Anda di halaman 1dari 28

Akses Pelayanan Kesehatan

Lina Nurbaiti
Kasus
• Seorang ibu, hamil G6P4A1 usia 38 tahun, uk 36 mg mengalami
perdarahan pervaginam, hendak dirujuk ke RS dari PKM setempat. Pihak
keluarga meminta waktu untuk berunding dg keluarga besar, dan pasien
pulang paksa
• Seorang anak mengalami hipoksia pada saat dilahirkan pervaginam di
pustu terdekat, hendak dirujuk tetapi ambulance desa tidak bisa
menjangkau puskesmas terdekat oleh karena daerah pustu tersebut
merupakan daerah perbukitan dan pada musim hujan, banyak terjadi
longsor yang menutup jalan
• Seorang kakek mengalami penurunan kesadaran, hendak dirujuk ke RS
yang lebih lengkap fasilitasnya tetapi pihak keluarga menolak dg alasan
akan diobati dulu secara tradisional oleh “orang pintar” yang menjadi
langganan keluarga
• Seorang ibu, pasca melahirkan, mengalami kejang, dan pihak keluarga
akhirnya membawa pulang pasien dengan alasan tidak memiliki BPJS dan
tidak mampu secara ekonomi untuk membiayai perawatan di RS
Pengertian Aksesibilitas Pelayanan
Kesehatan
• kemampuan setiap individu untuk mencari
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan (Jones).
• Akses pelayanan kesehatan medis dapat
diukur dalam ketersediaan sumber daya dan
jumlah orang yang memiliki asuransi untuk
membayar penggunaan sumber daya
Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan di
Indonesia
•  MASALAH
Konsekuensi dari :
• kondisi geografis kepulauan
• Kondisi topografis ekstrim antar wilayah

Disparitas aksesibilitas pelayanan kesehatan  ketimpangan pembangunan


akibat dikotomi :
• Jawa-Bali dengan Non Jawa-Bali,
• Kawasan Barat Indonesia dibanding Kawasan Timur Indonesia.
Ketimpangan :
• ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan,
• alat,
• teknologi,
• ketersediaan tenaga kesehatan pada masing-masing wilayah.
Dimensi Akses
• ketersediaan (availability),
• akses geografis (geographic accessibility),
• keterjangkauan (affordability),
• penerimaan (acceptability)
Pemetaan Tingkat Aksesibilitas
indeks aksesibilitas
3 (tiga) hal yang sangat berperan mempengaruhi
aksesibilitas pelayanan kesehatan, yaitu:
• supply (ketersediaan) meliputi jumlah dokter
umum, jumlah dokter spesialis, dan jumlah
fasilitas pelayanan.
• barrier (hambatan),
• demand (pemanfaatan) jumlah kunjungan
fasilitas pelayanan kesehatan, jumlah penduduk,
utilisasi rawat inap, dan utilisasi unit gawat
darurat.
Barrier
akses ke pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi
oleh tiga barrier (hambatan):
• hambatan fisik (transportasi, kemampuan
bergerak).
• hambatan ekonomi (kemampuan membayar,
kepemilikan asuransi kesehatan).
• hambatan geografis (lokasi atau kedekatan
terhadap fasilitas kesehatan yang tersedia)
(Jones)
Barrier
Carrillo et al juga mengemukakan 3 kategori hambatan:
• hambatan finansial,
• struktural,
• Kognitif
Safran et al. :
• “trust” (kepercayaan)
Penelitian di India
• fisik,
• sosial (dan budaya),
• serta ekonomi.
Barrier di Indonesia
• Hambatan geografis  salah satu yang paling
dominan mempengaruhi aksesibilitas
pelayanan kesehatan di Indonesia.
•  konsekuensi sebagai negara kepulauan.
• cakupan kepemilikan jaminan kesehatan
Barier di Indonesia
• 1. Hambatan fisik (transportasi, kemampuan
bergerak).
• 2. Hambatan ekonomi (kemampuan
membayar, kepemilikan asuransi kesehatan).
• 3. Hambatan geografis (lokasi atau kedekatan
terhadap fasilitas kesehatan yang tersedia).
Hambatan Terkait Akses Pelayanan
Kesehatan di DTPK
1. Kondisi geografi dan kondisi alam/iklim
2. Masalah kedaulatan dan show window;
3. Kondisi budaya sosial, ekonomi masih tertinggal;
4. Kondisi keamanan;
5. Jarak ke fasilitas pelayanan publik jauh;
6. Prasarana dasar di DTPK:
a. Fasilitas jalan belum optimal
b. Sarana komunikasi terbatas;
c. Air bersih sulit;
d. Sarana transportasi terbatas;
e. Listrik tidak tersedia di beberapa wilayah tertentu.
7. Penyebaran masyarakat dalam jumlah kecil di wilayah luas;
8. Peraturan Perundang-undangan yang belum mendukung seperti:
a. Desentralisasi Kewenangan kepada Kabupaten/Kota tidak disertai dengan
dukungan pembiayaan yang diperlukan;
b. Belum tegasnya peran provinsi dalam pemberdayaan kabupaten.
Strategi /intervensi untuk memperbaiki akses terhadap
pelayanan kesehatan

• Pemerintah bahkan secara khusus merilis


kebijakan tentang hambatan geografis.
• Melalui Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Nomor HK.03.05/II/2485/2012
dikeluarkan kebijakan tentang Pedoman
Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan di
Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan
(DTPK)
•  khusus untuk menjamin aksesibilitas
pelayanan kesehatan pada daerah-daerah yang
rentan dalam hal ketersediaan pelayanan.
Strategi /intervensi untuk memperbaiki akses
terhadap pelayanan kesehatan
• Nusantara Sehat menggunakan pendekatan
berbasis tim tenaga kesehatan (team based).
• Tim yang dikirimkan terdiri atas berbagai jenis
tenaga kesehatan: dokter, dokter gigi,
perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga kesehatan lingkungan, tenaga ahli
teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan
tenaga kefarmasian.
Strategi /intervensi untuk memperbaiki akses terhadap
pelayanan kesehatan

• Peningkatan Akses Masyarakat Kurang Mampu


terhadap Layanan Kesehatan
• Ketersediaan dan Keterjangkauan Obat
Esensial dan Pengawasan Terhadap Obat dan
Makanan
• Posyandu Keluarga
• Pemenuhan Tenaga Kesehatan : PTT, WKDS,
Intership
Strategi Peningkatan Aksesibilitas
Pelayanan Kesehatan
• meningkatkan supply (ketersediaan),
• mengurangi barrier (hambatan),
• meningkatkan demand (pemanfaatan).
• strategi cross-border (kerjasama lintas
batas).
Indeks Aksesibilitas Pelayanan
Kesehatan di Indonesia

• Kerangka Konsep Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan


dengan Pendekatan Sistem Pada Manajemen
Perumusan Indeks Aksesibilitas
Pelayanan Kesehatan
Indeks Demand
Komponen Indikator Indeks Demand
Kandidat indikator indeks demand adalah sebagai berikut.
1) Cakupan rawat jalan di rumah sakit.
2) Cakupan rawat jalan di Puskesmas/Pustu
3) Cakupan rawat jalan di praktik dokter/Klinik.
4) Cakupan rawat jalan di praktik bidan/rumah bersalin.
5) Cakupan rawat inap di rumah sakit.
6) Cakupan rawat inap di Puskesmas/Pustu.
7) Cakupan rawat inap di praktik dokter/klinik.
8) Cakupan rawat inap di praktik bidan/rumah bersalin
Indeks Supply
Supply dalam pelayanan kesehatan adalah
penyediaan pelayanan kesehatan yang
disampaikan kepada individu oleh kombinasi:
• tenaga pelayanan kesehatan (seperti: dokter,
perawat, teknisi, dan para asistennya)
• fasilitas (seperti: rumah sakit, klinik rawat
jalan, dan laboratorium klinis).
Faktor Yang Mempengaruhi Supply
Dalam Pelayanan Kesehatan
• Man: dokter, dokter spesialis, bidan, perawat, skm, farmasi, tenaga
administrasi, dan lain sebagainya.
• Money: biaya operasional, biaya investasi, dan biaya lainlain.
• Material: berhubungan dengan logistik pelayanan kesehatan, misalnya:
obat, suntik, bahan makanan, dan sebagainya.
• Method: SOP rumah sakit, Standart Pelayanan Minimal (SPM), dan lain-
lain.
• Machine: peralatan laboratorium, peralatan unit penunjang, incinerator,
dan lain-lain.
• Market: wilayah kerja pelayanan kesehatan, segmentasi pasar, masyarakat
sasaran yang dibidik berdasarkan proses STP (segmenting, targeting, dan
posisioning).
• Teknologi: kecanggihan dan kemutakhiran teknologi yang digunakan,
misalnya: finger print, dan sebagainya.
• Time: waktu yang digunakan untuk pelayanan, unit pelayanan.
• Informasi: melalui internet, pamflet dan leaflet.
Komponen Indikator Indeks Supply
• 1) Jumlah rumah sakit pemerintah
• 2) Jumlah rumah sakit swasta
• 3) Jumlah Puskesmas non-perawatan
• 4) Jumlah Puskesmas perawatan
• 5) Rasio dokter per jumlah penduduk
• 6) Rasio bidan per jumlah penduduk
• 7) Rasio perawat per jumlah penduduk
• 8) Rasio tempat tidur per jumlah penduduk
Indeks Barrier
Komponen Indikator Indeks Barrier
• 1) Waktu tempuh ke rumah sakit
• 2) Waktu tempuh ke Puskesmas/Pustu
• 3) Waktu tempuh ke praktik dokter/klinik
• 4) Waktu tempuh ke praktik bidan/rumah bersalin
• 5) Biaya transport ke rumah sakit
• 6) Biaya transport ke Puskesmas/Pustu
• 7) Biaya transport ke praktik dokter/klinik
• 8) Biaya transport ke praktik bidan/rumah bersalin
• 9) Kepemilikan asuransi.
Kesenjangan Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan Antar
Wilayah Kota dan Kabupaten
• Pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kondisi
sumber daya manusia dan fasilitas pelayanan yang
mendukung.
• Pemerataan tenaga kesehatan merupakan suatu masalah di
beberapa kabupaten yang sampai saat ini belum teratasi.
• Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas di wilayah
kepulauan sangat kurang dibanding Puskesmas perkotaan.
• Rasio jenis tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi, bidan,
perawat, dan lain-lain) terhadap 100.000 penduduk yang
harus dilayani masih kurang dan masih jauh di bawah rata-
rata rasio nasional.
• Penempatan tenaga yang tidak merata telah
mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan kesehatan di
daerah terpencil (Herman dan Hasanbasri, 2008).
Masalah Distribusi Tenaga Kesehatan
• Keadaan geografis yaitu jarak yang sangat jauh
dan berada di kepulauan juga mengurangi retensi
tenaga, semakin jauh atau semakin sulit lokasi
tempat tugas semakin tinggi keinginan pindah
• masalah kesinambungan pasokan tenaga, lama
tinggal, pengembangan profesi dan karir tenaga
kesehatan beserta keluarganya.
• Maldistribusi keterampilan terjadi bila jumlah
sumber daya manusia dengan keterampilan
tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan atau
melebihi kebutuhan (Meliala, 2009).
Matriks Kesenjangan Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan
di Indonesia Tahun 2013
• Ketersediaan supply tenaga dan fasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia menunjukkan kesenjangan
antara wilayah kabupaten dan kota.
• Persebaran tenaga dokter baik dari segi jumlah
maupun rasio masih lebih banyak di kota, namun
demikian distribusi jumlah dan rasio bidan lebih banyak
di kabupaten daripada di kota.
• Ketersediaan fasilitas kesehatan di Kota jauh lebih
bagus dari pada di Kabupaten pada indikator jumlah
rumah sakit (pemerintah dan swasta), total tempat
tidur tersedia, maupun rasio tempat tidur dibanding
dengan jumlah penduduk.
• Rerata jumlah Puskesmas Perawatan di Kabupaten
memiliki jumlah lebih tinggi dibanding dengan Kota,
namun demikian, kesenjangan supply tidak terjadi
antara daerah miskin dan non miskin.
• Identifikasi barrier yang berpengaruh terhadap
aksesibilitas pelayanan kesehatan di Indonesia juga
menunjukkan kesenjangan yang bermakna antara
daerah kabupaten dengan kota, maupun antara daerah
miskin dan non miskin.
• Demand terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia
menunjukkan adanya kesenjangan, baik antara wilayah
kabupaten dan kota, maupun antara wilayah miskin
dan non miskin.
• Hasil penghitungan yang relatif sama juga terjadi pada
tingkat aksesibilitas pelayanan kesehatan (supply,
demand dan barrier), terdapat perbedaan yang
bermakna antara daerah kabupaten dan kota, juga
antara daerah miskin dan non miskin.
Identifikasi kelompok masyarakat yang rentan
mengalami kesulitan akses terhadap pelayanan
kesehatan
• WANITA, ANAK, MINORITAS, SUKU TERASING, DLL
• Dalam Penjelasan Pasal 5 ayat (3) Undang-
undang No.39 tahun 1999 disebutkan bahwa
yang termasuk kelompok rentan adalah orang
lansia, anak-anak, fakir-miskin, wanita hamil, dan
penyandang cacat.
• Penyandang cacat dapat dikelompokkan menjadi
3 (tiga) hal : (a) Penyandang cacat fisik; (b)
Penyandang cacat mental; (c) Penyandang cacat
fisik dan mental.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai