Anda di halaman 1dari 28

Diana Putri Subroto

406182106
 Preeklampsia merupakan salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas ibu
dan bayi yang tertinggi di Indonesia
 Toksemia Gravidarum  vasospasme,
peningkatan resistensi pembuluh darah
perifer, dan penurunan perfusi organ
 kematian ibu berkisar antara 9,8% -
25,5%, sedangkan kematian bayi lebih
dari tinggi lagi, yakni 42,2% - 48,9%
 Salah satu komplikasi kehamilan yang
disebabkan langsung oleh kehamilan itu
sendiri.
 Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi,
oedema disertai proteinuria akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20
minggu atau segera setelah persalinan.
 Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita
hamil, dalam persalinan atau nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang atau
koma yang sebelumnya timbul gejala
preeklampsia
 Etiologi pasti belum dapat diketahui
Di sebut juga “disease of theories”
 Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida,
kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
 Sebab bertambahnya frekuensi pada bertambahnya
usia kehamilan.
 Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan
penderita dengan kematian janin intrauterin.
 Sebab jarangnya ditemukan kejadian preeklampsia
pada kehamilan berikutnya.
 Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria,
kejang, dan koma
 4-5 kasus per 10.000 kelahiran hidup pada
negara maju.
 6-10 kasus per 10.000 kelahiran hidup pada
negara berkembang
 Angka kematian ibu bervariasi ±4%. 
perdarahan intraserebral dan oedem paru
 Kematian perinatal berkisar antara 10%-28% 
prematuritas, pertumbuhan janin terhambat
 Eklampsia  75%antepartum, 25% post partum
dan 95% anterpartum terjadi trismester III
 Primigravida > multigravida
Faktor risiko preeklampsia adalah:
 Nullipara
 Kehamilan ganda
 Obesitas
 Riwayat keluarga preeklampsia –
eklampsia
 Riwayat preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya
 Diabetes mellitus gestasional
 Adanya trombofilia
 Adanya hipertensi atau penyakit ginjal
 Normal  invasi trofoblas ke dalam
jaringan desidua ke a.spiralisUntuk
memenuhi kebutuhan
kehamilanmembesarkan diameter arteri
 diameter arteri spiralis meningkat 4-6
kali lebih besar daripada arteri spiralis
wanita tidak hamil  peningkatan aliran
darah 10.000 kali dibandingkan aliran darah
wanita tidak hamil. Maka kemampuan
melebarkan diameter arteri spiralis ini
merupakan kebutuhan utama untuk
keberhasilan kehamilan.
Defisiensi plasentasi
kegagalan pada invasi
trofoblas, sehingga ‘perubahan
fisiologis’ pada arteri spiralis
tidak terjadi  insufisiensi dan
iskemia
 Trias : Hipertensi,Oedema dan
Proteinuria.
 Selain itu gejala seperti nyeri kepala,
nyeri epigastrium dan gangguan
penglihatan mulai timbul kelainan
tersebut biasanya berat
Working Group of the NHBPEP
Disebut preeklamsi ringan bila terdapat:
 1. Tekanan darah >140 / 90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu.
 2. Proteinuria kuantitatif (Esbach)  300 mg / 24 jam, atau dipstick
 +1.
Disebut preeklampsia berat bila terdapat:
 1. Tekanan darah >160 / 110 mmHg.
 2. Proteinuria kuantitatif (Esbach)  2 gr / 24 jam, atau dipstick 
+2.
 3. Trombosit < 100.000 / mm3.
 4. Hemolisis mikroangiopathi ( peningkatan LDH )
 5. Peningkatan SGOT / SGPT.
 6. Adanya sakit kepala hebat atau gangguan serebral, gangguan
penglihatan.
 7. Nyeri di daerah epigastrium yang menetap.
Gejala dan tanda PEB
 Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
 Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
 Peningkatan kadar enzim hati atau / dan
ikterus
 Trombosit < 100.000
 Ologuria < 400 ml/24 jam
 Proteinuria > 3 g/liter
 Nyeri epigastrium
 Skotoma dan gangguan visus lain atau
nyeri frontal yang berat
 Perdarahan retina
 Edema pulmonal
 koma
 Kejang didahului oleh makin
memburuknya preeklampsia dan
terjadinya gejala nyeri kepala di daerah
frontal, gangguan penglihatan, dan nyeri
epigastrium
Konvulsi pada eklamsia dibagi menjadi 4:
 tingkat awal atau aura. Berlangsung 30 detik. Mata
penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata
bergetar demikian pula tangannya, dan kepala
diputar ke kanan atau ke kiri.
 Kejang tonik yang berlangsung 30 detik. Pada saat
ini otot jadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangan
menggenggam, kaki membengkok
kedalam.pernapasan berhenti, muka menjadi
sianotik, lidah dapt tergigit.
 Kejang klonik berlangsung 1-2 menit. Semua otot
berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang
cepat
 Tingkatan koma.
 Pada dasarnya penangan preeklampsi
terdiri atas pengobatan medik dan
penanganan obstetrik
Tujuan pengobatan adalah :
 Mencegah terjadinya eklampsia.
 Anak harus lahir dengan kemungkinan
hidup besar.
 Persalinan harus dengan trauma yang
sedikit-sedikitnya.
 Mencegah hipertensi yang menetap
 Indikasi
untuk merawat penderita
preeklampsia

1. Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg


2. Proteinuria ≥ 1+
3. Kenaikan berat badan 1,5 kg atau lebih
dalam seminggu yang berulang.
4. Penambahan oedem berlebihan secara
tiba-tiba.
 Pre-eklampsia Ringan Simtomatis dan
istirahat yang cukup. Pemberian luminal
1-2 x 30 mg/hari dapat dilakukan bila
tidak bisa tidur.
 Bila tekanan darah tidak turun dapat
diberikan antihipertensi.

 Pre-eklampsia Berat Aktif atau


Konservatif
 Satu atau lebih kriteria berikut: ada tanda-tanda impending
eklampsia, HELLP syndrome, tanda-tanda gawat janin, usia janin
35 minggu atau lebih dan kegagalan penanganan konservatif

Medikamentosa
 1.anti kejang MgSO4 dalam infus 500 cc dextrose 5% tiap 6 jam.
 2. antihipertensi  nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral
 oksigen dengan nasal kanul 4-6 L /menit
 Terminasi kehamilan  penderita belum inpartu, dilakukan
induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter foley
atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi
tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi persalinan pervaginam.
 Pada kehamilan kurang dari 35 minggu
tanpa disertai tanda-tanda impending
eklampsia dengan kondisi janin baik,
dilakukan penanganan konservatif.
 Medikamentosa: sama dengan
penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila
tidak ada tanda-tanda preeklampsia
berat
 Tujuan utama pengobatan eklamsia adalah menghentikan
berulangnya kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya
dengan cara yang aman setelah ibu mengijinkan
Obat yang diberikan:
 Sodium penthotal sangat berguna menghentikan kejangan
dengan segera bila diberikan intravena. Dosis inisial dapat
diberikan 0,2-0,3 g dan disuntikkan perlahan-lahan
 Sulfas magnesicus yang dapat mengurangi kepekaan saraf
pusat pada hubungan neuro muskuler tanpa mempengaruhi
bagian lain dalam susunan saraf
 Lyctic cocktail yang terdiri atas petidin 100mg, klopromazin
100mg, dan prometazin 50mg dilarutkan dalam glukosa 5%
500ml dan diberikan secara infuse IV. Jumlah tetesan
disesuaikan dengan tensi penderita
Syarat - syarat pemberian MgSO4 :
 Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu
kalsium glukonas 10 % ( 1 gram dalam
10 cc) diberikan i.v. 3 menit (dalam keadaan
siap pakai)
 Refleks patella (+) kuat
 Frekuansi pernafasan > 16 kali permenit
 Produksi urine > 100 cc dalam 4 jam
sebelumnya ( 0,5 cc/kg bb/jam )

Sulfas magnesikus dihentikan bila :


 Ada tanda - tanda intoksikasi
 Setelah 8 - 24 jam pasca persalinan
Diagnosis diferensial pre-eklampsia:
 1.Hipertensi menahun
 2.Penyakit ginjal

Diagnosis diferensial eklamsia :


 1. Epilepsi
 2. Kejangan karena obat anastesia
 3. Koma karena sebab lain : perdarahan
otak, meningitis, ensefalitis
 Solutio plasenta, terjadi pada ibu yang
menderita hipertensi
 Hipofibrinogenemia, dianjurkan
pemeriksaan fibrinogen secara berkala.
 Nekrosis hati, akibat vasospasmus arteriol
umum.
 Sindroma HELLP, yaitu hemolisis,elevated
liver enzymes dan low platelet.
 Kelainan ginjal
 DIC.
 Prematuritas, dismaturitas, kematian janin
intra uterine
 Komplikasi berat
 mengancam kematian ibu, termasuk DIC, oedema pulmonaris,
ARF, dan berbagai komplikasi hemoragik
Ciri – ciri dari HELLP syndrome adalah:
 Nyeri ulu hati
 Mual dan muntah
 Sakit kepala
 Tekanan darah diastolik  110 mmHg
 Menampakkan adanya oedema

Penanganan nya sama seperti preeklampsia berat dan eklampsia,


namun di tambahkan kortikosteroid dosis tinggi antepartum
adalah dexametasone 2 x 10 mg sampai persalinan. Sedangkan
untuk post partum adalah 2 x 10 mg sebanyak 2 kali, dilanjutkan
dengan 2 x 5 mg sebanyak 2 kali, setelah itu dihentikan.
 Kriteria
yang dipakai untuk menentukan
prognosis eklamsia adalah kriteria Eden:
• Koma yang lama.
• Nadi > 120x/menit.
• Suhu > 40 ° C
• TD sistolik > 200 mmHg.
• Kejang > 10 kali.
• Proteinuria > 10 gr/dl.
• Tidak terdapat oedem.
 Dikatakan buruk bila memenuhi salah satu
kriteria di atas.

Anda mungkin juga menyukai