Anda di halaman 1dari 41

ASKEB KEBUTUHAN KHUSUS

PADA PERMASALAH
PSIKOLOGIS
OLEH:
RISE
NIKE
LULUK
VIVIN
A. KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN

 Perkosaan pemaksaan hubungan kelamin


(persetubuhan) seorang pria kepada seorang wanita
 Konsekuensi logis dari adamya persetubuhan adalan
terjadinya kehamilan
 Kehamilan pada korban perkosaan ini oleh yang
bersangkutan maupun keluarga jelas tidak diinginkan
 Korban perkosaan biasanya akan melakukan abortus
provokatus atas kehamilan yang tidak diinginkan
tersebut.
Dalam UU RI NO. 36 th 2009, Pasal 75 (2)
tentang kesehatan telah memberikan
jaminan perlindungan atas hak hak wanita
korban perkosaan untuk dapat
melakukan aborsi atas pertimbangan
akibat perkosaan dapat menyebabkan
trauma psikologis bagi korban.
ABORSI DALAM PASAL 75 HANYA
DAPAT DILAKUKAN :
1. Sebelum kehamilan 6 mnggu dihitung dari HPHT
2. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki ketrampilan
dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang
ditetapkan oleh mentri
3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
4. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan
5. Penyediaan layanan kesehatan yang memenuhi
syarat yang di tetapkan oleh mentri
HAMBATAN YANG DIALAMI OLEH KORBAN KORBAN
PERKOSAAN DALAM MENDAPATKAN
PERLINDUNGAN HUKUM UNTUK ABORSI

Faktor Internal Faktor Eksternal


FAKTOR INTERNAL

Korban perkosaan menutup diri


agar aib yang dialaminya tidak
diketahui orang lain

Korban perkosaan merasa takut


karena menjadi aib bagi dirinya
dan keluarga
FAKTOR EKSTERNAL
Terbatasnya pemahaman dan
informasi yang menyebabkan
korban perkosaan melakukan
aborsi yang tidak aman dan
merugikan kesehatan sendiri

Masih banyak masyarakan yang


kurang memahami hukum
 Ada juga korban perkosaan yang ingin
meneruskan kehamilannya, melahirkan dan
merawat anak hasil perkosaan tsb
 Harus ada jaminan secara hukum maupun sosial
bagi keberlangsungan hidup si anak dan si ibu
di kemudian hari
 Masyarakat dapat menjamin bahwa anak hasil
perkosaan tsb tidak diolok-olok sesama teman
nya sebagai anak haram karena tidak
mempunyai bapak dan dilahirkan diluar
perkawinan
DAMPAK KEHAMILAN AKIBAT
PERKOSAAN

1. Dampak psikologis : Depresi Berat


2. Dampak sosial : berkaitan dengan
status anak
3. Rentan terhadap penyakit kelamin, HIV
MENURUT AQAID, DUKUNGAN
KELUARGA TERHADAP KORBAN
PERKOSAAN
Mempercayai cerita yang disampaikan oleh
korban
Bersikap tenang
Meyakinkan korban
Mempersiapkan korban terhadap
kemungkinan yang terjadi selanjutnya
Meberi dukungan dan melaporkan perkosaan
yang dialami korban ke pihak yang berwajib
B. KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA (KDRT)
Semua perlaku ancaman, pelcehan, dan
kekerasan baik secara fisik, psikologis, dan
seksual antara dua orang yang terikat
hubungan personal ataupun pada anggota
keluarga lainnya
Menurut UU No.23 th 2004
KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga.
BENTUK KDRT

KEKERASAN KEKRASAN
FISIK PSIKIS

PENELANTARAN KEKERASAN
RUMAH SEKSUAL
TANGGA
KEKERASAN FISIK
Perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau
luka berat

KEKERASAN PSIKIS
• Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan
• Hilangnya rasa percaya diri
• Hilangnya kemampuan untuk bertindak
• Rasa ridak berdaya
• Penderitaan psikis berat pada seseorang
KEKERASAN SEKSUAL
• Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
terhadap orang yang menetap dalam lingkup
rumah tangga tersebut
• Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah
seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan
orang lain untuk tujuan komersial/tertentu

PENELANTARAN RUMAH TANGGA


 Kekerasan menelantaran ekonomi anggota rumah tangga
 Tidak menjalankan tanggung jawabnya
 Tidak memberikan nafkah
 Tidak memberikan hak hak kepada anggota kluarga
HAK-HAK KORBAN KDRT
BERDASARKAN PASAL 10 UU KDRT

1. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan ,


pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik
sementara maupun berdasarkan penetapan perintahperlindungan
dari pengadilan
2. Pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis
3. Penanganan secara khusus mengenai kerahasiaan korban
4. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap
tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
5. Pelayanan bimbingan rohani
CARA MENGATASI KDRT

1. Menyikapi dengan tegas


2. Minta bantuan tenaga ahli
3. Minta dukungan keluarga dan sahabat
4. Rencanakan tindakan keselamatan ( hubungi
komisi perlindungan perempuan untuk meminta
bantuan,kumpulkan semua bukti kekerasan fisik, jika KDRT telah
mengancam nyawa kemasi barang-barang berharga kemudian
bawa anak-anak meninggalkan rumah, lapor polisi untuk
mendapatkan perlindungan scr hukum)
C. TRAUMA PERSALINAN SEBELUMNYA

Sebuah kondisi ketika


adalah
seseorang mengalami ketakutan dan
stres akibat kejadian traumatis
selama proses persalinan
FAKTOR PENYEBAB TRAUMA PASCA
MELAHIRKAN
Operasi SC yang tidak diinginkan
Penggunaan alat bantu persalinan seperyi vacum,
forceps
Bayi yang dirawat di ruang insentif setelah dilahirkan
Ibu yang mengalami kekerasan seksual sebelumnya
Adanya komplikasi selama kehamilan dan persalinan
seperti perdarahan, eklamsi,dll
GEJALA IBU YANG MENGALAMI
TRAUMA PASCA MELAHIRKAN

• Terbayang kejadian saat persalinan yang dianggap


mengerikan
• Menghindari bertemu wanita yang baru melahirkan
• Ketakutan dan kecemasn yang berlebihan, terutama
terjadi sesuatu yang buruk pada bayi
• Merasa sedih terus menerus
• Cenderung menyalahkan diri sendiri akan terjadinya
kelahiran yang tidak sesuai ekspektasi
CARA MENGATASI TRAUMA SETELAH
MELAHIRKAN
1. Identifikasi gejala
2. Jangan menilai diri sendiri
3. Cari dan terima dukungan dari orang sekitar
4. Konsultasi dengan Dokter ahli kejiwaan
5. Rencanakan kehamilan dengan cermat
D. KELAINAN MENTAL / JIWA
 WHO merilis laporan kesehatan ibu dan anak berdasarkan laporan
penelitian yang dilakukan oleh Robertson, Celasun, dan Stewart
(2003) tentang gangguan mental setelah melahirkan.
 Dalam panduan tersebut, prevalensi baby blues mencapai 30-75%
dan prevalensi depresi cenderung lebih rendah yaitu 10-15%.
 Depresi maternal merupakan gangguan mental yang dialami oleh
wanita pada masa kehamilan dan pasca melahirkan ( center for
disease control and prevension,2017)
 Menurut shindaye dan giri (2014) depresi maternal merupakan
istilah yang digunakan pada seluruh spektrum kondiri depresif
yang dapat berdampak kepada ibu (hingga 12 bln setelah
melahirkan) dan calon ibu. Kondisi depresif tsb meliputi depresi
prenatal, postpartum, dan psikosis postpartum.
Klasifikasi gangguan mental
1. Gangguan psikotik
2. Gangguan suasana perasaan (manik
bipolar), depresi, kecemasan, bipolar, dan
obsesif kompulsif
Gangguan jiwa yang dapat terjadi pada
kehamilan :

1. Gangguan afektif pada kehamilan


2. Skizofrenia
3. Gangguan cemas meyeluruh
4. Gangguan panic
Tanda dan gejala

 Menunjukkan lebih banyak air mata dibanding


senyuman
 Makanan dan minuman nyaris tidak disentuh
 Jarang mengontrol kehamilan
 Tidak pernah memberi stimulus terhadap janin yang
dikandungnya
 Tidak melakukan persiapan untuk menyambut bayi yg
akan dilahirkan
Mengatasi gangguan mental dalam
kebidanan
Penatalaksanaan Depresi
• Cara menanggulangi berbeda beda sesuai dg keadaan pasien,
namun biasanya merupakan gabungan dari farmakoterapi dan
psikoterapi / konseling. Dukungan dari orang-orang terdekat
serta dukungan spiritul juga sangat membantu dalam
penyembuhan.
• Harus dihadapi dg sikap serius dan mengerti
• Hedaknya dg menghibur, bersikap optimis
• Beberapa cara dalam melakukan terapi dan konsultasi dg
Dokter kandungan seperti metode suport grup / psikoterapi yg
dapat dilakukan scr rutin
E. RIWAYAT KEHILANGAN DAN
KEMATIAN
• Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat
dialami individu ketika terjadi perubahan dalam hidup / berpisah dg
sesuatu yg sebelumnya ada, baik sebagian/ pun keseluruhan
• Tipe dari kehilangan salah satunya adalah kematian. Ini dapat
mempengaruhi tingkat distres.
Jenis – jenis kehilangan
 Kehilangan objek eksternal, kehilangan lingkungan yg dikenal,
kehilangan sesuatu/ individu yg berarti, kehilangan suatu aspek diri,
misalnya kehilangan anggota tubuh/ fungsi psikologis/ fisik dan
kehilangan hidup, misal kehilangan krn kematian anggota keluarga,
teman dekat.
Kehilangan dapat menimbulkan kedukaan
• Dukacita adalah proses dimana seseorang
mengalami respon psikologis, sosial dan fisik
terhadap kehilnagan yg dialami
• Respon ini berupa keputusasaan, kesepian,
ketidak berdayaan, kesedihan, rasa bersalah
dan marah
• Proses dukacita memiliki sifat yg mendalam,
internal, menyedihkan, dan berkepanjangan
TAHAP BERDUKA
 Reeling : klien mengalami syok,tdk percaya/menyangkal
 Merasa (feeling) : klien mengekspresikan penderitaan yg berat,
rasa bersalah,kesedihan yg mendalam,kemarahan,kurang
konsentrasi,gangguan tidur,perubahan nafsu makan,kellahan
dan ketidaknyamanan fisik yg umum
 Menghadapi (dealing) : klien mulai beradaptasi trhdp
kehilangan dg melibatkan diri dalam kelompok
pendukung,terapi dukacita,membaca dan bimbingan spiritual
 Pemulihan (healing) : klien mengintegrasikan kehilangan sbg
bagian kehidupan dan penderitaan yg akut berkurang.
Pemulihan tdk berarti bahwa kehilangan tsb dilupakan atau
diterima.
Menghadapi kehilangan dan kematian
bagi petugas layana kesehatan
o Kedekatan emosional yg kuat
o Menerapkan pemahaman tentang teori krisis dalam proses
kebidanan
o Mendukung dan membimbing klien
o Menyediakan linggukang yg aman scr psikologis sehingga klien
dapat mengungkapkan perasaannya
o Mempertahankan kehadiran yg penuh perhatian
o Mendorong klien merawat dirinya sendiri
o Komunikasi dan ketrampilan interpersonal adalah alat yg efektif
F. KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD)
 KTD adalah kehamilan yg dialami oleh seseorang perempuan yg
sebenarnya belum menginginkan hamil ( KB,2012).
 Menurut PKBI, KTD merupakan suatu kondisi dimana pasangan
tdk menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari
kehamilan
 KTD merupakan akibat dari perilaku seksual yg sengaja maupun
tdk sengaja
 KTD bisa dialami oleh pasangan yg sudah menikah maupun yg
belum menikah
Fakta – fakta tentang KTD
 WHO menyatakan kasus aborsi di Indonesia mencapai 750 ribu
– 1,5 jt kejadian, 2500 diantranya berakhir dg kematian. Angka
aborsi diperkirakan mencapai 2,3 jt per th. 750 rb diantaranya
dilakukan oleh remaja ( medical-journal, Soetjiningsih,2004)
 Fakta kasus KTD di bali 88% terjadi pd usia 10-24 th, 11,9% pd usia
21 th keatas
 AKI 30-50% disebabkan aborsi tdk aman
 Apa penyebab aborsi tdk aman?
 Mengapa perempuan memilih jalan tsb?
Kebanyak dari perempuan tsb mengalami :
KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN / TDK DIRENCANAKAN
Gambaran psikologis klien KTD

 Depresi krn beban psikologis, ekonomi, tuntutan


suami,pekerjaan
 Stres / cemas
 Merasa rendah diri/ malu krn telah hamil diluar
nikah,membunuh janin dll
 Kurang percaya diri,tdk bisa mengambil keputusan
 Perasaan berdosa/ ketakutan
KTD selalu berakhir dg aborsi tdk aman
Dg cara apa?
- Minum jamu
- Minum obat
- Dipijit kedukun pijat
- Makan makanan tertentu
- Ke klinik ilegal
Kebanyak dari mereka
- Meninggal sia sia
- Mempunyai anak yg tidak sehat/ cacat
Apa yg bisa kita lakukan?
 Mari jadikan kembali KB sebagai isyu yg tetap sexy

Alasan medis dan non medis klien

• Kegagalan KB
• Jumlah anak banyak
• Usia anak terkecil < 1th
• Usia ibu >40th
• Ibu mempunyai penyakit/keluhan
• Belum menikah, kontrak kerja
• KDRT, perkosaan
• Klien sudah melakukan upaya pengguguran
sebelumnya dg obat2an, jamu, scr fisik, dll
Alasan Penghentian Kehamilan
- Ekonomi
- Sosial
- Kesehatan
- Pekerjaan
- Gagal KB
Alasan Tdk langsung ke Dokter/Klinik
- Aspek legalitas
- Akses terbatas
- Biaya mahal
Upaya Penghentian Kehamilan yg sudah Dilakukan
- Melakukan tidakan fisik tertentu
- Minum buah, makanan tertentu
- Minum obat/jamu
- Ke dukun
- Dokter/klinik
Pencetus penggunaan obat/jamu
- Diri sendiri
- Teman
- Pacar/suami
- Media
- Provider
Dampak KTD pd klien
1. Gangguan psikiatris
2. Penyalahgunaan obat terlarang
3. KDRT
4. Penelantaran anak pd ibu dg riwayat aborsi
5. Keguguran pd kehamilan berikutnya
6. Kehamilan prematur/plasenta previa pd kehamilan berikutnya
Peran konnseling menjadi pentinga

1. Membantu memecahkan maslah


2. Meningkatkan fungsi kepribadian orang yg dibantu
3. Meningkatkan akses informasi mengenai kesehatan
reproduksi
4. Meningkatkan tanggung jawab pribadi thdp
kesehatan reproduksi
5. Menghindari dampak psikologis yg terjadi
Mengurangi kasus KTD

 Memberikan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah


 Dukungan keluarga
 Perlunya lembaga di masyarakat yg mengayomi kebutuhan
remaja dan hak reproduksinya sperti klinik remaja
 Adanya dukungan pemerintah meliputi penyuluhan sari BKKBN
bekerjasama dg LSM yg bergerak dibidang ini
 Adanya tanggungjawab bersam dlm melindungi kesehatan
reproduksi di keluarga
 Adanya kesedian layanan bidan praktik untuk memberikan
informasi yg jelas dan akurat
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai