Anda di halaman 1dari 8

Cheklist Identifikasi Hazard / Bahaya Prilaku dan Lingkungan di Rumah

Identifikasi
Prediksi
Hazard
penyakit
Aspek (Fisika,
No Kriteria () yang
Penilaian Kimia,
ditimbulka
Biologi dan
n
Psikologi)
A. Komponen Rumah (Ruang Tamu)
1 Langit-langit a. Tidak ada
a. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan

menetap dalam rumah tangga tersebut, sepanjang ia

berada dalam rumah tangga yang bersangkutan.

2.4 Bentuk bentuk Kekerasan Seksual (KDRT, NON

KDRT)

a. Pelecehan seksual

Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk

tindakan fisik atau non-fisik kepada orang lain, yang

berhubungan dengan bagian tubuh seseorang dan terkait

hasrat seksual, sehingga mengakibatkan orang lain

terintimidasi, terhina, direndahkan, atau dipermalukan

b. Eksploitasi seksual

Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk

kekerasan, ancaman kekerasan, tipu daya, rangkaian


1
kebohongan, nama atau identitas atau martabat palsu,

atau penyalahgunaan kepercayaan, agar seseorang

melakukan hubungan seksual dengannya atau orang lain

dan/atau perbuatan yang memanfaatkan tubuh orang

tersebut yang terkait hasrat seksual, dengan maksud

menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

c. Pemaksaan kontrasepsi

Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk

mengatur, menghentikan dan/atau merusak organ, fungsi

dan/atau sistem reproduksi biologis orang lain, dengan

kekerasan, ancaman kekerasan, tipu muslihat, rangkaian

kebohongan, atau penyalahgunaan kekuasaan, sehingga

orang tersebut kehilangan kontrol terhadap organ, fungsi

dan/atau sistem reproduksinya yang mengakibatkan

korban tidak dapat memiliki keturunan.

d. Pemaksaan aborsi

Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk

memaksa orang lain untuk melakukan aborsi dengan

2
kekerasan, ancaman kekerasan, tipu muslihat, rangkaian

kebohongan, penyalahgunaan kekuasaan, atau

menggunakan kondisi seseorang yang tidak mampu

memberikan persetujuan.

e. Perkosaan

Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk

kekerasan, ancaman kekerasan, atau tipu muslihat, atau

menggunakan kondisi seseorang yang tidak mampu

memberikan persetujuan untuk melakukan hubungan

seksual.

f. Pemaksaan perkawinan

Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk

menyalahgunakan kekuasaan dengan kekerasan,

ancaman kekerasan, tipu muslihat, rangkaian

kebohongan, atau tekanan psikis lainnya sehingga

seseorang tidak dapat memberikan persetujuan yang

sesungguhnya untuk melakukan perkawinan.

g. Pemaksaan pelacuran

3
Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk

kekerasan, ancaman kekerasan, rangkaian kebohongan,

nama, identitas, atau martabat palsu, atau

penyalahgunaan kepercayaan, melacurkan seseorang

dengan maksud menguntungkan diri sendiri dan/atau

orang lain.

h. Perbudakan seksual

Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk

membatasi ruang gerak atau mencabut kebebasan

seseorang, dengan tujuan menempatkan orang tersebut

melayani kebutuhan seksual dirinya sendiri atau orang

lain dalam jangka waktu tertentu.

i. Penyiksaan seksual

Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk

menyiksa Korban.

2.4 Dampak Kekerasan Seksual

a. Dampak psikologis

4
Kekerasan seksual menurut WHO akan

berdampak pada kesehatan mental korban. Hal ini

disebabkan karena umumnya pelaku dan korban

hidup di satu lingkungan yang sama sehingga mereka

cenderung akan mengalami depresi, fobia/ketakutan,

dan mengalami kecurigaan pada orang lain dalam

waktu yang lama. 1

b. Dampak fisik

Ketika seseorang mengalami fenomena

kekerasan seksual, maka akan berpengaruh pada

perubahan fisiknya. Kekerasan seksual seringkali

melibatkan tindakan fisik yang menyebabkan cedera

pada korban. Cedera dapat mencakup luka memar,

luka tusukan, luka lecet, robekan pada jaringan atau

cedera serius lainnya. Selain cedera fisik yang

terlihat, korban kekerasan seksual juga mungkin

mengalami trauma fisik internal yang tidak terlihat

5
secara langsung, seperti kerusakan organ dalam atau

cedera internal. 2

c. Dampak sosial

Fenomena kekerasan seksual merupakan hal

yang tidak biasa di lingkungan masyarakat sehingga

jika kekerasan seksual ini terjadi akan menimbulkan

berbagai pandangan negative dari masyarakat.

Pandangan pandangan ini membuat masyarakat

dapat memberikan sebuah label / stigma kepada

korban bahwa mereka sengaja menggunakan

pakaian-pakaian yang terbuka dan mengundang

nafsu seksual pelaku. Dengan begini, korban akan

sulit untuk melakukan interaksi dengan lingkungan

sosialnya karena korban cenderung akan dikucilkan

sehingga korban akan mengalami kesulitan dalam

fokus terhadap pendidikan mereka. 2

2.5 Peran Dokter dalam Kekerasan Seksual

6
Peran dokter dalam kasus pelecehan seksual pada

anak antara lain untuk pemeriksaan demi kepentingan

peradilan serta tata laksana secara medis untuk

mencegah dampak buruk jangka panjang yang dapat

ditimbulkan dari korban pelecehan seksual. 3


Bantuan

dokter dalam kasus kejahatan seksual berupa

pemeriksaan pada korban baik itu pemeriksaan

fisik maupun pengumpulan sampel dari tubuh korban.

Hal ini juga sesuai dengan ketentuan

yang diatur dalam Standar Kompetensi

DokterIndonesia.

Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia

tahun 2012 (SKDI 2012) menyatakan bahwa

dokter umum sesudah lulus harus mampu membuat

visum , surat keterangan medis dan memenuhi

prosedur medikolegal dengan masing –masing

kompetensi 4A. Selain itu lulusan dokter umum juga

harus bisa melakukan secara mandiri teknik –

7
teknik pengambilan sampel yang dapat digunakan

sebagai barang bukti medis, dengan kompetensi

4A.4

Anda mungkin juga menyukai