Anda di halaman 1dari 17

Referat

Kekerasan
Dalam Rumah
Tangga
Pembimbing : dr. Baringin Sitanggang
ANGGOTA KELOMPOK
Ilsya Pertiwi, S.Ked
Kang Yee Lea, S.Ked
Sonia Edna Rumondang Manik, S.Ked
Bima Indra
Muhammad Zen Faris, S.Ked
Davin Caturputra Setiamanah, S.Ked
Putri M. K. I. Dunda, S.Ked
Masagus Muhammad I. N. Austin, S.Ked
Mohan Babu Ramaloo, S.Ked
OUTLINE
01 LATAR BELAKANG

02 TINJAUAN PUSTAKA

03 KESIMPULAN
LATAR 500
450

BELAKANG 400
350
300
250
Kekerasan Dalam Rumah Tangga 200
“Segala bentuk tindakan kekerasan baik Column2
150
100
fisik maupun psikis yang terjadi dalam rumah
50

tangga, baik antara suami dan isteri, maupun 0


2001 2002 2003 2004 2005
orang tua dan anak yang berakibat menyakiti Gambar 1. Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga dalam

secara fisik, psikis, seksual, dan ekonomi Jurnal Perempuan edisi ke 45.
Data tersebut hanya didapatkan dari jumlah korban yang
termasuk ancaman dan perampasan
melaporkan kasusnya ke 303 organisasi peduli perempuan dan
kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga
penduduk perkotaan yang memiliki akses dengan jaringan relawan
atau keluarga” serta memiliki pengetahuan memadai tentang KDRT. Oleh karena
itu kejadian ini harus dilihat dalam konteks fenomena gunung es.
TINJAUAN
PUSTAKA

Kekerasan Dalam Rumah Tangga


TINJAUAN PUSTAKA
Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan
secara aktif maupun pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada akibat yang
merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang tidak dikendaki oleh korban.

Kekerasan fisik → Rasa sakit, cedera, cacat atau menyebabkan kematian.


Kekerasan psikologis → Perbuatan / ucapan yang mengakibatkan ketakutan dan hilangnya
rasa percaya diri.
Kekerasan Kekerasan seksual → Memaksa seseorang untuk melakukan hubungan seksual tanpa
persetujuan korban atau melakukan hubungan seksual dengan cara yang tidak wajar yang tidak
disukai korban.
Kekerasan ekonomi → Membatasi seseorang untuk bekerja menghasilkan uang maupun
barang, dan atau membiarkan korban bekerja untuk menelantarkan anggota keluarga.

Perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang → Perbuatan yang menyebabkan


terisolirnya seseorang dari lingkungan sosialnya (misal: larangan keluar rumah, berkomunikasi
dengan orang lain, dll).
DAMPAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Dampak pada Perempuan atau Istri : Dampak pada Perempuan atau Istri :
 Meminimalkan kejadian kekerasan yang  Sering gugup

dialami  Suka menyendiri


 Merasa terisolasi  Cemas
 Perasaan tidak berdaya  Sering mengompol
 Menyalahkan diri (internalizes blame)  Gelisah
 Ambivalensi  Gagap
 Rendah diri  Sering menderita gangguan perut
 Harapan yang tinggi  Sakit kepala dan asma
 Kejam
 Suka memukul teman
Pasal 21 UU RI No. 23 Tahun 2004
PERAN 1. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban, tenaga kesehatan

DOKTER harus:
a. memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesinya;
b. membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan terhadap korban dan visum
et repertum atas permintaan penyidik kepolisian atau surat keterangan
medis yang memiliki kekuatan hukum yang sama sebagai alat bukti.
2. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di
sarana kesehatan milik pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.

Pasal 40 UU RI No.23 Tahun 2004


1. Tenaga kesehatan wajib memeriksa korban sesuai dengan standar
profesinya.
2. Dalam hal korban memerlukan perawatan, tenaga kesehatan wajib
memulihkan dan merehabilitasi kesehatan korban.

Maka dalam kasus KDRT seorang dokter harus:


1. Memberikan pelayanan kesehatan terhadap korban termasuk memeriksa,
mengobati serta merawat korban baik di rumah sakit ataupun di klinik milik swasta
atau pribadi.
2. Membuat visum et repertum atas dasar SPVR (Surat Permohonan Visum et
Repertum) dari pihak kepolisian.
3. Berusaha memulihkan dan merehabilitasi kesehatan korban.
PASAL YANG MENGATUR KDRT

Menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 5, Kekerasan dalam Rumah


Tangga dapat berwujud:
1. Kekerasan fisik
2. Kekerasan psikis
3. Kekerasan seksual
4. Penelantaran keluarga
KETENTUAN PIDANA TENTANG KDRT
Pasal 45 ayat 1 Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan
psikis dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
denda paling banyak Rp 9.000.000,00. Apabila perbuatan kekerasan ini
dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, maka akan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda
paling banyak Rp 3.000.000,00.
KETENTUAN PIDANA TENTANG KDRT

Setiap orang yang melakukan kekerasan seksual berdasarkan Pasal 8 akan


dipidana penjara paling lama 12 tahun atau denda Rp 36.000.000,00
menurut Pasal 46. Apabila terjadi pemaksaan untuk berhubungan seksual
maka akan dipidana paling singkat 4 tahun dan pidana penjara paling lama
15 tahun atau denda paling sedikit Rp 12.000.000,00 atau denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 menurut Pasal 47.
KETENTUAN PIDANA TENTANG KDRT
• Pasal 48 mengatur hal perbuatan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal
47, yang mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan
sekurangkurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 tahun tidak
berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan
tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5
tahun dan pidana penjara paling lama 20 tahun atau denda paling sedikit Rp
25.000.000,00 dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00.
• Apabila terjadi penelantaran orang lain dalam lingkup rumah tangga maka akan
dikenakan pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp
15.000.000,00 berdasarkan Pasal 49.
PASAL YANG MENGATUR KDRT
UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 10 menyebutkan bahwa korban
kekerasan dalam rumah tangga berhak mendapatkan:
1. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian kejaksaan, pengadilan,
advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun
berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.
2. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.
3. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban.
4. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap
tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5. Pelayanan bimbingan rohani.
CONTOH KASUS :

1.
CONTOH KASUS :

2.
KESIMPULAN

Kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia memiliki kecenderungan


yang meningkat, terutama pada wanita. Penghapusan kekerasan dalam
rumah tangga diatur dalam UU no.23 dan no.24.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai