Anda di halaman 1dari 15

Teori Behaviorisme

Kelompok 6
Disusun Oleh:
Tito Poerwodianto (15040274082)
Hana Pertiwi (15040274082)
Destriana Amalia R. (15040274092)

Pengertian
Teori Belajar behaviorisme adalah teori belajar

yang menekankan pada tingkah laku manusia


sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
dan respon.
Stimulus adalah segala hal yang diberikan

oleh guru kepada pelajar, sedangkan respon


berupa reaksi atau tanggapan pelajar
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut.

Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat

diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah


stimulus dan respon. Oleh karena itu sesuatu yang diberikan
oleh guru (stimulus) dan sesuatu yang diterima oleh pelajar
(respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal penting untuk melihat perubahan tingkah laku
tersebut terjadi atau tidak.
Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang

menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)


berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain
adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun
eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan
respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik
terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan,
asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku Stimulus - Respon.

Premis dasar teori belajar behavioristik

menyatakan bahwa interaksi antara stimulus


respons dan penguatan terjadi dalam suatu
proses belajar. Teori belajar behavioristik
sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu
perubahan tingkah laku yang dapat dilihat.
Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan
atas respons yang muncul terhadap stimulus
yang bervariasi.

Karakteristik teori
behavioristik:
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang
nampak dengan mempergunakan metode
obyektif.
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu

Tokoh tokoh yang mengembangkan


teori behaviorisme:
a. Edward Lee Thorndike (1874-1949 )
b. Ivan P. Pavlov (1849 - 1936)
c. Burrhus F. Skinner (1904 - 1990)

Edward Lee Thorndike (1874-1949 )


Belajar : peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa-peristiwa :
stimulus (S) dgn respon (R).
Stimulus : suatu perubahan dari
lingkungan eksternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk
beraksi atau berbuat (R)
Respon : tingkah laku yang dimunculkan
karena adanya perangsang

Menghasilkan 3 hukum, yaitu:


Hukum law of readiness (Kesiapan), yaitu semakin siap

suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah


laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi
cenderung diperkuat.
Hukum law of exercise (latihan), yaitu semakin sering

tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka


asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Hukum law of effect (akibat), yaitu hubungan stimulus

respon cenderung diperkuat bila akibatnya


menyenangkan dan cenderung diperlemah jika
akibatnya tidak memuaskan

b. Ivan P. Pavlov (1849 - 1936)


Classic conditioning ( pengkondisian atau
persyaratan klasik) adalah proses yang
dikemukakan Pavlov melalui
percobaannya terhadap anjing, dimana
perangsang asli dan netral dipasangkan
dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan
reaksi yang diinginkan

Teori classic conditioning terbagi


menjadi 2 jenis, yaitu:
a)

Stimulus yang tidak terkondisi


(unconditioned stimulus-UCS), yaitu stimulus
yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa
didahului dengan pembelajaran apapun (contoh:
makanan).
Stimulus terkondisi (conditioned
stimulus-CS), yaitu stimulus yang sebelumnya
bersifat netral, akhirnya mendatangkan sebuah
respon yang terkondisi setelah diasosiasikan
dengan stimulus tidak terkondisi (contoh : suara bel
sebelum makanan datang).

b)

c. Burrhus F. Skinner (1904 - 1990)

Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan:
a)

Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih


membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
b) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan
kondisi belajar
3. Dapat diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka
meniru dan senang dengan penghargaan langsung seperti pemberian
hadiah.
4. Teori ini juga sangat menekankan pada prinsip bahwa setiap individu
memiliki potensi dalam belajar, yang membedakan hanya pada waktu
siswa
memahami suatu materi.

Kelemahan:

a) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning),


bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
b) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif.
c) Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa
(teori skinner) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata-kata kasar,
ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
Siswa mungkin akan menemukan dalam suatu situasi dimana stimulus bagi
respon yang benar tidak terjadi, karena siswa tersebut tidak sanggup
menanggapi.
2. Proses pembelajaran bersifat dapat diamati secara langsung, padahal
belajar
adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat dilihat dari luar, kecuali
gejalanya.
3. Proses belajar bersifat otomatis-mekanis, padahal setiap individu memiliki
self direction dan self control yang bersifat kognitif, sehingga ia bisa menolak
untuk merespin jika ia tidak menghendakinya.

Anda mungkin juga menyukai