Anda di halaman 1dari 10

Bandung Lautan Api

XII MIPA 3
Kelompok 6
Noraiis Kusuma Saputra
Pryzas Dwiyana
Refina Aninda L.
Reghina Afrisyia S.
Bandung Lautan Api

Teks

Nilai Nilai Bandung Lautan Api Struktur

Kaidah
Kebahasaan
1. Teks Bandung Lautan Api
Bandoeng Laoetan Api
Suatu hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk
mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan
kota Bandung menuju pegunungan di selatan. Beberapa tahun kemudian, lagu “Halo-
Halo Bandung” ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke
kota tercinta,yang telah menjadi lautan api.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum sepenuhnya
merdeka. Kemerdekaan harus dicapai sedikit demi sedikit melalui perjuangan rakyat yang
rela mengorbankan segalanya. Setelah Jepang kalah, tentara Inggris datang untuk
melucut tentara Jepang. Mereka berkomplot dengan Belanda (tentara NICA) dan
memperalat Jepang untuk menjajah kembali Indonesia.
Berita pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dari Jakarta diterima di Bandung melalui
Kantor Berita DOMEI pada hari Jumat pagi, 17 Agustus 1945. Esoknya, 18 Agustus 1945,
cetakan teks tersebut telah tersebar. Dicetak dengan tinta merah oleh Percetakan
Siliwangi. Di Gedung DENIS, Jalan Braga (sekarang Gedung Bank Jabar), terjadi insiden
perobekan warna biru bendera Belanda, sehingga warnanya tinggal merah dan putih
menjadi bendera Indonesia. Perobekan dengan bayonet tersebut dilakukan oleh seorang
pemuda Indonesia bernama Mohammad Endang Karmas, dibantu oleh Moeljono.
Tanggal 27 Agustus 1945, dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), disusul oleh terbentuknya
Laskar Wanita Indonesia (LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlah anggotanya 300
orang, terdiri dari bagian pasukan tempur, Palang Merah, penyelidikandan perbekalan.
Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain
menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya
Sungai Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat
tinggal. Keadaan ini dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi
musibah.
Berbagai tekanan dan serangan terus dilakukan oleh pihak Inggris dan Belanda. Tanggal 5
Desember 1945, beberapa pesawat terbang Inggris membom daerah Lengkong Besar. Pada
tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris menjatuhkan bom dan rentetan tembakan membabi
buta di Cicadas. Korban makin banyak berjatuhan.
Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan
politik “bumihangus”. Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh.
Mereka mengungsi ke arah selatan bersama para pejuang. Keputusan untuk
membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan
Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan, pada tanggal 24 Maret 1946.
Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil musyawarah
tersebut dan memerintahkan rakyat untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu juga,
rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kta.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat
menggunakannya lagi. Di sana-sini asap hitam mengepul membubung tinggi di udara.
Semua listrik mati. Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi.
Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di
mana terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan
gudang mesiu tersebut.
Untuk itu diutuslah pemuda Muhammad Toha dan Ramdan. Kedua pemuda itu berhasil
meledakkan gudang tersebut dengan granat tangan. Gudang besar itu meledak dan terbakar,
tetapi kedua pemuda itu pun ikut terbakar di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung
pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan maka pada jam
21.00 itu juga ikut keluar kota. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah
kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota. Dan Bandung
pun berubah menjadi lautan api.
Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan TRI
dan rakyat tidak akan sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar. Selanjutnya
TRI bersama rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini
melahirkan lagu “Halo-Halo Bandung” yang bersemangat membakar daya juang rakyat
Indonesia.
Bandung Lautan Api kemudian menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa
pembakaran itu. Banyak yang bertanya-tanya darimana istilah ini berawal. Almarhum
Jenderal Besar A.H Nasution teringat saat melakukan pertemuan di Regentsweg
(sekarang Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir
di Jakarta, untuk memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap Kota
Bandung setelah menerima ultmatum Inggris.
“Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam
pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, disitu
timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat,
“Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api.” Yang dia sebut lautan api, tetapi
sebenarnya lautan air” (A.H Nasution, 1 Mei 1997)
Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946.
Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan
pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari
puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan
Cimindi.
Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita
dan memberi judul Bandoeng Djadi Laoetan Api. Namun karena kurangnya ruang untuk
tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi Bandoeng Laoetan Api.
2. Struktur teks

Orientasi
Terdapat pada paragraf pertama
Komplikasi
Terdapat pada paragraf ke-2 sampai ke-13
Resolusi
Terdapat pada paragraf terakhir ( ke-14)
3. Kaidah kebahasaan

1. Pronomina : o. menghancurkan 5. Kata Istlah


a. Saya p. meledakkan a. Berkomplot
b. Kita q. melakukan b. insiden
c. Dia r. melahirkan c. membabi buta
d. Mereka s. memutuskan d. membumihanguskan
t. menerima e. membubung
2. Verba material u. menjatuhkan f. Bandung Lautan Api
v. meninggalkan g. ultimatum
a. Mengukir w. mengungsi
6. Konjungsi hubungan cara
b. Membakar x. Menyaksikan
a. Dengan
c. Menuju 3. Konjungsi Temporal 7. Konjungsi hubungan pengakibatan
d. Melalui a. Selanjutnya a. Sehingga
e. Melucuti b. Kemudian
f. Menjajah 8. Konjungsi hubungan tujuan
c. Demi
g. Mengorbankan a. Untuk
d. Waktu
h. Memperalat 4. Akronim 9. Konjungsi hubungan penambahan
i. menghadapi a. NICA a. Dan
j. menyerang b. DOMEI 10. Konjungsi hubungan pertentangan
k. membom c. BKR a. Tetapi
l. membumihanguskan d. LASWI b. Selain
m. menggunakannya e. TRI
n. menyerang f. MP3
4. Nilai-nilai yang dapat diteladani dari teks
a. Rela berkorban
b. Kepemimpinan
c. Keberanian
d. Bekerja keras
e. Pantang menyerah
f. Kebersamaan
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai