Anda di halaman 1dari 92

Oleh: Asri Hidayat

TEORI BELAJAR
2
Masa lalu
Sekarang dan yang akan datang
There are 6 main theories

1. BEHAVIORISTIK/Perubahan perilaku
2. KOGNITIF
3. HUMANISTIK/memanusiakan manusia
4. KONSTRUKTIVIS
5. Ausubel
6. Sibernetik

5
Teori Belajar

 Aliran Tingkah  Aliran Humanistik


Laku  Bloom & Krathwohl
 Thorndike  Kolb
 Watson  Honey & Mumford
 Clark Hull  Habermas
 Edwin Guthrie
 Skinner

 Aliran Sibernetik  Aliran Kognitif


 Landa  Piaget
 Pask & Scott  Ausubel
 Bruner 6
Teori Belajar Behavioristik
Tokoh Teori Behavioristik:
 a. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
 b. Ivan P. Pavlov (1849-1936)
 c. Burrhus F. Skinner (1904 -1990)

7
8
Edward Lee Thorndike (1874-1949)
 Belajar peristiwa terbentuknya
asosiasi antara stimulus (S) dgn
respon (R)
 Stimulus suatu perubahan dari S R
lingkungan eksternal yang menjadi
tanda untuk mengaktifkan organisme A stimulus is presented
in order to get a
untuk beraksi atau berbuat R response/ Stimulus
 Respon tingkah laku yang disajikan
dimunculkan karena adanya untuk mendapat
perangsang tanggapan: :

9
Edward Lee Thorndike (1874-1949)
 Supaya tercapai hubungan antara S dg R, dibutuhkan
kemampuan untuk melakukan trial dan error
 Terjadinya asosiasi S dg R, mengikuti hukum-hukum:
 Hukum kesiapan
 Hukum latihan
 Hukum akibat
 Hukum tambahan:
 Hukum reaksi bervariasi
 Hukum sikap
 Hukum aktivitas berat sebelah
 Hukum respon by analogi
 Hukum perpindahan asosiasi
10
Edward Lee Thorndike (1874-1949)
 Revisi hukum
 Hukum latihan ditinggalkan
 Hukum akibat direvisi
 Syarat terjadinya hubungan bukan kedekatan tetapi adanya
kesesuaian S dan R
 Akibat suatu perbuatan yang dapat menular

11
Ivan Petrovich Pavlov (1849 - 1936)
 Belajar adalah pengkondisian atau
persyaratan klasik (Classical
Conditioning)
 Proses ini ditemukan Pavlov
melalui percobaannya terhadap
anjing
 Perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus
bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi
yang diinginkan
Anjing, yang air liurnya akan keluar apabila
diberikan stimulus yang sesuai ( tulang ) 12
Classical conditioning
Watson, Pavlov - Respondent behavior: elicited
by specific observable stimulus/ Perilaku responden:
ditimbulkan oleh stimulus khusus yang dapat
diamati

http://www.youtube.com/watch?v=hhqumfpxuzI
Ivan Petrovich Pavlov (1849 - 1936)

Mekanisme belajar adalah dengan


memasangkan stimulus lemah dengan
stimulus yang kuat
Misalnya: mata pelajaran yang sulit
hendaknya diimbangi dengan guru yang
menyenangkan atau metode
pembelajaran yang menggairahkan

14
Burrhus Frederic Skinner (1904 -1990)
The response is made
 Belajar perlu dikontrol melalui
first, then
proses Operant Conditioning
reinforcement
 Operant Conditioning adalah suatu follows/Respons
proses penguatan perilaku operan dibuat pertama,
(positif atau negatif) yg dapat kemudian diikuti
menyebabkan perilaku tersebut penguatan.
berulang atau menghilang sesuai
dg keinginan
 Reinforcement adalah sesuatu
yang dapat meningkatkan perilaku
apabila diberikan

15
Burrhus Frederic Skinner (1904 -1990)

 Extinction adalah sesuatu yang dapat menurunkan


perilaku karena tidak adanya reinforcement
 Tidak ada hukuman
 Tingkah laku yang diharapkan akan diberi hadiah dg
cara variabel rasio reinforcer (untuk menghindari
perilaku siswa yg tergantung pada hadiah).
 Dalam belajar digunakan metode shaping/
membentuk

16
Classical Operant
Conditioning/ Conditioning/skiner
pavlov
Terjadi bila Dua stimulus Suatu respon (R) diikuti oleh
dipasangkan pemberian “stimulus yang
menguatkan/reinforcing stimulus
(SRf)”
Sifat respon Involuntary/tidak Voluntary
disengaja

Asosiasi yang CS CR R SRf


diperlukan
Teacher-centered instruction
(Behaviorism)

Information
Knowledge

Teachers

Class of
Community
Students
TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
(TINGKAH LAKU)
 Belajar adalah perubahan tingkah laku
 Proses belajar mengajar:

Penguatan (+)

Stimulus Proses Respons

Penguatan (-)

 Faktor lain ialah penguatan (reinforcement) yang dapat memperkuat


timbulnya respons. Reinforcement bisa positive bisa negative
 Yang terpenting adalah masukan berupa stimulus dan keluaran
berupa respons (karena dapat diamati)
 Kritik :
1. tidak mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks
2. tidak semua hasil belajar dapat diamati dan diukur
19
Ada beberapa tipe “reinforces” yaitu:

1. “reinforces” positif
sosial: misalnya senyuman, kata-kata pujian
grafik: memo, rekomendasi, sertifikat
tangible: permen
activity: dipilih menjadi ketua, ikut seminar,
menjadi asisten
2. “reinforces” negatif
Bila “reinforces” ini dihilangkan akan
meningkatkan perilaku yang diinginkan
misalnya bila tidak menunjukkan perilaku
yang dikehendaki akan didenda.
Denda dihentikan setelah perilaku yang
dikehendaki muncul.
Denda disini berfungsi sebagai
“reinforces” negatif
3. Ada beberapa jenis “reinforces” sesuai
dengan waktu memberikan, yaitu:
a. Ratio: “reinforces” diberikan setelah
sekian kali perilaku diperlihatkan
b. Fixed interval:”reinforces” diberikan
setelah periode tertentu
Bila mahasiswa tidak diberikan “reward”
saat memperlihatkan perilaku yang sesuai,
maka mungkin akan muncul perilaku yang
tidak dikehendaki
Respon mahasiswa terhadap
“reinforces” yang positif lebih
bermakna daripada respon
mereka terhadap suatu hukuman.
Namun demikian hukuman
diperlukan untuk mengurangi
perilaku yang tidak sesuai
Aturan mesti dibuat dan
ditegakkan
Aplikasi Behaviorisme dlm PBM
MELIPUTI LANGKAH-LANGKAH :
 Menentukan tujuan instruksional
 Menganalisis lingkungan kelas, termasuk “entry behavior”
mahasiswa
 Menentukan materi pelajaran
 Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil
 Menyajikan materi pelajaran
 Memberikan stimulus berupa : pertanyaan, tes, latihan,
tugas-tugas
 Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan
 Memberikan penguatan (positif maupun negatif)
 Memberikan stimulus baru
 Mengevaluasi hasil belajar
 Memberikan penguatan, dan seterusnya
24
Teori Kognitif dan Konstruktivisme

 Konstruktivisme
 John Dewey (1856-1952)
 Jean Piaget (1896-1980)
 Jerome Brunner (1915)
 Kognitif
 Wertheimer - Kurt Koffka - Kohler (1887-1959)

25
Student-centered learning
(Constructivism)
Information
Knowledge

Individual &
collaborating
students

Teachers Community
KONSTRUKTIVISME
sebagai Bentuk Eksplorasi Konsep
yang dimiliki mahasiswa
 Pengetahuan itu dibangun dan dikembangkan, bukan
ditransmisikan/Dikirim  Guru tidak bisa semata-
mata mentransfer informasi pada mahasiswa
 Pengetahuan yang dimiliki para mahasiswa (prior
knowledge) berpengaruh terhadap pembelajaran 
Pengetahuan yang dibangun mahasiswa tergantung
pada apa yang telah mereka ketahui
 Membangun pengetahuan yang bermanfaat
memerlukan usaha keras yang dipandu oleh tujuan
pembelajaran yang jelas.
KONSTRUKTIVISME
 Para mahasiswa sudah memiliki
perspektif pengetahuan yang cukup luas,
terbentuk dari pembelajaran dan
pengalaman bertahun-tahun
 Pengetahuan dibangun dari pengalaman
 Dengan perjalan waktu, mereka
menyaring dan memilah seluruh
pengalaman yang berdampak pada
kemampuan menginterpretasi hasil
observasi mereka
KONSTRUKTIVISME (lanjutan):
 Para mahasiswa secara emosional lekat dengan
pandangan/perspektifnya dan sifat ini tidak
mudah “dipatahkan”
 Menantang, merevisi, dan merestrukturisasi
perspektif mereka memerlukan upaya yang
kuat dan konsisten
 Dengan demikian dosen dan para mahasiswa
harus menyadari “dunia” mereka masing-
masing
Prinsip pembelajaran 1

“Priorknowledge” yang
dipunyai seseorang merupakan
determinan paling penting
dalam menentukan sifat dan
jumlah informasi baru yang
dapat diproses didalam otak
Prinsip pembelajaran 2

Walaupun “prior knowledge”


merupakan determinan terpenting
dalam pemrosesan informasi baru,
namun ternyata belum cukup. “Prior
knowledge” tersebut butuh diaktifkan
oleh suatu “cues” yang kontekstual
(mengaitkan dengan kehidupan
sehari-hari).
Prinsip pembelajaran 3

Pengetahuan ditata dalam


memori. Bagaimana cara kita
menata dalam memori tersebut
akan mempengaruhi apakah
pengetahuan tersebut menjadi
lebih mudah atu sulit diakses
Prinsip pembelajaran 4

Apabila saat belajar terjadi


proses “elaboration” maka
informasi tersebut akan
tersimpan lebih baik serta
lebih mudah diakses
dikemudian hari.
Mengamati – berusaha
dengan tekun dan cermat
untuk dapat mengembangkan
kemampuan yang dimiliki –
butuh orang yang membenahi
bila ada kesalahan
34
Prinsip pembelajaran 5

Kemampuan untuk
mengaktifkan pengetahuan
yang telah disimpan dalam
memori jangka panjang
tergantung pada kontekstual
“cues”
Prinsip pembelajaran 6

Agar lebih termotivasi untuk


belajar waktu untuk
memproses informasi bisa
diperpanjang
Wolfgang Kohler (1887-1959)

 Insight/wawasan : pengamatan
atau pemahaman mendadak thd
hubungan antar bagian di dlm
suatu situasi permasalahan.
 Insight ini sering dihubungkan dgn
pernyataan aha.

37
Wolfgang Kohler (1887-1959)

 Kohler (1925) suggested that problem solving


involves mentally combining and recombining
various elements of a problem until a
structure that solves the problem is achieved.
 Kohler (1925) menyarankan bahwa
pemecahan masalah melibatkan mental
menggabungkan dan mengkombinasikan
berbagai elemen dari suatu masalah sampai
struktur masalah yang dipecahkan dicapai.

38
John Dewey (1856-1952)

 Belajar harus bersifat aktif,


langsung terlibat, berpusat pada
siswa (SCL = Student-Centered
Learning) dalam konteks
pengalaman sosial
 Kesadaran sosial menjadi tujuan
dari semua pendidikan
 Guru bertindak sebagai fasilitator
39
Jean Piaget (1896-1980)

 Idenya yg terkenal yaitu cara berpikir anak dan tahap


perkembangan berpikir (kognitif)
 Dasar proses berpikir adalah pengamatan
 Belajar mendasari pd pengamatan yg melibatkan
seluruh indra, menyimpan kesan lebih lama dan
menimbulkan sensasi yang membekas pada siswa
 Tahap perkembangan kognitif:
 Sensorimotorik
 Praperasional
 Operasional konkrit
 Operasional formal
40
Jean Piaget (1896-1980)

 Proses belajar terdiri dari 3 tahapan, yaitu:


 asimilasi (penyesuaian pengetahuan baru
dg struktur kognitif yang sudah ada)
 akomodasi (penyesuaian struktur kognitif
dg pengetahuan baru)
 equilibrasi (penyeimbangan mental setelah
terjadi proses asimilasi/akomodasi)
 Guru memfasilitasi proses terjadinya
ketidakseimbangan (disequilibrium)
41
Jerome Brunner (1915- )

 Belajar proses aktif sbg upaya


membebaskan siswa untuk belajar sendiri
dengan cara menemukan (discovery
learning)
 Siswa berinteraksi dg lingkungan melalui
eksplorasi dan manipulasi obyek
 Cara terbaik belajar yaitu dg
mengkonstruksikan sendiri konsep dan
prinsip yg dipelajari

42
Jerome Brunner (1915- )

penting dlm pembelajaran


 Faktor-faktor

 Guru sbg fasilitator


 Siswa melakukan pemaknaan
melalui eksplorasi, manipulasi, dan
berpikir
 Penggunaan teknologi dlm
pembelajaran

43
KOGNITIVISME : BRUNER
 Tiga tahap perkembangan kognitif anak
 Enaktif/belajar sambal melakukan (0 – 3 tahun) 
(aktivitas mahasiwa untuk memahami lingkungan melalui
observasi langsung realitas)
 Ikonik/pengetahuan disajikan mll gambar yg mewakili
suatu konsep (3-8 tahun)  (mahasiswa mengobservasi
realitas tidak secara langsung, tetapi melalui sumber
sekunder , misalnya melalui gambar-gambar atau
tulisan).
 Simbolik/membentuk makna mll proses
komunikasi/interaksi (>8 tahun)  (mahasiswa membuat
abstraksi berupa teori,
penafsiran, analisis terhadap realitas yg diamati &
dialami)
 Kurikulum spiral pemberian materi dari yang sederhana 44
sampai yang kompleks
Konsep Teori Kognitif
 Siswa : pembelajar yang aktif
 Belajar : proses menemukan (insight – aha) dan
memperoleh penyelesaian masalah (problem
solving)
 Guru : pendamping, teman diskusi serta fasilitator,
yang memberikan alat belajar, memanipulasi
situasi dan kondisi belajar shg siswa bisa belajar
sendiri
 Kegiatan belajar : to explore, to manipulate, to
experiment, to question, and to search out answers
for themselves - activity is essential
45
Konsep Teori Kognitif

 Fasilitas : Laboratories, workshops and


technologies that encourage interactivity
such as multimedia, hypermedia and
virtual reality. TAPI Komputer perangkat
lunak yang ketat bor dan praktek tidak
cocok dengan lingkungan penemuan
aktif. Bor dan praktek menghafal, sering
digunakan di sekolah-sekolah bahasa,
tidak mendorong kreativitas atau
penemuan 46
TEORI BELAJAR KOGNITIVISME

 Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman


(tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang
dapat diamati)

 Setiap orang telah mempunyai pengetahuan/


pengalaman dalam dirinya, yang tertata dalam bentuk
struktur kognitif. Proses belajar terjadi bila materi yang
baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah
dimiliki.

A B C D ABCD = Struktur
kognitif
mahasiswa
47
TEORI BELAJAR KOGNITIVISME

 Teori belajar yang berkembang berdasarkan teori ini


ialah teori perkembangan Piaget, teori kognitif
Bruner, dan teori bermakna Ausubel
 Kritik :
1. Lebih dekat pada psikologi daripada teori belajar,
sukar diaplikasikan
2. Sukar dipraktekkan, karena tidak mungkin
memahami
“struktur kognitif” yang ada dalam setiap orang
mahasiswa

48
Aplikasi Teori Kognitif Bruner

 Menentukan tujuan-tujuan instruksional


 Memilih materi pelajaran
 Menentukan topik yang bisa dipelajari secara induktif
oleh mahasiswa  Karena menemukan
 Mencari contoh, tugas, ilustrasi, dsb
 Mengatur topik-topik mulai dari yang paling konkret
ke abstrak, dari yang sederhana ke kompleks, dari
tahap enaktif, ikonik ke simbolik, dsb.nya
 Mengevaluasi proses dan hasil belajar

49
Aplikasi Teori Perkembangan Piaget

1) Menentukan tujuan instruksional


2) Memilih materi pelajaran
3) Menentukan topik yang dapat dipelajari secara aktif
oleh mahasiswa (bimbingan minimum oleh dosen)
4) Merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik
yang akan dipelajari mahasiswa
5) Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang memacu
krativitas mahasiswa untuk berdiskusi atau bertanya
6) Mengevaluasi proses dan hasil belajar

50
Aplikasi Teori Kognitif dan Konstruktivistik
Dlm Pembelajaran
Tujuan pendidikan menurut teori belajar kognitif:
 Menghasilkan individu atau anak yang memiliki
kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapi,
 Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga
terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan
keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
 Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan
melalui belajar kelompok dengan menganalisis
masalah dalam kehidupan sehari-hari

51
Aplikasi Teori Kognitif dan Konstruktivistik
Dlm Pembelajaran
Tujuan pendidikan menurut teori belajar kognitif :
 Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat
menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.
 Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor,
dan teman yang membuat situasi yang kondusif
untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri
peserta didik.

52
Teori Kognisi Sosial dan Humanistik

Kognisi Sosial
 Lev Vygotsky (1896-1934)
 Albert Bandura (1925 – )

Humanistik
 Abraham Maslow
 Carl Rogers (1902- )
Social Cognitive
Teori ini memfokuskan pada apa dan
bagaimana orang saling belajar satu
dengan yang lain

Teori ini menyangkut konsep-konsep


seperti belajar dari mengamati orang,
imitasi dan menjadi model (modeling)
Prinsip dasar
 Orang dapat belajar dengan cara mengamati
perilaku orang lain
 Model bisa berupa:
a. model yang hidup (orang yang bisa dijadikan
contoh)
b. model simbolik (misalnya tokoh-tokoh film, cerita
dll)
 Agar “modeling” bisa efektif maka perlu pemusatan
perhatian (attention), mengingat (retention),
melakukan kembali ketrampilan yang dicontohkan
(motor reproduction), motivasi (motivation)
Prinsip dasar

 Karakteristik model yang efektif:


1. kompeten
2. mempunyai kharisma dan kuasa
3. relevan dengan kontek dimana perilaku
akan dicontoh
Lev Vygotsky (1896-1934)

Punya peran penting dlm memahami


budaya, interaksi sosial, dan peranan
bahasa dlm perkembangan kognitif
Belajar anak dilakukan dalam interaksi
lingkungan sosial maupun fisik
Pembelajaran berdasarkan scaffolding
yaitu memberikan ketrampilan dasar utk
pemecahan masalah secara mandiri
58
Lev Vygotsky (1896-1934)

Pemberian bantuan secara detil atau


penuh justru akan merusak pemahaman
Selain scaffolding, anak juga memiliki ZPD
(Zone Of Proximal Development) yaitu
area dimana anak mampu belajar dg
bantuan orang yg kompeten

59
Albert Bandura

Pentingnya proses
mengamati dan meniru
perilaku, sikap, dan
reaksi emosi orang lain
Albert Bandura (1925 – )
 Belajar dilakukan dg proses mengamati atau meniru
(belajar observasi)
 Faktor dlm proses belajar observasi:
 Perhatian
 Penyimpanan
 Reproduksi motorik
 Motivasi
 Teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri
 Modelling = peneladanan

61
Abraham Maslow

Individu berperilaku dalam upaya


memenuhi kebutuhan yg bersifat hirarkis
Hirarki kebutuhan ini perlu diperhatikan
guru dalam proses pembelajaran
Perhatian dan motivasi belajar tidak
mungkin berkembang apabila kebutuhan
dasar anak belum terpenuhi

62
Teori Maslow

5. Aktualisasi diri
4. Kebutuhan akan harga diri

3. Kebutuhan dicintai dan memiliki


2. Kebutuhan akan rasa aman

1. Kebutuhan fisiologis
Carl Rogers (1902- )
 Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan
kebutuhan dan keinginan siswa
 Kualitas belajar mencakup : keterlibatan siswa secara
personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan
adanya efek yang membekas pada siswa
 Dua tipe belajar :
 kognitif (kebermaknaan)
 experiential (pengalaman atau signifikansi)
 Terkenal dg Freedom to Learn
 Mengembangkan model pendidikan terbuka

64
Carl Rogers (1902- )
 Eksperimen Bobo Doll menunjukkan anak
meniru secara persis perilaku agresif dari orang
dewasa di sekitarnya
 Contoh aplikasi:
Berkunjung ke tokoh/ahli tertentu (Sbg model)
Demonstrasi
Role playing

65
Humanism
Teori Belajar Humanistik

Belajar adalah untuk “memanusiakan”


manusia
Cenderung bersifat eklektik, dalam arti
memanfaatkan teknik belajar apapun
asal tujuan belajar tercapai
Contoh: Ausubel (meaningful learning),
lihat juga kognitivisme
Krathwohl & Bloom, ada 3 kawasan
tujuan belajar : Kognitif, Afektif dan
Psikomotor 67
Teori Belajar Humanistik
Kolb, ada 4 tahap dalam proses belajar, yaitu
: pengalaman konkrit, pengalaman aktif dan
reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi
aktif
Honey & Mumford, berdasarkan teori Kolb
membagi mahasiswa menjadi 4 macam:
Aktifis, Reflektor, Teoris, dan Pragmatis
Habermas, ada 3 tipe belajar : belajar teknis,
belajar praktis dan belajar emansipatoris
Kritik : sukar digunakan dalam konteks yang
lebih praktis,dan lebih dekat dengan dunia
filsafat daripada dunia pendidikan
68
Aplikasi Teori Humanistik dlm
Pembelajaran
Aplikasi teori humanistik lebih
menunjuk pada ruh atau spirit
human being selama proses
pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan.
Guru : memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna
belajar dalam kehidupan siswa. 69
Aplikasi Teori Humanistik dlm
Pembelajaran
 Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center).
 Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri
yang bersifat negatif
 Proses belajar : menyenangkan & bermakna bagi siswa
 Aplikasinya melalui tahap-tahap :
1. Menentukan tujuan instruksional
2. Menentukan materi pelajaran
3. Mengidentifikasi “ entry behavior” mahasiswa
4. Mengidentifikasi topik-topik yang memungkinkan
5. Mahasiswa mempelajarinya secara aktif dst ……

70
Putting It All Together
Learning Learning Process Technology Support
Theory
Through positive/ Educational software can be
Behaviorism negative reinforcement used to measure the students
and punishment/Melalui assessment/Perangkat lunak
penguatan dan pendidikan dapat digunakan
hukuman positif / untuk mengukur penilaian
negatif siswa
Rehearsing information Flashcards and memory
Cognitivism and then storing it for games can help retain
long term use/Berlatih information taught in a
informasi dan kemudian lesson/Kartu flash dan
simpan untuk permainan memori dapat
penggunaan jangka membantu mempertahankan
panjang informasi yang diajarkan
dalam pelajaran
Construc Constructing ones Group PowerPoint
tivism own knowledge projects allow
through past students to work
experiences and together and combine
group their knowledge to
collaboration/Memba learn/Proyek
ngun pengetahuan PowerPoint grup
yang dimiliki sendiri memungkinkan siswa
melalui pengalaman untuk bekerja
masa lalu dan bersama dan
kolaborasi kelompok menggabungkan
pengetahuan mereka
untuk belajar

72
Ki Hajar Dewantara 2 Mei 1889

 Ing ngarsa sung tulada : di depan memberi teladan


 Ing madya mangun karsa : ditengah menciptakan
peluang untuk berprakarsa
 Tut wuri handayani : dari belakang memberikan
dorongan dan arahan

73
TEORI BERMAKNA AUSUBEL

 Proses Belajar terjadi bila mahasiswa


mampu mengasimilasikan pengetahuan
yang dimiliki dengan pengetahuan baru
 Proses Belajar terjadi melalui tahap-tahap:
 memperhatikan stimulus yang diberikan
 memahami makna stimulus
 menyimpan dan menggunakan
informasi yang sudah dipahami

74
TEORI BERMAKNA AUSUBEL

 Konsep penting : “Advance Organizer”,


yang merupakan gambaran singkat isi
pelajaran baru, yang berfungsi sebagai
 (1) kerangka konseptual sebagai titik
tolak proses belajar,
 (2) penghubung antara ilmu yang baru
dengan apa yang sudah dimiliki
mahasiswa,
 (3) fasilitator yang mempermudah
mahasiswa belajar
75
APLIKASI TEORI BERMAKNA AUSUBEL

 Menentukan tujuan instruksional


 Mengukur kesiapan mahasiswa
 Memilih materi pelajaran
 Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai
mahasiswa
 Menyajikan pandangan menyeluruh tentang apa
yang harus dipelajari
 Menggunakan “advance organizer” dengan cara
membuat rangkuman
 Mengajar mahasiswa memahami konsep dan prinsip
dengan fokus pada hubungan antara konsep yang
ada
 Mengevaluasi proses dan hasil belajar
76
TEORI BELAJAR SIBERNETIK

 Belajar adalah pengolahan informasi


 Yang terpenting adalah “sistem informasi”, yang
akan menentukan terjadinya proses belajar. Jadi
tidak ada satu pun jenis cara belajar yang ideal
untuk segala situasi
 Contoh : Landa (pendekatan algoritmik dan
heuristik), Pask & Scott (tipe mahasiswa
“wholist” dan “serialist”)
 Pendekatan belajar “algoritmik” menuntut
mahasiswa berpikir sistematis, tahap demi tahap,
linier menuju ke suatu target tertentu
(memahami rumus matematika)
77
TEORI BELAJAR SIBERNETIK

 Pendekatan “heuristik” menuntut berpikir


divergen, menyebar ke beberapa target
sekaligus. Memahami suatu konsep yang penuh
arti ganda dan penafsiran, biasanya menuntut
cara berpikir demikian
 tipe “wholist” cenderung mempelajari sesuatu
dari tahap yang paling umum ke tahap yang lebih
khusus
 Mah.tipe “serialist; cenderung berpikir secara
“algoritmik”
 Kritik : Lebih menekankan pada sistem informasi,
kurang memperhatikan bagaimana proses belajar
berlangsung (Sulit dipraktekkan)
78
APLIKASI TEORI BELAJAR SIBERNETIK
DALAM PROSES BM

 Menentukan tujuan instruksional


 Menentukan materi pelajaran
 Mengkaji sistem informasi yang terkandung
dalam materi tersebut
 Menentukan pendekatan belajar yang sesuai
dengan sistem informasi itu (apakah
algoritmik atau heuristik)
 Menyusun materi dalam urutan yang sesuai
dengan sistem informasinya
 Menyajikan materi dan membimbing
mahasiswa belajar dengan pola yang sesuai
dengan urutan pelajaran
79
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PROSES BELAJAR MENGAJAR

INTERNAL : EKSTERNAL
 Kemampuan
 Motivasi  Kondisi Belajar
 Perhatian  Tujuan Belajar
 Ingatan  Pemberian Umpan
 Lupa Balik
 Retensi
 Transfer

80
ANALISIS HASIL KERJA YANG RENDAH

Jarang Belum
berlatih menguasai
menggunakan pengetahuan/
keterampilan keterampilan

4 1
Prestasi
belajar
3 rendah 2

Konsekuensi Sifat atau struktur


negatif tugas yang sulit
pelaksanaan atau tidak
tugas menyenangkan

81
MOTIVASI
 Pengertian : “Movere” = menggerakkan

 Kondisi yang :
- menimbulkan perilaku
- mengarahkan perilaku
- mempertahankan intensitas
perilaku

82
ARCS MODEL
 PERHATIAN (ATTENTION)
 RELEVANSI (RELEVANCE)
 KEPERCAYAAN DIRI (CONFIDENCE)
 KEPUASAN ( SATISFACTION)

83
ATTENTION

Perhatian ditimbulkan oleh elemen yang :

 Baru
 Aneh
 Kontradiktif
 Kompleks

84
STRATEGI UNTUK MERANGSANG MINAT DAN
PERHATIAN MAHASISWA

 Gunakan metode instruksional yang


bervariasi
 Gunakan variasi media (transparansi,
videotape, dsb.nya) untuk melengkapi
perkuliahan
 Bila tepat, gunakan humor dalam presentasi
 Gunakan peristiwa nyata sebagai contoh
untuk memperjelas konsep
 Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan
mahasiswa
85
RELEVANCY (RELEVANSI)
Hubungan antara materi kuliah dengan kebutuhan
dan kondisi mahasiswa
 Motif pribadi (McClelland)
 Kebutuhan untuk berprestasi
(needs for achievement)
 Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for
power)
 Kebutuhan untuk berafiliasi (needs for
affiliation)
 Motif instrumental, bahwa keberhasilan dalam
suatu tugas adalah langkah untuk mencapai
keberhasilan lebih lanjut
 Nilai kultural, apabila tujuan yang ingin dicapai
sesuai dengan nilai yang dianut oleh
mahasiswa dan kelompok 86
STRATEGI UNTUK MENUNJUKKAN
RELEVANSI PERKULIAHAN

 Sampaikan apa kemampuan mahasiswa


setelah mempelajari kuliah tersebut,
berarti perlu menjelaskan tujuan
instruksional
 Menjelaskan manfaat pengetahuan/
keterampilan yang akan dipelajari yang
bekaitan dengan pekerjaan lulusan nanti
 Berikan contoh, latihan atau tes yang
langsung berhubungan dengan profesi
tertentu
87
KEPERCAYAAN DIRI (CONFIDENCE)

88
STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN
KEPERCAYAAN DIRI (CONFIDENCE)

 Memperbanyak pengalaman berhasil mahasiswa


(urutan materi dari mudah ke sukar)
 Perkuliahan disusun dalam bagian yang lebih kecil
 Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan
menyatakan persyaratannya ( tujuan instruksional
dan kriteria tes pada awal kuliah)
 Memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan
mahasiswa (adanya Kontrak Perkuliahan)
 Tumbuh kembangkan kepercayaan diri mahasiswa
 Berikan umpan balik yang konstruktif
89
SATISFACTION

90
STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN
KEPUASAN

 Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik


yang informatif, bukan ancaman atau sejenisnya
 Berikan kesempatan mahasiswa segera
mempraktekkan pengetahuan yang dipelajarinya
 Minta mahasiswa membantu teman yang belum
berhasil menguasai suatu keterampilan atau
pengetahuan
 Bandingkan prestasi mahasiswa dengan
prestasinya sendiri di masa lalu atau standar
lain, bukan dengan mahasiswa lain

91
Thank you
for Attention
Learn … Learn … and Learn …
In Everyday
Everytime, and
Everywhere
92

Anda mungkin juga menyukai