Anda di halaman 1dari 30

Asuhan keperawatan klien

dengan gangguan konsep diri

Ns. Henry Wiyono, S.Kep.,M.Kep


Pre test
Nn. S (28 tahun) dirawat di RSJ X. Saat dikaji, Nn.S mengatakan
kalau dirinya adalah wanita yang paling tidak beruntung. Sejak
ditinggal pacarnya untuk menikah dengan sahabatnya setahun
yang lalu, Nn. S merasa bahwa ia tidak akan bisa mendapatkan
pasangan lagi, bahkan tidak mau menikah meskipun ada yang
mengajaknya. Enam bulan yang lalu, Nn.S berhenti dari bekerja
karena merasa malu, setiap pekerjaannya selalu tidak pernah
Benar dan mendapatkan peringatan dari atasannya. Saat ini,
didapatkan Nn. S sering menunduk saat berbicara, kontak mata
ada tetapi minimal, serta tampak tidak bersemangat dan malas
melakukan kegiatan apapun.
Tujuan Instruksional
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa/i mampu menyusun
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri
Tujuan Instruksional Khusus.
1. Menjelaskan definisi konsep diri
2. Menjelaskan rentang respon konsep diri
3. Menjelaskan komponen konsep diri
4. Melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami gangguan
konsep diri
5. Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien yang
mengalami gangguan konsep diri
6. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien yang
mengalami gangguan konsep diri
7. Menyusun evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan
gangguan konsep diri
Konsep diri
• Konsep diri merupakan semua ide, pikiran,
perasaan, kepercayaan, serta pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan
memengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain.
• Konsep diri dipelajari melalui pengalaman
pribadi setiap individu, hubungan dengan
orang lain, dan interaksi dengan dunia di
luar dirinya
Rentang Respon
• Konsep diri seseorang terletak pada suatu
rentang respons antara ujung adaptif dan ujung
maladaptif, yaitu aktualisasi diri, konsep diri
positif, harga diri rendah, kekacauan
identitas, dan depersonalisasi.
Citra tubuh
• Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu
baik yang disadari maupun tidak terhadap
tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu atau
sekarang mengenai ukuran, fungsi,
keterbatasan, makna, dan objek yang kontak
secara terus-menerus (anting, make up,
pakaian, kursi roda, dan sebagainya) baik masa
lalu maupun sekarang.
Ideal diri
• Persepsi individu tentang seharusnya
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi,
tujuan, atau nilai yang diyakininya.
• Penetapan ideal diri dipengaruhi oleh
kebudayaan, keluarga, ambisi, keinginan, dan
kemampuan individu dalam menyesuaikan diri
dengan norma serta prestasi masyarakat
setempat
Peran
• Serangkaian pola sikap, perilaku, nilai, dan
tujuan yang diharapkan oleh masyarakat sesuai
posisinya di masyarakat/kelompok sosialnya
• Kesesuaian norma budaya dan harapannya
dengan perannya.
Identitas
• Kesadaran tentang “diri sendiri” yang dapat
diperoleh individu dari observasi dan penilaian
terhadap dirinya, serta menyadari individu
bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.
• Otonomi (mengerti dan percaya diri, hormat
terhadap diri, mampu menguasai diri,
mengatur diri, dan menerima diri)
individu dengan identitas diri
yang positif
Mengenal diri sebagai Menilai diri sesuai
individu yang utuh penilaian masyarakat.
terpisah dari orang lain.
Memandang berbagai Menyadari hubungan
aspek diri sebagai masa lalu, sekarang
suatu keselarasan dan yang akan datang.

Mengakui jenis kelamin Mempunyai tujuan dan


sendiri. nilai yang disadari
Individu yang berkepribadian
sehat

Citra tubuh yang


positif dan sesuai
Ideal diri yang
realistis
Harga diri tinggi
Penampilan peran
memuaskan
Identitas jelas
Harga diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan
menganalisis seberapa jauh perilaku
memenuhi ideal diri

Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan


orang lain

Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya


penerimaan dan perhatian
Managemen Asuhan
Keperawatan
1.
Assesment

5. 2. Nursing
Evaluation diagnosis

4. Implemen 3. Nursing
tation care plan
Assesment
Faktor Predisposisi
1. Citra tubuh
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi
dan fungsi).
b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan
tubuh (akibat tumbuh kembang atau penyakit).
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap
struktur dan fungsi tubuh.
d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan
kemoterapi.
2. Harga diri
a. Penolakan.
b. Kurang penghargaan.
c. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak
konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut.
3. Ideal diri
a. Cita-cita yang terlalu tinggi.
b. Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Ideal diri samar atau tidak jelas.
4. Peran
a. Stereotipe peran seks.
b. Tuntutan peran kerja.
c. Harapan peran kultural.
5. Identitas diri
a. Ketidakpercayaan orang tua.
b. Tekanan dari teman sebaya.
c. Perubahan struktur sosial.
Faktor Presipitasi

1. Trauma.
2. Ketegangan peran.
3. Transisi peran perkembangan.
4. Transisi peran situasi.
5. Transisi peran sehat-sakit.
Perilaku

1. Citra tubuh
2. Harga diri rendah
3. Kerancuan identitas
4. Depersonalisasi
Diagnosis nursing
• Tree problem
1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan
harga diri rendah.
2. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan
harga diri rendah.
3. Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan
dengan koping keluarga inefektif.
4. Gangguan konsep diri: identitas personal
berhubungan dengan perubahan penampilan
peran.
Rencana keperawatan
Tindakan Keperawatan pada Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifkasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan.
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
e. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah
dilatihnya.
Tindakan keperawatan
1. Mengidentifkasi kemampuan dan aspek positif
yang masih dimiliki pasien.
2. Membantu pasien dapat menilai kemampuan
yang dapat digunakan.
3. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan
kegiatan sesuai dengan kemampuan.
4. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih
sesuai kemampuan.
5. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan
sesuai kemampuannya.
Tindakan Keperawatan pada Keluarga

1. Tujuan
a. Keluarga dapat membantu pasien
mengidentifkasi kemampuan yang dimiliki.
b. Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang
sesuai kemampuan.
c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan latihan yang dilakukan
d. Keluarga mampu menilai perkembangan
perubahan kemampuan pasien.
Tindakan keperawatan

a. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang


dimiliki pasien.
b. Anjurkan memotivasi pasien agar
menunjukkan kemampuan yang dimiliki.
c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien
dalam melakukan kegiatan yang sudah
dilatihkan pasien dengan perawat.
d. Ajarkan keluarga cara mengamati
perkembangan perubahan perilaku pasien
Evaluasi
1. Kemampuan yang diharapkan dari pasien.
a. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki pasien.
b. Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.
c. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki.
2. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga.
a. Keluarga membantu pasien dalam melakukan
aktivitas.
b. Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap
kemampuannya melakukas aktivitas (Ah. Yusuf, Rizky
Fitriasary PK, Hanik Endang Nihayati, 2015).
Post test
Nn. S (28 tahun) dirawat di RSJ X. Saat dikaji, Nn.S mengatakan
kalau dirinya adalah wanita yang paling tidak beruntung. Sejak
ditinggal pacarnya untuk menikah dengan sahabatnya setahun
yang lalu, Nn. S merasa bahwa ia tidak akan bisa mendapatkan
pasangan lagi, bahkan tidak mau menikah meskipun ada yang
mengajaknya. Enam bulan yang lalu, Nn.S berhenti dari bekerja
karena merasa malu, setiap pekerjaannya selalu tidak pernah
Benar dan mendapatkan peringatan dari atasannya. Saat ini,
didapatkan Nn. S sering menunduk saat berbicara, kontak mata
ada tetapi minimal, serta tampak tidak bersemangat dan malas
melakukan kegiatan apapun.
Soal
1. Tentukan masalah keperawatan utama dari
kasus A!
2. Tuliskan data subjektif dan data objektif untuk
menegakkan masalah keperawatan No 1
3. Susunlah intervensi keperawatan untuk
masalah keperawatan No 1!
Referensi
• Ah. Yusuf, Rizky Fitriasary PK, Hanik Endang
Nihayati, 2015. BUKU AJAR KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA. Jakarta Selatan: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai