan studi validasi yang
diperoleh dari sumber di luar program industri dapat digunakan, dengan
syarat pendekatan ini telah dijustifikasi dan ada jaminan yang memadai
bahwa pengendalian telah dilakukan saat mengambil alih data tersebut.
Validasi proses hendaklah menetapkan bahwa semua atribut mutu dan
parameter proses yang dianggap penting guna memastikan keadaan
terkendali dan mutu produk yang memenuhi persyaratan dapat dipenuhi
secara konsisten oleh proses tersebut.
13. SISTEM KOMPUTERISASI
Sistem komputerisasi adalah seperangkat komponen perangkat lunak
dan perangkat keras yang bersamasama melakukan fungsi-fungsi
tertentu. Sistem komputerisasi yang menukar data secara elektronik
dengan sistem lain harus mencakup built-in checks yang tepat untuk
pemasukan dan pemrosesan data yang benar dan aman agar
meminimalisasi risiko. Sistem komputerisasi harus dievaluasi secara
berkala untuk memastikan bahwa sistem tersebut tetap berada dalam
status tervalidasi dan memenuhi ketentuan CPOTB. Evaluasi tersebut
hendaklah mencakup, di mana diperlukan, rentang fungsionalitas terkini,
catatan penyimpangan, insiden, masalah, riwayat pemuktahiran
(upgrade), kinerja, keandalan, keamanan dan laporan status validasi.
Diciptakan kerja sama yang erat antar semua personel terkait seperti
Pemilik Proses, Pemilik Sistem, Personel Berwenang dan TI.
14. CARA PEMBUATAN BAHAN AKTIF OBAT TRADISIONAL YANG BAIK
Sistem MRM hendaklah memastikan bahwa:
a) Evaluasi risiko mutu didasarkan pada pengetahuan
ilmiah, pengalaman proses dan paling utama
dikaitkan dengan perlindungan konsumen melalui
komunikasi dengan pengguna BAOT.
b) Tingkat upaya, formalitas, dan dokumentasi MRM
hendaklah setara dengan tingkat risiko.

Kriteria keberterimaan dan tipe serta rentang pengujian


dapat tergantung pada:
a) Sifat produk antara atau BAOT yang dibuat
b) Langkah proses yang dilakukan
c) Tingkat di mana proses menghasilkan variabilitas
mutu produk.
15. SISTEM KOMPUTERISASI
Sampel diretensi untuk dua tujuan; pertama menyediakan sampel untuk
pengujian dan kedua meyediakan spesimen produk jadi. Karena itu sampel
dibagi ke dalam dua kategori:
Sampel pembanding: sampel suatu bets dari bahan awal, bahan pengemas
atau produk jadi yang disimpan untuk tujuan pengujian apabila ada kebutuhan,
selama masa simpan dari bets terkait.
Sampel pertinggal: sampel produk jadi dalam kemasan lengkap dari suatu
bets disimpan untuk tujuan identifikasi sebagai contoh, tampilan, kemasan,
label, brosur, nomor bets, tanggal daluwarsa, apabila dibutuhkan selama masa
edar bets terkait.

Sampel pembanding dan sampel pertinggal dari tiap bets produk jadi
hendaklah disimpan sekurangnya satu tahun setelah tanggal
kedaluwarsa. Sampel pembanding hendaklah dikemas dalam
kemasan akhir primer atau dalam kemasan menggunakan bahan
pengemas yang sama dengan kemasan primer di mana obat
tradisional dipasarkan.
16. MANAJEMEN RISIKO MUTU (MRM)
Risiko adalah kombinasi probabilitas terjadi kerusakan (pada
kesehatan masyarakat) dengan tingkat keparahan dari kerusakan
tersebut. MRM adalah proses sistematis untuk menilai, mengendalikan,
mengomunikasikan, dan mengkaji risiko terhadap mutu obat tradisional
sepanjang siklus-hidup.
Dua prinsip utama dalam MRM adalah:
a) Evaluasi risiko terhadap mutu hendaklah berdasarkan
pengetahuan ilmiah dan dikaitkan dengan perlindungan konsumen
sebagai tujuan akhir
b) Tingkat usaha, formalitas, dan dokumentasi MRM hendaklah
setara dengan tingkat risiko.
Contoh penggunaan untuk IOT dan Badan POM:
Manajemen Mutu.
Contoh penggunaan untuk kegiatan dan aktivitas IOT:
• Pengembangan
• Fasilitas, peralatan dan sarana penunjang
• Pengelolaan material
• Produksi
• Pengujian di laboratorium dan uji stabilitas
• Pengemasan dan pelabelan
Contoh penggunaan untuk fungsi pengawasan Badan POM:
Aktivitas inspeksi dan penilaian.
Daftar pustaka
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2021. Penerapan Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Jakarta : Badan
Pengawasan Obat dan Makanan
01
CPKB
CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG
BAIK ( CPKB )
Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik
yang selanjutnya disingkat CPKB adalah
seluruh aspek kegiatan pembuatan
Kosmetika yang bertujuan untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan
senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang ditetapkan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
Sertifikat Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik yang
selanjutnya disebut Sertifikat CPKB adalah dokumen sah yang
merupakan bukti bahwa Industri Kosmetika telah memenuhi
persyaratan CPKB dalam pembuatan Kosmetika.
Industri Kosmetika adalah industri yang memproduksi
Kosmetika yang telah memiliki izin usaha industri atau tanda
daftar industri sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sistem Manajemen Mutu

Sistem mutu dibuat, ditetapkan dan diterapkan sehingga


kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat
dicapai. Sistem menetapkan struktur organisasi, tugas dan
fungsi, tanggung jawab, prosedur, instruksi, proses dan sumber
daya untuk menerapkan manajemen mutu.

Pelaksanaan sistem mutu harus menjamin apabila diperlukan,


dilakukan pengambilan sampel dan pengujian bahan awal, produk
antara dan produk jadi untuk menentukan status lulus atau ditolak
berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengujian yang dilakukan.
PERSONALIA
Tersedia personil dalam jumlah yang cukup
dan mempunyai pengetahuan, pengalaman,
keterampilan dan kemampuan yang sesuai
dengan tugas dan fungsinya. Personil dalam
keadaan sehat dan mampu mengerjakan
tugasnya.

1. Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung Jawab

Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi


dan pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang
berbeda dan tidak bertanggung jawab satu kepada
yang lain. Kepala Bagian Produksi telah mendapat
pelatihan yang memadai dan berpengalaman dalam
pembuatan Kosmetika. Ia mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab dalam manajemen produksi yang
meliputi semua pelaksanaan kegiatan, peralatan,
personil produksi, area produksi dan pencatatan.
PELATIHAN
Semua personil yang langsung terlibat

2
dalam kegiatan pembuatan mendapatkan
pelatihan yang sesuai dengan prinsip
CPKB. Personil yang bekerja
bersinggungan dengan bahan yang
berbahaya harus mendapatkan pelatihan
khusus. Pelatihan CPKB dilakukan secara
berkelanjutan. Catatan hasil pelatihan
disimpan dan efektivitas pelatihan
dievaluasi secara periodik
BANGUNAN DAN FASILITAS

Tersedia area khusus dan terpisah untuk :


- penyimpanan bahan yang mudah terbakar dan bahan yang mudah meledak,
- bahan yang sangat beracun,
- bahan yang ditolak,
- bahan yang ditarik dari peredaran,
- produk kembalian.

Apabila diperlukan, disediakan area/ruang penyimpanan dilengkapi dengan alat


pengukur suhu, kelembapan serta untuk menjamin keamanannya.

Penyimpanan label dan bahan kemas cetak, ditata sedemikian rupa sehingga
masing-masing label dan bahan kemas cetak yang berbeda tersimpan secara
terpisah untuk menghindari terjadi campur baur.
PERALATAN

1. Desain dan Konstruksi 2. Instalasi dan Penempatan


Permukaan peralatan yang bersentuhan Peralatan/mesin ditempatkan sedemikian rupa untuk
dengan bahan yang sedang diproses, tidak menghindari kesesakan dan diberi penandaan yang
boleh bereaksi atau menyerap bahan tersebut. jelas untuk memastikan tidak terjadi campur baur
Peralatan tidak boleh menimbulkan efek yang antar produk. Saluran air, uap air, udara bertekanan
merugikan terhadap produk yang sedang atau vakum jika diperlukan, dipasang sedemikian rupa
diproses. Hal tersebut dapat disebabkan oleh sehingga mudah dijangkau selama kegiatan produksi
kebocoran katup, tetesan pelumas, modifikasi berlangsung. Saluransaluran di atas diberi tanda yang
atau adaptasi yang tidak tepat. jelas
3. Pemeliharaan

Peralatan untuk menimbang, mengukur, menguji dan


mencatat, dirawat dan dikalibrasi secara berkala.
Semua catatan perawatan dan kalibrasi disimpan
dengan baik.
PENGAWASAN MUTU
Pengawasan mutu meliputi: Pengambilan sampel, pemeriksaan dan
pengujian terhadap bahan awal, produk dalam proses, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi. Jika diperlukan, pengawasan mutu juga
meliputi :
a. Program pemantauan lingkungan,
b. Pengkajian batch dokumen,
c. Program sampel pertinggal,
d. Pengujian stabilitas,
e. Pemeliharaan data spesifikasi bahan awal dan produk jadi.
DOKUMENTASI
Sistem dokumentasi meliputi riwayat setiap batch, mulai dari bahan awal
sampai produk jadi. Sistem ini merekam aktivitas yang dilakukan, meliputi
pemeliharaan peralatan, penyimpanan, pengawasan mutu, distribusi dan hal-hal
spesifik lain yang terkait dengan CPKB.

Bila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen, dilakukan


perbaikan sedemikian rupa sehingga naskah aslinya tetap
terdokumentasi. Perbaikan ditulis sedekat mungkin pada tulisan awal,
diparaf dan diberi tanggal.
Spesifikasi
Spesifikasi bahan baku dan bahan pengemas meliputi :
a. Nama bahan.
b. Deskripsi bahan.
c. Parameter uji dan batas penerimaan.
d. Gambar teknis, jika diperlukan.
e. Peringatan khusus, misal kondisi penyimpanan dan keamanan, bila perlu.

Spesifikasi Produk Ruahan dan Produk Jadi meliputi :


a. Nama Produk.
b. Deskripsi.
c. Sifat-sifat fisik.
d. Pengujian kimia dan/atau mikrobiologi serta batas penerimaan/persyaratan,
bila perlu.
e. Kondisi penyimpanan dan peringatan keamanan, bila perlu.
Dokumen Produksi
Dokumen Induk Dokumen Induk tersedia setiap diperlukan. Dokumen ini berisi informasi :

a. Nama produk dan kode/nomor produk.


b. Bahan pengemas yang diperlukan dan kondisi penyimpanannya.
c. Daftar bahan baku yang digunakan, baik yang tetap atau yang telah diubah.
d. Daftar peralatan yang digunakan.
e. Pengawasan selama proses dengan batasan-batasan dalam proses pengolahan dan
pengemasan, jika diperlukan
Catatan Pembuatan batch

Dokumen ini berisi informasi mengenai:


a. Nama produk,
b. Formula per batch,
c. Proses pembuatan secara ringkas,
d. Nomor batch/kode produksi,
e. Tanggal mulai dan selesainya pengolahan dan pengemasan,
f. Identifikasi peralatan utama, lini atau lokasi yang digunakan,
g. Catatan pembersihan peralatan yang sesuai,
h. Catatan pemeriksaan lini pengemasan,
i. Pengambilan sampel dilakukan pada setiap tahap proses pembuatan pengolahan,
j. Dilakukan investigasi terhadap kegagalan atau ketidaksesuaian yang spesifik,
k. Hasil pemeriksaan terhadap produk yang sudah dikemas dan diberi label
Catatan Pengawasan Mutu
Catatan yang dimaksud meliputi:

a. Tanggal pengujian,
b. Identifikasi bahan baku,
c. Nama pemasok,
d. Tanggal penerimaan,
e. Nomor batch asli dari bahan baku bila ada,
f. Nomor batch produk,
g. Nomor pemeriksaan mutu,
h. Jumlah produk antara/produk ruahan/ produk jadi yang diterima,
i. Tanggal pengambilan sampel,
j. Hasil pemeriksaan mutu
AUDIT INTERNAL

Audit Internal terdiri dari kegiatan penilaian dan pengujian seluruh atau
sebagian dari sistem mutu dengan tujuan untuk meningkatkan sistem
mutu. Audit Internal dapat dilakukan oleh pihak luar atau auditor
profesional independen atau tim internal yang ditetapkan oleh
manajemen untuk keperluan ini. Bila perlu, pelaksanaan audit internal
dapat diperluas sampai ke tingkat pemasok dan kontraktor. Laporan
dibuat pada setiap kegiatan audit internal selesai dilaksanakan.
PENYIMPANAN

Area penyimpanan memiliki kapasitas yang cukup


sehingga memungkinkan penyimpanan berbagai
jenis bahan dan produk secara teratur, meliputi
penyimpanan untuk bahan awal, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi, produk yang
dikarantina, dan produk yang lulus uji, ditolak, Tempat penerimaan dan pengiriman dapat
dikembalikan atau ditarik dari peredaran. melindungi bahan/produk dari pengaruh cuaca.
Area penerimaan didesain dan dilengkapi untuk
memungkinkan bahan baku/produk yang datang
dapat dibersihkan bila perlu sebelum disimpan.
KONTRAK PRODUKSI DAN PENGUJIAN

Pelaksanaan kontrak produksi dan pengujian secara jelas ditetapkan,


disepakati dan diawasi, agar tidak terjadi kesalahpahaman, yang dapat
berakibat mutu produk atau pekerjaan yang dihasilkan tidak
memuaskan.
Semua aspek pekerjaan yang dikontrakkan ditetapkan agar
menghasilkan mutu produk yang memenuhi standar yang disetujui
bersama. Perjanjian kontrak antara pihak pemberi kontrak dan pihak
penerima kontrak dibuat secara tertulis dengan menguraikan secara
jelas tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak
PENANGANAN KELUHAN DAN PENARIKAN PRODUK

Ditentukan personil yang bertanggung jawab untuk menangani keluhan


dan yang dapat memberikan keputusan. Bila personil yang ditunjuk
bukan merupakan personil yang diberi kewenangan untuk menangani hal
tersebut, maka personil tersebut diberi arahan untuk waspada terhadap
kasus-kasus keluhan, investigasi atau penarikan

Catatan keluhan ditinjau secara periodik untuk menemukan masalah spesifik


atau berulang yang memerlukan perhatian dan mungkin menjadi dasar
pembenaran bagi penarikan produk di peredaran.
Apabila terjadi kegagalan produk dan kerusakan produk yang berdampak
pada keamanan produk, instansi yang berwenang diberitahu.
Penarikan Produk
Dibuat sistem penarikan dari peredaran terhadap produk yang diketahui
atau diduga cacat atau bermasalah.

Ditugaskan personil yang bertanggung jawab serta personil lain untuk


pelaksanaan yang tepat bagi seluruh aspek yang berkaitan dengan
penarikan produk.

Dibuat prosedur tertulis mengenai penarikan produk dan dilakukan peninjauan


kembali secara berkala. Pelaksanaan penarikan produk dilakukan secara tepat dan
efektif.

Perkembangan proses penarikan produk dicatat dan dibuat laporan akhir, meliputi
rekonsiliasi/kesesuaian jumlah produk yang telah dikirim dan yang ditarik kembali.
Daftar pustaka

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2021.


Penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang
Baik. Jakarta : Badan Pengawasan Obat dan Makanan
01
SERTIFIKASI ISO
International Organization for
Standardization (ISO)
ISO adalah sebuah kata serapan yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti artinya
sama atau setara (Suardi,2001), namun dalam kaitan ini ISO (International
Organization for Standardization) adalah suatu badan standar dunia yang dibentuk
untuk meningkatkan perdagangan internasional yang berkaitan dengan barang dan
jasa. ISO merupakan organisasi internasional yang bertanggung jawab dalam
penyusunan standar baru ataupun revisi ISO standar yang telah ada. Standar yang
dikeluarkan oleh ISO, dipersiapkan oleh Technical Committee yang mewakili
organisasi serta kalangan industri.
ISO membawahi sejumlah badan sertifikasi
nasional yang terdiri dari 135 negara atau lebih di seluruh
dunia. Pada umumnya, ISO terkait dengan mutu produk
maupun jasa, standar-standar yang telah ditetapkan akan
ditinjau kembali dalam kurun waktu 5 s/d 6 tahun untuk
memastikan standar tersebut masih relevan dengan
perkembangan dunia usaha. Standar yang ditetapkan oleh
ISO tidak bersifat teknis pelaksanaan, tetapi merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam
penerapannya.
Pada intinya, ISO memiliki tujuan untuk mengharmonisasi standar
standar nasional di masing masing negara menjadi satu standar
nasional yang sama dan bisa digunakan sebagai : (Rabbit & Bergh,
1994)

1. Fondasi dari kegiatan perkbaikan yang berlangsung kontinu untuk menjamin


kepuasan pelanggannya
2. Sistem dokumentasi yang benar dari perusahaan 3) Cara yang jelas dan sistematik
dari manajemen mutu
3. Mendapatkan stabilitas dan konsistensi dalam kegiatan, sistem dan proyek

4. Kerangka kerja yang bagus untuk perbaikan mutu 6) Praktek manajemen yang lebih
efektif dengan otoritas dan tanggung jawab yang jelas terhadap proses dan produk
5. Pedoman untuk melakukan segala sesuatu yang benar di setiap saat
6. Cara untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, mutu, dan kemampuan
berkompetensi dari perusahaan
7. Persyaratan melakukan bisnis internasional
ISO 9000
adalah sekumpulan standar yang
digunakan untuk sistem manajemen mutu
(SMM). ISO 9000 pertama kali dirumuskan
oleh TC 176 ISO pada tahun 1987. TC 176
ISO (International Organization for
Standardization Techinal Commite) atau
biasa disingkat ISO/TC. ISO/TC176 ini
yang akan terus bertanggung jawab untuk
standar standar mnagemen mutu . Selain
itu iso/TCI 176 juga bertanggung jawab
untuk peninjauan setiap lima tahun sekali
guna menjamin bahwa standar standar
yang masih berlaku tetap sesuai dan bisa
menjadi patokan dalam standar mutu.
SERTIFIKASI

Tujuan sertifikasi ini adalah untuk


menjamin produk atau jasa yang
dihasilkkan suatu perusahaan
memenuhi persyaratan yang
ditetapkan badan standar dunia
yaitu, ISO.
URUTAN PROSES SERTIFIKASI Urutan proses kegiatan sertifikasi untuk
skema sertifikasi Sistem Manajemen secara
umum dijelaskan di bawah ini dan secara
lebih rinci dijelaskan dalam masing-masing
1. Pengisian aplikasi oleh calon klien
bagian dalam dokumen aturan pelaksanaan
2. Tinjauan aplikasi oleh MUTU International
ini.
3. Persetujuan biaya dan pembuatan kontrak / SPK
sertifikasi antara MUTU International dan klien.
4. Audit awal, terdiri dari audit awal tahap 1 dan
tahap 2
5. Pengambilan keputusan sertifikasi oleh MUTU
International
6. Penerbitan sertifikat oleh MUTU International
7. Audit surveillance pertama oleh MUTU
International
8. Audit surveillance kedua oleh MUTU
International
9. Audit resertifikasi oleh MUTU International
SERTIFIKASI IS0 9001 2015
Merupakan suatu standar bertaraf internasional untuk Sertifikasi
Sistem Manajemen Mutu, atau bisa disebut juga sebagai Sertifikasi Sistem
Manajemen Kualitas. Sertifikasi ini menetapkan berbagai persyaratan, pedoman,
dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu Serifikasi Manajemen
Kualitas.

Ketika perusahaan telah berhasil lulus audit dan mendapatkan ISO 9001 2015,
artinya perusahaan tersebut telah memenuhi berbagao persyaratan yang telah
ditetapkan secara internasional. Hal tersebut dapat membuat terpenuhinya
kebutuhan konsumen secara spesifik, yaitu dimana perusahaan bertanggung jawab
atas jaminan kualitas produk-produk yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Suardi, Rudi. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000: 2001penerapannya untuk
mencapai TQM, PPM.
Adanan Silaban. 2011. Pengaruh Multidimensi Komitmen Profesional
Terhadap Perilaku Audit Disfungsional. Jurnal Akuntansi &
Auditing. Vol. 8. No. 1.
Bergh, P.A., & Rabbit, J.T. (1994). The ISO 9000 book. New York: Quality
Resources.
01
SERTIFIKASI HALAL
Sertifikasi Halal
Sertifikat Halal
02 Sertifikat Halal adalah pengakuan
kehalalan suatu produk yang
dikeluarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Produk
Jaminan Produk Halal (JPH) Halal berdasarkan fatwa halal

Jaminan Produk Halal (JPH)


01 tertulis yang dikeluarkan oleh
Majelis Ulama Indonesia.
adalah kepastian hukum
terhadap kehalalan suatu produk
Produk Halal
yang dibuktikan dengan 03
Sertifikat Halal.
Produk Halal adalah produk
yang telah dinyatakan halal
sesuai dengan syariat Islam.

Sumber : PP RI Nomor 31 Tahun 2019


Jaminan Produk Halal (JPH)
Penyelenggara Membentuk BPJPH
(Badan Penyelenggara Jaminan
Menteri Produk Halal)

Tugas :
• Merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH
Bekerja sama dengan : • Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria JPH
1. Kementerian • Menerbitkan dan mencabut Sertifikat Halal dan Label Halal
dan/atau lembaga pada Produk
terkait • Melakukan registrasi Sertifikat Halal pada Produk luar negeri
2. LPH (Lembaga • Melakukan sosialisasi, edukasi, dan publikasi Produk Halal
Pemeriksa Halal) • Melakukan akreditasi terhadap LPH
3. MUI • Melakukan registrasi Auditor Halal
• Melakukan pengawasan terhadap JPH
• Melakukan pembinaan Auditor Halal
• Melakukan kerja sama dengan lembaga dalam dan luar negeri
di bidang penyelenggaraan JPH
Sumber : PP No. 31 Tahun 2019
Pihak Yang Terlibat Dalam Sertifikasi Halal
Sebagai LPH Melakukan
pemeriksaan kecukupan
dokumen, penjadwalan audit,
pelaksanaan audit, pelaksanaan
Melaksanakan Menetapkan kehalalan
rapat auditor, penerbitan audit
penyelenggaraan memorandum, penyampaian produk berdasarkan hasil
jaminan produk berita acara hasil audit pada audit dan menerbitkan
halal. rapat Komisi Fatwa MUI. Ketetapan Halal MUI.

]
BPJPH LPPOM MUI MUI
Lokasi, Tempat, dan Alat Proses Produk Halal

Lokasi, tempat, dan alat PPH


wajib dipisahkan dengan Tempat dan alat PPH yang wajib
lokasi, tempat, dan alat dipisahkan :
untuk proses produk tidak a) Penyembelihan
halal. b) Pengolahan
c) Penyimpanan
Lokasi, tempat, dan alat PPH, d) Pengemasan
wajib : e) Pendistribusian
 Dijaga kebersihan dan f) Penjualan
higienitasnya g) Penyajian
 Bebas dari najis
 Bebas dari bahan tidak halal.

Sumber : PP No. 31 Tahun 2019


Alur Proses Sertifikasi Halal
1
Pengajuan Permohonan Sertifikat Halal

1. Pelaku Usaha mengajukan permohonan


Sertifikat Halal secara tertulis dalam Bahasa
Indonesia kepada BPJPH melalui sistem elektronik.
2. Dilengkapi dengan dokumen :
• Data Pelaku Usaha : nomor induk berusaha atau
dokumen izin usaha lainnya.
• Nama dan jenis Produk
• Daftar Produk dan Bahan yang digunakan : berasal
dari alam berupa tumbuhan dan bahan tambang
tanpa melalui proses pengolahan, dikategorikan
tidak berisiko mengandung bahan yang diharamkan;
dan/atau, tidak tergolong berbahaya serta tidak
bersinggungan dengan bahan haram.
• Pengolahan Produk.

Sumber : PP No. 39 Tahun 2021


Alur Proses Sertifikasi Halal

2
Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen
Permohonan Sertifikat Halal

 BPJPH melakukan pemeriksaan


kelengkapan dokumen permohonan
Sertifikat Halal

 Jangka waktu paling lama 1 (satu) Hari


sejak permohonan diterima BPJPH.

Sumber : PP No. 39 Tahun 2021


Alur Proses Sertifikasi Halal
3
Penetapan Lembaga Pemeriksa Halal untuk Melakukan Pemeriksaan dan/atau
Pengujian Kehalalan Produk

Permohonan Sertifikat Halal telah memenuhi


kelengkapan dokumen

Penetapan LPH mempertimbangkan : Akreditasi LPH, ruang


lingkup kegiatan LPH, aksesibilitas LPH, beban kerja LPH,
kinerja LPH.

Penetapan LPH dilakukan oleh BPJPH dalam jangka waktu paling


lama 1 (satu) Hari terhitung sejak dokumen permohonan dinyatakan
lengkap

Sumber : PP No. 39 Tahun 2021


Alur Proses Sertifikasi Halal
LPH melakukan pemeriksaan berdasarkan standar yang
telah ditetapkan oleh BPJPH.
4
Pengujian Kehalalan Produk

Pemeriksaan keabsahan
dokumen
Pemeriksaan dan/atau

Pemeriksaan berupa :
Pemeriksaan dan/atau
pengujian kehalalan Produk. Untuk produk yang diproduksi didalam negeri dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 15 hari sejak penetapan
Pemeriksaan produk dilakukan oleh Auditor LPH diterbitkan oleh BPJPH.
Halal di lokasi usaha pada saat proses produksi
secara tatap muka/secara daring (kondisi
darurat).
Untuk produk yang diproduksi di luar negeri
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 15 hari
sejak penetapan LPH diterbitkan oleh BPJPH.

LPH menyampaikan hasil pemeriksaan kehalalan produk kepada MUI


dengan tembusan kepada BPJPH berupa : nama dan jenis produk,
produk dan bahan yang digunakan, PPH, hasil analisis dan spesifikasi
bahan, berita acara pemeriksaan, dan rekomendasi
Sumber : PP No. 39 Tahun 2021
Alur Proses Sertifikasi Halal
5
Penetepan Kehalalan Produk

Dilaksanakan oleh MUI melalui sidang


fatwa halal MUI

Hasil sidang akan disampaikan kepada BPJPH


dalam jangka waktu paling lama 3 hari sejak
hasil pemeriksaan kelengkapan dokumen dari
LPH diterima oleh MUI

Sumber : PP No. 39 Tahun 2021


Alur Proses Sertifikasi Halal
6
Penerbitan Sertifikat Halal

BPJPH menerbitkan sertifikat halal


berlaku selama 4 tahun

Penerbitan sertifikat halal


oleh BPJPH dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 1
hari sejak keputusan
penetapan kehalalan produk
dari MUI diterima oleh BPJPH
Sumber : PP No. 39 Tahun 2021
Alur Proses Sertifikasi Halal
7
Perpanjangan Sertifikat Halal
01 02 03
• Sertifikat Halal wajib
diperpanjang oleh
pelaku usaha dengan
Dokumen yang harus dilengkapi :
mengajukan • Salinan Sertifikat Halal
perpanjangan. Perpanjangan Sertifikat • Surat pernyataan yang
• Sertifikat Halal paling Halal diajukan oleh menerangkan produk yang
lambat 3 (tiga) bulan pelaku Usaha secara didaftarkan tidak mengalami
sebelum masa berlaku perubahan PPH
tertulis dalam Bahasa
Sertifikat Halal berakhir. • Komposisi bahan dengan
Indonesia kepada BPJPH. dibubuhi materai sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

Sumber : PP No. 39 Tahun 2021


http://www.halal.go.id/layanan/sertifikasi
Biaya Sertifikasi Halal
2) Penetapan besaran atau
nominal biaya sertifikasi halal
diusulkan oleh Menteri kepada
menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang
keuangan sesuai dengan
1) Biaya sertifikasi halal ketentuan peraturan perundang-
dibebankan kepada undangan.
pelaku usaha yang
mengajukan permohonan
Sertifikat Halal namun
harus efisien dan 3) Tata cara pembayaran
terjangkau. biaya sertifikasi halal
diatur dalam Peraturan
BPJPH.

Sumber : PP No. 39 Tahun 2021


Contoh Sertifikat Halal
Daftar Pustaka
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 33
Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 39 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal
http://www.halal.go.id/layanan/sertifikasi
01
STABILITAS OBAT
BERDASARKAN ICH
Uji Stabilitas ICH dan Prinsip Pengujian
Uji stabilitas menurut ICH ( international conference on harmonization) adalah konferensi
internasional mengenai harmonisasi

Prinsip pengujian stabilitas berdasarkan pedoman ICH yaitu :

1. Memberikan bukti tentang kualitas bahan obat atau produk obat berdasarkan pengaruh faktor
lingkungan (suhu, kelembaban, dan cahaya).

2. Membangun masa tes ulang (bahan obat ) atau umur simpan (produk obat) dan kondisi
penyimpanan yang disarankan.

3. Pilihan kondisi pengujian yang ditentukan dalam panduan ini didasarkan pada analisis pengaruh
kondisi iklim di tiga wilayah EC, Jepang, dan Amerika Serikat. Suhu kinetik rata-rata di bagian dunia
mana pun dapat diturunkan dari data iklim, dan dunia dapat dibagi menjadi empat zona iklim, I-IV.
1. Umum 2. Pengujian Fotostabilitas
Rancangan studi stabilitas formal untuk
produk obat harus didasarkan pada
pengetahuan tentang perilaku dan sifat Pengujian fotostabilitas harus dilakukan
bahan obat dan dari studi stabilitas pada setidaknya satu bets primer produk
pada bahan obat dan pengalaman yang obat jika sesuai. Kondisi standar untuk
diperoleh dari studi formulasi klinis. uji fotostabilitas dijelaskan dalam ICH
Perubahan yang mungkin terjadi pada
Q1B.
penyimpanan dan alasan pemilihan
atribut yang akan diuji dalam studi
stabilitas formal harus dinyatakan.
3. Pemilihan Batch

Data dari studi stabilitas harus diberikan pada setidaknya tiga bets utama
produk obat. Batch primer harus memiliki formulasi yang sama dan dikemas dalam sistem
penutupan wadah yang sama seperti yang diusulkan untuk pemasaran. Proses pembuatan
yang digunakan untuk bets primer hendaklah mensimulasikan proses yang diterapkan pada
bets produksi dan harus menyediakan produk dengan mutu yang sama dan memenuhi
spesifikasi yang sama seperti yang dimaksudkan untuk pemasaran. Jika memungkinkan, bets
produk obat harus dibuat dengan menggunakan bets bahan obat yang berbeda. Studi
stabilitas harus dilakukan pada masing-masing kekuatan individu dan ukuran wadah dari
produk obat kecuali dilakukan bracketing atau matrixing.
4. Sistem Penutupan Kontainer

Uji stabilitas harus dilakukan pada bentuk sediaan yang dikemas


dalam sistem penutupan wadah yang diusulkan untuk pemasaran
(termasuk, jika sesuai, setiap kemasan sekunder dan label wadah).
Setiap studi yang tersedia yang dilakukan pada produk obat di luar
wadah langsungnya atau dalam bahan pengemas lainnya dapat
membentuk bagian yang berguna dari uji stres bentuk sediaan atau
dapat dianggap sebagai informasi pendukung, masing-masing.

5. Spesifikasi
Studi stabilitas harus mencakup pengujian atribut produk obat yang rentan terhadap
perubahan selama penyimpanan dan cenderung mempengaruhi kualitas, keamanan,
dan/atau khasiat. Pengujian harus mencakup, jika sesuai, atribut fisik, kimia, biologi,
dan mikrobiologi, kandungan pengawet (misalnya, antioksidan, pengawet
antimikroba), dan uji fungsionalitas (misalnya, untuk sistem penghantaran dosis).
6. Kondisi Penyimpanan

Secara umum, produk obat harus


dievaluasi dalam kondisi
penyimpanan (dengan toleransi yang
sesuai) yang menguji stabilitas
termalnya dan, jika dapat diterapkan,
kepekaannya terhadap kelembapan
atau potensi kehilangan pelarut.
Kondisi penyimpanan dan lama studi
yang dipilih harus cukup untuk
menutupi penyimpanan, pengiriman,
dan penggunaan selanjutnya.
Tabel 1. Kasus umum

Study Kondisi penyimpanan Periode waktu minimum


yang dicakup oleh data
saat pengiriman
Jangka panjang* 25°C ± 2°C/60% RH ± 5% RH atau 12 bulan
30°C ± 2°C/65% RH ± 5% RH

Intermediat** 30°C ± 2°C/65% RH ± 5% RH 6 bulan

Dipercepat 40°C ± 2°C/75% RH ± 5% RH 6 bulan

* Terserah pemohon untuk memutuskan apakah studi stabilitas jangka panjang dilakukan pada
usia 25 tahun± 2°C/60% RH±5% RH atau 30°C±2°C/65% RH±5% RH.
* * Jika 30°C±2°C/65% RH±5% RH adalah kondisi jangka panjang, tidak ada kondisi perantara.
Secara umum, "perubahan signifikan" untuk produk obat
didefinisikan sebagai:

1. Perubahan kadar sebesar 5% dari nilai awalnya; atau kegagalan untuk memenuhi kriteria
penerimaan untuk potensi saat menggunakan prosedur biologi atau imunologi;
2. Setiap produk degradasi yang melebihi kriteria keberterimaannya;

3. Kegagalan untuk memenuhi kriteria penerimaan untuk penampilan, atribut fisik, dan
uji fungsionalitas (misalnya, warna, pemisahan fasa, resuspendibilitas, caking,
kekerasan, pengiriman dosis per aktuasi); namun, beberapa perubahan sifat fisik
(misalnya, pelunakan supositoria, melelehnya krim) dapat terjadi pada kondisi yang
dipercepat; dan, yang sesuai untuk bentuk sediaan:
4. Kegagalan untuk memenuhi kriteria penerimaan pH; atau
5. Tidak memenuhi kriteria penerimaan pembubaran untuk 12 unit sediaan.
 Produk obat dikemas dalam wadah kedap air
Kepekaan terhadap kelembaban atau potensi hilangnya pelarut tidak
menjadi perhatian untuk produk obat yang dikemas dalam wadah
kedap air yang memberikan penghalang permanen untuk lewatnya
kelembaban atau pelarut. Dengan demikian, studi stabilitas untuk
produk yang disimpan dalam wadah kedap air dapat dilakukan
dibawah kondisi kelembaban yang terkendali atau ambien.

 Produk obat dikemas dalam wadah semi permeabel


Produk berbahan dasar air yang dikemas dalam wadah semipermeabel
harus dievaluasi untuk potensi kehilangan air selain stabilitas fisik, kimia,
biologi, dan mikrobiologi. Evaluasi ini dapat dilakukan pada kondisi
kelembaban relatif rendah, seperti dibahas di bawah ini. Pada akhirnya,
harus ditunjukkan bahwa produk obat berbahan dasar air yang disimpan
dalam wadah semipermeabel dapat bertahan di lingkungan dengan
kelembapan relatif rendah.
Tabel 2. Produk obat dikemas dalam wadah semi permeabel

Study Kondisi penyimpanan Jangka waktu minimal


dicakup oleh data pada saat
penyerahan

Jangka panjang* 25°C ± 2°C/40% RH ± 5% RH 12 bulan


atau
30°C ± 2°C/35% RH ± 5% RH

Intermediat** 30°C ± 2°C/65% RH ± 5% RH 6 bulan

Dipercepat 40°C ± 2°C/tidak lebih dari 6 bulan


(NMT) 25% RH

* Terserah pemohon untuk memutuskan apakah studi stabilitas jangka panjang dilakukan
pada usia 25 tahun± 2°C/40% RH±5% RH atau 30°C±2°C/35% RH±5% RH.
* * Jika 30°C±2°C/35% RH±5% RH adalah kondisi jangka panjang, tidak ada kondisi
perantara.
Lanjutan...
Untuk studi jangka panjang yang dilakukan pada 25°C ± 2°C/40% RH ±
5% RH, pengujian tambahan pada kondisi penyimpanan antara harus
dilakukan seperti yang dijelaskan pada kasus umum untuk mengevaluasi
efek suhu pada 30°C jika signifikan perubahan selain kehilangan air
terjadi selama pengujian 6 bulan pada kondisi penyimpanan dipercepat.
Perubahan signifikan dalam kehilangan air saja pada kondisi
penyimpanan yang dipercepat tidak memerlukan pengujian pada kondisi
penyimpanan antara. Namun, data harus diberikan untuk menunjukkan
bahwa produk obat tidak akan mengalami kehilangan air yang signifikan
selama umur simpan yang diusulkan jika disimpan pada suhu 25°C dan
referensi kelembaban relatif 40% RH.
Lanjutan...
Contoh pendekatan untuk menentukan kehilangan air:

Untuk produk dalam sistem penutupan wadah tertentu, ukuran wadah, dan
isi, pendekatan yang tepat untuk menurunkan tingkat kehilangan air pada
kelembaban relatif referensi adalah dengan mengalikan tingkat kehilangan
air yang diukur pada kelembaban relatif alternatif pada suhu yang sama
dengan air rasio tingkat kerugian yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tingkat kehilangan air linier pada kelembaban relatif alternatif selama
periode penyimpanan harus ditunjukkan. Misalnya, pada suhu tertentu,
misalnya 40°C, laju kehilangan air yang dihitung selama penyimpanan pada
NMT 25% RH adalah laju kehilangan air yang diukur pada 75% RH
dikalikan dengan 3,0, rasio laju kehilangan air yang sesuai.
Tabel 3. kelembapan

Kelembapan alternatif Kelembapan relatif Rasio tingkat


kehilangan air pada
suhu yang diberikan
60% RH 25% RH 1,9
60% RH 40% RH 1,5
65% RH 35% RH 1,9
75% RH 25% RH 3,0

Rasio tingkat kehilangan air yang valid pada kondisi kelembaban relatif selain yang
ditunjukkan pada tabel di atas juga dapat digunakan.
Tabel 4. Produk obat yang dimaksudkan untuk disimpan di
lemari es

Study Kondisi penyimpanan Periode waktu minimum yang


dicakup oleh data saat
pengiriman
Jangka panjang 5°C ± 3°C 6 bulan

Dipercepat 25°C ± 2°C/60% RH ± 5% RH 6 bulan

Data dari penyimpanan berpendingin harus dinilai sesuai dengan bagian evaluasi pedoman
ini, kecuali secara eksplisit disebutkan di bawah ini.

“Jika perubahan signifikan terjadi antara pengujian 3 dan 6 bulan pada kondisi penyimpanan dipercepat,
masa simpan yang diusulkan harus didasarkan pada data real time yang tersedia dari kondisi penyimpanan
jangka panjang.”
Jika perubahan signifikan terjadi dalam pengujian
3 bulan pertama pada kondisi penyimpanan dipercepat,
diskusi harus dilakukan untuk membahas pengaruh
kunjungan jangka pendek di luar kondisi penyimpanan label,
misalnya selama pengapalan dan penanganan. Diskusi ini
dapat didukung, jika sesuai, dengan pengujian lebih lanjut
pada satu bets produk obat untuk jangka waktu kurang
dari 3 bulan tetapi dengan pengujian yang lebih sering dari
biasanya. Dianggap tidak perlu untuk terus menguji produk
selama 6 bulan ketika perubahan signifikan telah terjadi
dalam 3 bulan pertama.
Tabel 5. Produk obat yang dimaksudkan
untuk disimpan dalam freezer

Study Kondisi penyimpanan Periode waktu minimum


yang dicakup oleh data
saat pengiriman
Jangka panjang - 20°C ± 5°C 12 bulan

Produk obat yang ditujukan untuk penyimpanan di bawah -20°C

Produk obat yang ditujukan untuk penyimpanan di bawah -20°C harus ditangani berdasarkan
kasus per kasus.
Daftar pustaka
ICH ( international conference on harmonization).(2003).Q 1 A (R2).Stability Testing of new
Drug Substances and Products.European Medicines Agency.\
01
STABILITAS OBAT
BERDASARKAN EMEA
EMEA (Europe, Middle East and Africa)
Tujuan pengujian stabilitas adalah
untuk memberikan bukti tentang
bagaimana kualitas suatu zat aktif atau
produk jadi berubah terhadap waktu di
bawah pengaruh berbagai faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban,
dan cahaya, dan untuk menetapkan
periode pengujian ulang untuk zat
aktif atau umur simpan produk jadi
dan kondisi penyimpanan yang
direkomendasikan.
Untuk zat aktif yang dijelaskan dalam monografi farmakope resmi (Farmakope
Eropa atau Farmakope Negara Anggota Uni Eropa), yang mencakup produk
degradasi dan batas yang sesuai telah ditetapkan tetapi periode uji ulang tidak
ditentukan, dua opsi dapat diterima :
• Pemohon harus menentukan bahwa zat aktif sesuai dengan monografi farmakope
segera sebelum pembuatan produk jadi. Dalam hal ini tidak diperlukan studi
stabilitas dengan syarat bahwa kesesuaian monografi farmakope telah dibuktikan
untuk sumber tertentu yang disebutkan
• Pemohon harus menetapkan periode pengujian ulang berdasarkan hasil pengujian
jangka panjang, dengan mempertimbangkan hasil pengujian dalam kondisi
penyimpanan dipercepat atau, jika berlaku, kondisi penyimpanan sedang

Dalam hal produk obat herbal, zat aktifnya meliputi obat herbal dan
sediaan obat herbal. Obat herbal yang digunakan sebagai bahan awal
dalam proses pembuatan sediaan obat herbal harus memenuhi spesifikasi
sebelum digunakan (misalnya sebelum ekstraksi).
Stress Testing
Stress testing zat aktif dapat membantu mengidentifikasi
kemungkinan produk degradasi, yang pada gilirannya dapat
membantu menetapkan jalur degradasi dan stabilitas intrinsik
molekul dan memvalidasi kekuatan indikasi stabilitas dari
prosedur analitik yang digunakanStress testing kemungkinan akan
dilakukan pada satu batch zat aktif. Ini harus mencakup pengaruh
suhu (dalam peningkatan 10°C (misalnya, 50°C, 60°C, dll.) di
atas itu untuk pengujian yang dipercepat), kelembaban (misalnya,
75 % RH atau lebih besar) jika sesuai, oksidasi, dan fotolisis pada
zat aktif. Pengujian juga harus mengevaluasi kerentanan zat aktif
terhadap hidrolisis di berbagai nilai pH ketika dalam larutan atau
suspensi
Pemilihan Batch
a) Informasi stabilitas dari pengujian yang dipercepat dan pengujian jangka
panjang harus diberikan pada setidaknya dua bets skala produksi yang
dibuat dengan rute pembuatan (sintetis) yang sama. Pengujian jangka
panjang dan pengujian dipercepat harus mencakup durasi minimal 6 bulan
pada saat pengajuan

b) Informasi stabilitas dari pengujian yang dipercepat dan pengujian jangka


panjang harus diberikan pada setidaknya tiga bets skala pilot yang dibuat
dengan rute pembuatan (sintetis) yang sama Pengujian jangka panjang dan
pengujian dipercepat harus mencakup durasi minimal 6 bulan pada saat
pengajuan.
Sistem Penutupan Kontainer
Studi stabilitas harus dilakukan pada zat aktif yang dikemas dalam sistem penutupan
wadah yang sama dengan atau mensimulasikan kemasan yang diusulkan untuk
penyimpanan dan distribusi.
Spesifikasi Studi stabilitas harus mencakup pengujian atribut zat aktif yang rentan
terhadap perubahan selama penyimpanan dan cenderung mempengaruhi kualitas,
keamanan dan/atau khasiat. Pengujian harus mencakup, jika sesuai, atribut fisik, kimia,
biologi, dan mikrobiologi. Prosedur analitik indikasi stabilitas tervalidasi harus diterapkan

Untuk zat aktif yang dijelaskan dalam monografi farmakope resmi (Farmakope
Eropa atau Farmakopepengujian harus dilakukan sesuai dengan monografi atau
dengan menggunakan uji yang telah divalidasi silang terhadap uji kompendial dan
pembenaran harus diberikan bahwa semua pengotor potensial (pengotor proses dan
produk degradasi) dari jalur manufaktur (sintetis) dan dikontrol secara memadai.
Spesifikasi obat herbal dan sediaan obat
herbal harus mengacu pada Catatan untuk Panduan
Spesifikasi: Tata Cara Pengujian dan Kriteria
Penerimaan Obat Herbal, Sediaan Obat Herbal dan
Produk Obat Herbal (CPMP/QWP/2820/00)
Untuk studi jangka panjang, frekuensi pengujian Frekuensi Pengujian
harus cukup untuk menetapkan profil stabilitas zat
aktif. Frekuensi pengujian pada kondisi penyimpanan
jangka panjang biasanya setiap 3 bulan selama tahun
pertama, setiap 6 bulan selama tahun kedua, dan
setiap tahun setelah periode pengujian ulang yang
diusulkan. Pada kondisi penyimpanan dipercepat,
minimal tiga titik, termasuk titik waktu awal dan
akhir (misalnya, 0, 3, dan 6 bulan), dari studi 6 bulan
direkomendasikan. Jika ada harapan (berdasarkan
pengalaman pengembangan) bahwa hasil dari studi
yang dipercepat cenderung mendekati kriteria
perubahan yang signifikan, peningkatan pengujian
harus dilakukan baik dengan menambahkan sampel
pada titik waktu terakhir atau dengan memasukkan
titik waktu keempat dalam desain studi
Lanjutan...

Ketika pengujian pada kondisi penyimpanan antara diperlukan


sebagai akibat dari perubahan yang signifikan pada kondisi
penyimpanan yang dipercepat, minimal empat titik waktu, termasuk
titik waktu awal dan akhir (misalnya, 0, 6, 9, 12 bulan), dari studi 12
bulan dianjurkan. Untuk obat herbal dan sediaan obat herbal yang
pemohon memiliki data batch historis, frekuensi pengujian dapat
dikurangi jika dibenarkan oleh pemohon.
KONDISI PENYIMPANAN

Secara umum, zat aktif harus dievaluasi dalam kondisi


penyimpanan (dengan toleransi yang sesuai) yang menguji
stabilitas suhunya serta sensitivitasnya terhadap kelembapan.
Kondisi penyimpanan dan lama studi yang dipilih harus cukup
untuk menutupi penyimpanan, pengiriman, dan penggunaan
selanjutnya. Pengujian jangka panjang untuk kedua opsi a dan
b harus mencakup durasi minimal 6 bulan pada saat pengajuan
dan harus dilanjutkan untuk jangka waktu yang cukup untuk
mencakup periode pengujian ulang yang diusulkan.
LANJUTAN..

Data tambahan yang terakumulasi selama periode penilaian


aplikasi pendaftaran harus diserahkan kepada pihak
berwenang jika diminta. Data dari kondisi penyimpanan yang
dipercepat dan, jika sesuai, dari kondisi penyimpanan
menengah dapat digunakan untuk mengevaluasi efek ekskursi
jangka pendek di luar kondisi penyimpanan label (seperti
yang mungkin terjadi selama pengiriman). Jangka panjang,
dipercepat, dan, jika sesuai, kondisi penyimpanan menengah
untuk zat aktif dirinci pada bagian di bawah ini. Kasus umum
berlaku jika bagian selanjutnya tidak secara khusus mencakup
zat aktif. Kondisi penyimpanan alternatif dapat digunakan
jika dibenarkan.
Kasus umum

• * Terserah pemohon untuk memutuskan apakah studi stabilitas jangka panjang dilakukan
pada 25° C±2°C/60% RH±5 % RH atau 30°C±2°C/65% RH±5% RH. Dalam kasus
terakhir, tidak ada data tambahan dalam kondisi menengah yang harus dihasilkan.
• ** Untuk obat herbal dan sediaan obat herbal, pengujian pada kondisi penyimpanan
dipercepat atau pada kondisi penyimpanan sedang dapat diabaikan jika dibenarkan oleh
pemohon dan jika kondisi penyimpanan di bawah 25°C diberi label dengan jelas pada
produk.
Ketika “perubahan signifikan” terjadi setiap saat
selama pengujian 6 bulan pada kondisi
penyimpanan dipercepat, pengujian tambahan
pada kondisi penyimpanan antara harus
dilakukan dan dievaluasi berdasarkan kriteria
perubahan signifikan. Pengujian pada kondisi
penyimpanan antara harus mencakup semua
pengujian, kecuali ada alasan lain. Aplikasi awal
harus menyertakan data minimal 6 bulan dari
studi 12 bulan pada kondisi penyimpanan antara.
“Perubahan signifikan” untuk zat aktif
didefinisikan sebagai kegagalan untuk
memenuhi spesifikasinya
Zat aktif yang dimaksudkan untuk disimpan dalam lemari es

Data dari penyimpanan berpendingin harus dinilai sesuai dengan bagian evaluasi pedoman ini,
kecuali secara eksplisit disebutkan di bawah ini. Jika perubahan signifikan terjadi antara
pengujian 3 dan 6 bulan pada kondisi penyimpanan dipercepat, periode pengujian ulang yang
diusulkan harus didasarkan pada data real time yang tersedia pada kondisi penyimpanan
jangka panjang.
Jika perubahan signifikan terjadi dalam pengujian 3 bulan pertama pada kondisi penyimpanan
dipercepat, diskusi harus dilakukan untuk membahas pengaruh ekskursi jangka pendek di luar
kondisi penyimpanan label, misalnya selama pengiriman atau penanganan.
Pembahasan ini dapat didukung, jika sesuai, dengan pengujian lebih lanjut pada satu batch zat
aktif untuk jangka waktu kurang dari 3 bulan tetapi dengan pengujian yang lebih sering dari
biasanya. Dianggap tidak perlu untuk terus menguji zat aktif hingga 6 bulan ketika perubahan
signifikan telah terjadi dalam 3 bulan pertama.
Untuk zat aktif yang akan disimpan dalam freezer

Periode pengujian ulang harus didasarkan pada data real time yang diperoleh pada kondisi
penyimpanan jangka panjang. Jika tidak ada kondisi penyimpanan yang dipercepat untuk zat
aktif yang dimaksudkan untuk disimpan dalam freezer, pengujian pada satu batch pada suhu
tinggi (misalnya, 5° C±3°C atau 25°C±2° C) untuk periode waktu yang tepat harus dilakukan.
Studi semacam itu akan membahas pengaruh kunjungan jangka pendek di luar kondisi
penyimpanan label yang diusulkan, misalnya, selama pengiriman atau penanganan.

Zat aktif yang dimaksudkan untuk penyimpanan di bawah –20° C harus ditangani berdasarkan
kasus per kasus.
KOMITMEN STABILITAS
Ketika data stabilitas jangka
panjang yang tersedia pada bets primer
tidak mencakup periode pengujian ulang
yang diusulkan yang diberikan pada saat
persetujuan, komitmen harus dibuat untuk
melanjutkan studi stabilitas pasca
persetujuan untuk menetapkan periode
pengujian ulang dengan tegas. Jika
pengajuan mencakup data stabilitas jangka
panjang pada tiga batch produksi yang
mencakup periode pengujian ulang yang
diusulkan, komitmen pasca persetujuan
dianggap tidak perlu.
LANJUTAN...
Jika tidak, salah satu komitmen berikut harus dibuat:

1. Jika pengajuan mencakup data dari studi stabilitas pada setidaknya tiga batch produksi,
komitmen harus dibuat untuk melanjutkan studi ini melalui periode pengujian ulang yang
diusulkan.
2. Jika pengajuan mencakup data dari studi stabilitas pada kurang dari tiga batch produksi,
komitmen harus dibuat untuk melanjutkan studi ini melalui periode pengujian ulang yang
diusulkan dan untuk menempatkan batch produksi tambahan, dengan total sedikitnya tiga,
dalam waktu yang lama. studi stabilitas jangka panjang melalui periode uji ulang yang
diusulkan.
3. Jika pengajuan tidak mencakup data stabilitas pada batch produksi, komitmen harus dibuat
untuk menempatkan tiga batch produksi pertama pada studi stabilitas jangka panjang
melalui periode pengujian ulang yang diusulkan. Protokol stabilitas yang digunakan untuk
studi jangka panjang untuk komitmen stabilitas harus sama dengan untuk batch utama,
kecuali dibenarkan secara ilmiah.
EVALUASI

Tingkat variabilitas bets individu


mempengaruhi keyakinan bahwa setiap batch
Tujuan studi stabilitas adalah untuk produksi mendatang akan tetap dalam
menetapkan, berdasarkan pengujian spesifikasi selama periode pengujian ulang
minimal dua atau tiga batch zat aktif yang ditetapkan. Data mungkin menunjukkan
dan evaluasi informasi stabilitas degradasi yang sangat kecil dan variabilitas
(termasuk, jika sesuai, hasil uji fisik, yang sangat kecil sehingga terlihat dari melihat
kimia, biologi, dan mikrobiologi), suatu data bahwa periode pengujian ulang yang
periode uji ulang yang berlaku untuk diminta akan diberikan. Dalam keadaan seperti
semua bets zat aktif di masa mendatang ini, biasanya tidak perlu melalui analisis
yang diproduksi dalam keadaan serupa. statistik formal; memberikan pembenaran
untuk kelalaian harus cukup.
LANJUTAN..
1. Suatu pendekatan untuk menganalisis data pada atribut kuantitatif yang
diharapkan berubah seiring waktu adalah dengan menentukan waktu di
mana batas kepercayaan satu sisi 95% untuk kurva rata-rata
berpotongan dengan kriteria penerimaan.

2. Jika analisis menunjukkan bahwa variabilitas batch-ke-batch kecil, akan


menguntungkan untuk menggabungkan data menjadi satu estimasi
keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menerapkan
uji statistik yang sesuai (misalnya nilai p untuk tingkat signifikansi
penolakan lebih dari 0,25) ke lereng garis regresi dan penyadapan waktu
nol untuk batch individual.
3. Jika tidak tepat untuk menggabungkan data dari beberapa bets,
keseluruhan periode pengujian ulang harus didasarkan pada waktu
minimum suatu bets dapat diharapkan untuk tetap berada dalam kriteria
penerimaan.`
Pernyataan/Pelabelan
Kondisi penyimpanan (suhu, cahaya, kelembaban) yang
ditunjukkan harus mengacu pada Pedoman Deklarasi
Kondisi Penyimpanan Produk Obat dalam Bagian Khusus
Produk dan Bahan Aktif (CPMP/QWP/609/96). Penggunaan
istilah seperti “kondisi sekitar” atau “suhu ruangan” tidak
dapat diterima.
Daftar pustaka

EMEA (Europe, Middle East and Africa). (2003):COMMITTEE FOR


PROPRIETARY MEDICINAL PRODUCTS (CPMP) :
GUIDELINE ON STABILITY TESTING: STABILITY TESTING
OF EXISTING ACTIVE SUBSTANCES AND RELATED
FINISHED PRODUCTS., HAL 2-17
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai