Anda di halaman 1dari 16

TEORI KEPERAWATAN MENURUT HILDEGARD E.

PEPLAU

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan

Disusun oleh :

Ira Karimah Maesyaroh

Irma Khoerunisa

Lianti Sri Rahayu

Rychie Fatahilah N.H

Santi Pusmayanti A

Sinta Oktapianti

Prodi S1 Keperawatan Tingkat I

STIKes YPIB MAJALENGKA

Jl. Gerakan Koperasi No. 004 Majalengka 45411


Telp. (0233) 284040, 284098, 282004 Fax. (0233) 284098

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis senantiasa panjatkan kehadirat Allah SWT. karena telah

memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Teori Keperawatan

menurut Peplau" tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan bagi Baginda

Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori

Keperawatan. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan

bagi pembaca tentang teori dan konsep keperawatan menurut peplau.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Hera Hijriani, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku

dosen mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan. Tugas yang telah diberikan ini dapat

menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga

mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan

memerlukan penyempurnaan terutama pada bagian isi. Oleh karena itu apabila ada saran atau

kritik yang bersifat membangun akan di terima. Harapan penulis semoga makalah ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.

Sumedang, Oktober 2020

PENULIS

ii
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGATAR...........................................................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

D. Manfaat...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau.......................................................3

B. Model dari Konsep Hildegard E. Peplau.........................................................................5

C. Fase-fase dalam Keperawatan Menurut Hildegard E. Peplau.........................................6

D. Kelebihan dan Kekurangan dari Teori Hildegard E. Peplau.........................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................12

B. Saran..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar

manusia mulai dari bilogis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan kebutuhan tersebut

diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dan praktik keperawatan professional.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional. Pelayanan kesehatan

professional yaitu bentuk pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika

keperawatan. Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayan kesehatan ikut

menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

Untuk menjalankan tugas keperawatan, banyak teori keperawatan yang digunakan,

salah satunya adalah Hildegard E. Peplau. Model konsep dan teori keperawatan oleh

Peplau menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain

yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral

yaitu klien, perawat, masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit sumber kesulitan dan

proses interpersonal. Keperawatan professional didasarkan pada adanya pendekatan yang

disebut “Proses Keperawatan” dan “Dokumentasi Keperawatan”. Sebagai pedoman dalam

setiap praktik keperawatan, diperlukan berbagai teori yang digunakan untuk menjalankan

tugas keperawatan. Pada makalah ini, akan dibahas model dan konsep teori keperawatan

menurut Hildegard E. Peplau.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menjelaskan kepada mahasiswa tentang

model konsep dan teori keperawatan menurut peplau, selain itu dengan adanya makalah

ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti bagaimana tugas dan sikap perawat

yangseharusnya serta dapat mengimplementasikannya dalam lingkungan kerja nanti.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori Hildegard E. Peplau?

2. Bagaimana model dari teori Hildegard E. Peplau?

3. Bagaimana fase-fase dalam keperawatan dalam teori Hildegard E. Peplau?

4. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori keperawatan Hildegard E. Peplau?

C. Tujuan

1. Tujuan umum dari makalah ini untuk mengetahui riwayat dan teori yang dikemukakan

oleh Hildegard E. Peplau

2. Tujuan khusus dari makalah ini untuk mengetahui tentang aplikasi teori yang

dikemukakan oleh Hildegard E. Peplau

D. Manfaat

1. Agar memahami riwayat dan teori yang di kemukakan oleh Hildegard E. Peplau

2. Agar mengetahui aplikasi yang digunakan dalam teori Hildegard E. Peplau

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau

Peplau mendefinisikan konsep utama teorinya sebagai “psychodynamic nursing”

karena bertujuan memahami suatu perilaku untuk membantu orang lain mengidentifikasi

kesulitan yang dimilikinya dan untuk mengaplikasikan prinsip – prinsip human relation

dalam menyelesaikan masalah yang dibangun dari semua tingkat pengalaman (Tomey &

Alligood, 1998).

Menurut Peplau, keperawatan adalah terapeutik karena hal ini mengandung suatu seni

menyembuhkan, menolong individu yang sakit atau membutuhkan pelayanan kesehatan.

Keperawatan dapat dipandang sebagai satu proses interpersonal karena melibatkan

interaksi antara dua atau lebih individu dengan tujuan yang sama. Dalam keperawatan

tujuan bersama ini akan mendorong kearah proses terapeutik dimana perawat dan pasien

saling menghormati satu dengan yang lain sebagai individu, kedua-duanya mereka belajar

dan berkembang sebagai hasil dari interaksi. Belajar menempatkan diri saat individu

mendapat stimulus dalam lingkungan dan berkembang penuh sebagai reaksi kepada

stimulus tersebut (George, 1995).

Untuk mencapai tujuan ini atau tujuan-tujuan yang lain di capai melalui penggunaan

serangkaian langkah-langkah dan pola yang pasti. Saat hubungan perawat dan pasien

berkembang pada pola terapeutik ini, ada cara yang fleksibel dimana fungsi perawat dalam

berpraktek – dengan membuat penilaian – dengan keahlian yang didapatkan melalui ilmu

pengetahuan, serta dengan menggunakan kemampuan teknis dan berbagai asumsi

(George, 1995).

3
Ketika perawat dan pasien mengidentifikasi satu masalah pertama kalinya, mereka

mulai menyusun tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Masing – masing

pendekatan yang gunakan sebagai tindakan nantinya, tergantung dari perbedaan latar-

belakang dan keunikan individu. Setiap individu dapat pandang sebagai satu struktur yang

unik biologis-psikologis-spritual-sosial, dimana reaksi antara individu satu dengan yang

lain tidak sama (George,1995).

Perawat dan pasien mempelajari persepsi yang unik tersebut dari perbedaan

lingkungan, adat-istiadat, kebiasaan, dan kepercayaan yang membentuk budaya individu

tersebut. Setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda sehingga mempengaruhi

persepsi dan perbedaan persepsi inilah sangat penting dalam proses interpersonal. Sebagai

tambahan lagi, perawat harus memiliki pengetahuan keperawatan seperti managemen

stress-krisis dan pengembangan teori, yang akan memberikan arahan pada pemahaman

yang lebi tentang peran perawat professional pada proses terapeutik. Sebagai perawat dan

pasien yang berhubungan terus harus mengerti peran masing-masing dan faktor – faktor

yang mempengaruhi masalah. Dari pemahaman tersebut, perawat dan pasien berkolaborasi

serta sharing sesuai tujuan yang ingin dicapai hingga masalah dapat teratasi (George,

1995).

Selama perawat dan klien bekerja sama, mereka akan memiliki banyak pengetahuan

dan kematangan berfikir selama proses. Peplau (1952/1988) memandang keperawatan

sebagai “ maturing force and an educative instrument”. Dia percaya bahwa keperawatan

adalah hasil pengalaman belajar mengenai diri sendiri sebaik individu lainnya yang terlibat

dalam hubungan interpersonal. Konsep ini didukung oleh Genevieve Burton penulis lain

tentang keperawatan (1950) mengatakan bahwa “ tingkah laku orang lain harus

dimengerti agar dapat mengerti diri sendiri secara jelas”. Seseorang yang sadar dengan

4
perasaannya sendiri, persepsinya sendiri serta tindakannya sendiri, akan lebih sadar

terhadap reaksi orang lain (George,1995).

Masing – masing terapeutik memberikan pengaruh pada pengembangan personal dan

professional antara perawat dan pasien. Selama perawat bekerja sama dengan pasien untuk

menyelesaikan masalah disetiap kehidupan, maka praktek perawat tersebut akan menjadi

bertambah efektif. Masing – masing individu perawat mempunyai pengaruh secara

langsung terhadap dirinya serta kemampuannya dalam terapeutik dan hubungan

interpersonal (George,1995).

B. Model dari Konsep Hildegard E. Peplau

Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan

tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan

dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral :

1. Pasien

Sistem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,

interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan

mengintegrasikan belajar pengalaman. Pasien adalah subjek yang langsung dipengaruhi

oleh adanya proses interpersonal.

2. Perawat

Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan pasien

yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Hal

ini berarti dalam hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai mitra kerja,

pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase

proses interpersonal.

3. Masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit / sumber kesulitan

5
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman

interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi

dengan orang lain mengancam keamanan psikologi dan biologi individu. Dalam model

peplau ansietas merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan langsung

dengan kondisi sakit.

4. Proses interpersonal

Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan pasien ini menggambarkan

metode transpormasi energi atau ansietas pasien oleh perawat yang terdiri dari 4 fase.

Peplau mengidentifikasi empat tahapan hubungan interpersonal yang saling berkaitan

yaitu: (1) orientasi, (2) identifikasi, (3) eksploitasi, (4) resolusi (pemecahan masalah).

Setiap tahap saling melengkapi dan berhubungan sebagai satu proses untuk

penyelesaian masalah.

C. Fase-fase dalam Keperawatan Menurut Hildegard E. Peplau

a. Orientasi

Pada fase awal, orientasi perawat dan klien bertindak sebagai dua individu yang

belum mengenal. Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang yang memerlukan

bantuan professional dan perawat berperan membantu klien mengenali dan memahami

masalahnya serta menetukan apa yang klien perlukan saat itu.

Namun kebutuhan ini tidak dapat dengan mudah diidentifikasi atau dipahami oleh

individu-individu yang terlibat. Ini sangat penting bahwa perawat bekerja sama dengan

pasien dan keluarga dalam menganalisis situasi sehingga mereka bersama-sama dapat

mengenali, memperjelas, dan mendefinisikan masalah yang ada.

Dengan saling menjelaskan dan mendefinisikan masalah dalam fase orientasi, pasien

dapat mengarahkan energi yang terakumulasi dari kecemasan kebutuhan yang tidak

6
terpenuhi untuk lebih konstruktif berhadapan dengan masalah yang diajukan.

Hubungan didirikan dan terus diperkuat sementara kekhawatiran sedang diidentifikasi.

Saat pasien dan keluarga berbicara dengan perawat keputusan bersama perlu dibuat

tentang jenis layanan professional apa yang harus digunakan.

Perawat sebagai narasumber, dapat bekerja dengan pasien dan keluarga. Sebagai

alternatif perawat membuat kesepakatan bersama dari semua pihak yang terlibat lihat

keluarga sebagai sumber lain seperti psikolog, psikiater, atau pekerja sosial. Pada

tahap orientasi perawat, pasien, dan keluarga merencanakan apa jenis layanan yang

dibutuhkan.

Fase orientasi secara langsung dipengaruhi oleh sikap pasien dan perawat tentang

memberi atau menerima bantuan. Oleh karena itu, dalam tahap awal perawat perlu

menyadari reaksi diri kepada pasien. Perawatan adalah proses interpersonal, baik

pasien dan perawat memiliki bagian yang sama penting dalam interaksi terapeutik.

Hal ini dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan terkait dengan kebutuhan

yang dirasakan dan rasa takut yang tidak diketahui. Penurunan ketegangan dan

kecemasan mencegah masalah lain yang timbul sebagai akibat dari depresi. Situasi

stres diidentifikasi melalui interaksi terapeutik. Sangat penting bahwa pasien

mengenali dan mulai bekerja melalui apa yang dirasakan terkait dengan penyebab

penyakitnya.

Pada akhir fase orientasi perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi

adanya serta menumbuhkan rasa saling percaya sehingga keduannya siap untuk

melangkah ke fase berikutnya ( Asmadi, 2005).

1. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam fase orientasi

a). Kontrak perawat – klien

7
Walaupun banyak klien memiliki pengalaman sebelumnya di sistem

kesehatan jiwa, penting bagi perawat untuk sekali lagi menjelaskan tanggung

jawab perawat dan klien. Tangung jawab ini pada awalnya harus disepakati dalam

kontrak informal atau verbal. Apabila kontrak tertulis diperlukan klien dimasa

lalu atau jika klien lupa kontrak verbal yang telah disepakati, kontrak tertulis

mungkin tepat dilakukan. Kontrak tersebut harus berisi :

1) Waktu, tempat, dan lama sesi pertemuan.


2) Kapan sesi pertemuan berakhir.
3) Siapa yang terlibat dalam rencana terapi.
4) Tangung jawab klien (tiba tepat waktu, selesai tepat waktu).
5) Tangung jawab perawat (tiba tepat waktu, selesai tepat waktu, menjaga
kerahasiaan setiap waktu, mengevaluasi kemajuan klien,dan
mendokumentasikan sesi pertemuan).
b). Kerahasiaan

Klien dewasa dapat memutuskan anggota keluarga yang dapat dilibatkan

dalam terapi dan dapat memiliki akses informasi klinis jika ada. Idealnya,

individu yang dekat dengan klien dan bertangung jawab untuk perawatan klien

yang dilibatkan. Akan tetapi, klien memutuskan siapa yang akan dilibatkan, agar

klien merasa aman dan batasan harus jelas.

Informasi tentang siapa yang memiliki akses ke data pengkajian klien dan

evaluasi kemajuan klien harus disampaikan kepada klien dengan jelas. Klien

harus diberitahu bahwa tim kesehatan jiwa saling berbagi informasi yang tepat

untuk memberi perawatan yang konsisten dan anggota keluarga dapat diberitahu

hanya jika klien mengizinkan.

b. Identifikasi

Pada fase ini klien memberikan respon atau mengidentifikasi persoalan yang

dihadapi bersama orang yang dianggap memahami masalahnya. Respon setiap klien

8
berbeda satu sama lain. Disini perawat melakukan eksploitasi perasaan dan membantu

klien menghadapi masalah yang dirasakan sebagai pengalaman yang mengorietasi

ulang masalahnya dan menguatkan kekuatan positif pada pribadi klien serta memberi

kepuasan yang diperlukan.

Selama fase identifikasi, klien diharapkan mulai memiliki perasaan terlibat dan

mulai memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah dengan mengurangi rasa tidak

berdaya dan putus asa. Upaya ini akan membuat sikap positif kepada diri klien guna

melaju ke fase selanjutnya.

Bagian pengalaman dari klien dan perawat akan memiliki titik tengah apa harapan

mereka selama proses interpersonal. Seperti disebutkan dalam fase orientasi, sikap awal

dari pasien dan perawat sangat penting dalam membangun hubungan kerja untuk

mengidentifikasi masalah dan memutuskan bantuan yang tepat. Persepsi dan harapan

klien dan perawat dalam fase identifikasi lebih kompleks dari pada fase sebelumnya.

c. Eksploitasi

Pada fase ini, perawat memberi layanan keperawatan berdasarkan kebutuhan klien.

Disini, masing-masing pihak mulai merasa menjadi bagian integral dari proses

interpersonal. Selama fase eksploitasi klien mengambil secara penuh nilai yang

ditawarkan kepadanya melalui sebuah hubungan (Asmadi, 2005). Fase ini merupakan

inti hubungan dalam proses interpersonal. Dalam fase ini perawat membantu klien

dalam memberikan gambaran kondisi klien dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.

Prinsip tidakan pada fase ini adalah eksploitasi atau menggali, memahami keadaan

klien, dan mencegah meluasnya masalah. Perawat mendorong klien untuk menggali

dan mengungkapkan perasaan, emosi, pikiran serta sikapnya tanpa paksaan dan

mempertahankan suasana terapeutik yang mendukung. Melalui penentuan nasib sendiri,

pasien semakin mengembangkan tanggung jawab untuk dirinya sendiri. Kepercayaan

9
pada potensi, dan penyesuaian menuju kemandirian dan kemerdekaan. Pasien-pasien ini

realistis mulai membangun tujuan mereka sendiri terhadap status kesehatan.

Mereka berjuang untuk mencapai pola atau arah hidup mereka kepada kesehatan.

Hal ini dicapai dengan menjadi produktif, dengan percaya dan tergantung pada

kemampuan mereka sendiri. Akibatnya, kepribadian mereka terus terbentuk, mereka

mengembangkan sumber-sumber kekuatan batin yang menghadapi masalah baru atau

tantangan. Klien mungkin dalam peran dependen sementara kebutuhan simultan untuk

kemerdekaan. Ada berbagai penyebab dapat memicu timbulnya ketidakseimbangan

psikologis ini. Klien akan terombang-ambing dan akan muncul perasaan bingung dan

cemas. Dalam merawat pasien yang berfluktuasi antara ketergantungan dan

kemandirian, perawat harus terlibat dengan perilaku tertentu untuk menangani masalah

inkonsistensi komposit.

Pada fase ini, perawat juga dituntut menguasai keterampilan berkomunikasi secara

terapeutik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa fase eksploitasi merupakan fase

pemberian bantuan kepada klien sebagai langkah pemecahan masalah. Jika fase ini

berhasil, proses interpersonal akan berlanjut ke fase akhir, yaitu fase resolusi.

a). Tugas khusus perawat dalam fase eksploitasi

1) Mempertahankan hubungan
2) Mengumpulkan lebih banyak data
3) Mengekspoitasi persepsi realitas
4) Mengembangkan mekanisme koping positif
5) Meningkatkan persepsi diri positif
6) Mendorong verbalisasi perasaaan
7) Memfasilitasi perubahan perilaku
8) Mengatasi resistens
9) Mengevaluasi kemajuan dan mendefinisikan kembali tujuan jika tepat
10) Memberi kesempatan klien untuk mempraktikkan perilaku baru
11) Meningkatkan kemandirian (Sheila L Videbeck, 2008).

10
d. Resolusi

Pada fase resolusi, tujuan bersama antara perawat dan klien sudah sampai pada

tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubungan terapeutik yang selama ini terjalin.

Fase resolusi terkadang menjadi fase yang sulit bagi kedua belah pihak sebab disini

dapat terjadi peningkatan kecemasan dan ketegangan jika ada hal-hal yang belum

terselesaikan pada masing-masing fase. Indikator keberhasilan untuk fase ini adalah

jika klien sudah mampu mandiri dan lepas dari bantuan perawat. Selanjutnya, baik

perawat maupun klien akan menjadi individu yang matang dan lebih berpengalaman

(Asmadi, 2005).

D. Kelebihan dan Kekurangan dari Teori Hildegard E. Peplau

1. Kelebihan dari teori Peplau, yaitu:

a. Dapat meningkatkan kejiwaan pasien untuk lebih baik

b. Dapat menurunkan kecemasan klien dalam teori keperawatan

c. Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik

d. Dapat mendorong pasien untuk lebih mandiri

2. Kekurangan dari teori Peplau, yaitu:

a. Kurangnya penekanan pada health promotion dan pemeliharaan kesehatan

diantaranya dinamika intra keluarga, pertimbangan ruang individu, serta layanan

sumber daya sosial komunitas/masyarakat juga kurang diperhatikan.

b. Teori Peplau tidak dapat digunakan untuk pasien yang tidak bisa mengekspresikan

kebutuhannya.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori Hildegard E. Peplau berfokus pada individu, perawat dan proses interaktif.

Hildegard E. Peplau yang menghasilkan hubungan Antara perawat dank lien. Peplau

mendefinisikan konsep utama teorinya sebagai “psychodynamicnursing” karena bertujuan

memahami perilaku untuk membantu orang lain mengidentifikasi kesulitan yang

dimilikinya dan untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip human relation dalam

menyelesaikan masalah yang dibangun dari semua tingkat pengalaman.

B. Saran

Diharapkan kepada semua perawat untuk dapat mengembangkan ilmunya dalam

melaksanakan asuhan keperawatan atau pengabdian masyarakat, serta dapat

mengaplikasikan teori-teori yang sudah ada dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

12
DAFTAR PUSTAKA
http://febyanadwicahyanti.blogspot.com/2014/03/teori-keperawatan-hildegard-e-
peplau_8.html?m=1#:~:text=Teori%20Peplau%20merupakan%20teori%20yang.kebutuhan
%20yang%20baru%20mungkin%20muncul
https://aindriblog.wordpress.com/2012/11/25/teori-dan-konsep-keperawatan-menurut-
hildegard-e-peplau/amp/#aoh=160116053413822&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2013/05/konsep-model-hildegard-peplau.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai