Anda di halaman 1dari 51

Wonderful Family

Bersamamu di Dunia, Bersamamu di Surga

Cahyadi Takariawan & Ida Nurlaila


Wonderful Family Institute
Bersamamu : di Dunia Hingga di Surga

 Memulai Kehidupan Keluarga Dengan Ridha Ilahi


 Menjalani Kehidupan Keluarga Dengan Ridha Ilahi
 Mengakhiri Kehidupan Keluarga Dengan Ridha Ilahi
1

MEMULAI KEHIDUPAN KELUARGA


DENGAN RIDHA ILAHI
Wonderful Family

Menikah itu bukan sekedar aku suka sama kamu dan kamu suka sama
aku. Bukan sekedar aku cinta sama kamu dan kamu cinta sama aku.
Bukan sekedar aku mau sama kamu dan kamu mau sama aku.
Menikah itu

bukan sekedar kamu cantik dan aku gak ganteng


Sinergi

 Namun apakah aku dan kamu bisa bersinergi untuk


menunaikan hak dan kewajiban dalam kehidupan pernikahan.
 Apakah aku dan kamu bisa bersinergi untuk menghadirkan
kebersamaan dalam semua keadaan : suka dan duka, bahagia
dan airmata.
Sejiwa

 Apakah aku dan kamu


bisa bersejiwa untuk
menunaikan tugas-tugas
peradaban dalam
keluarga yang akan kita
bangun bersama?
 Apakah aku dan kamu
bisa bersejiwa untuk
bersama-sama menggapai
surga-Nya?
Mengawali, Menjalani dan Mengakhiri
dalam Ridha Allah

 Apakah aku dan


kamu bisa
mengawali,
menjalani dan
mengakhiri
kehidupan keluarga
dalam ridha Ilahi?
Kerajaan Iblis

 "Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air


(laut), kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang
paling dekat dengannya adalah yang paling besar
fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya
dan berkata, "Aku telah melakukan begini dan begitu".
Iblis berkata, "Engkau sama sekali tidak melakukan
sesuatupun". Kemudian datang yang lain lagi dan berkata,
"Aku tidak meninggalkannya hingga aku berhasil
memisahkan antara dia dan istrinya". Maka Iblis pun
mendekatinya dan berkata, "Sungguh hebat engkau" (HR
Muslim no 2813).
Tujuan Terbesar Iblis
 Al Munawi dalam kitab
Faidhul Qadir menjelaskan,
"Hadits ini menunjukan
akan sesuatu yang sangat
menakutkan tentang
pencelaan terhadap
perceraian. Perceraian
merupakan tujuan terbesar
iblis yang terlaknat karena
mengakibatkan terputusnya
keturunan”.
Data Kemenag RI, Desember 2017
 Tahun 2015 terjadi 353.843
perceraian dalam setahun. Rata-
rata terjadi 40,95 ---kita bulatkan :
41--- perceraian setiap jam.
 Tahun 2016 terjadi 365.654
perceraian setiap tahun. Rata-rata
terjadi 42,32 ---kita bulatkan : 42-
-- perceraian setiap jam.
 Tahun 2017 terjadi 374.516
perceraian setiap tahun. Rata-rata
terjadi 43,35 ---kita bulatkan : 43-
-- perceraian setiap jam.
MENGAWALI KELUARGA DALAM
RIDHA ILAHI
 Niat yang Lurus
 Tujuan yang Mulia
 Visi dan Orientasi yang Benar
 Ilmu yang Mencukupi
 Persiapan yang Memadai
 Memilih Calon dengan Kriteria
Agama
 Proses dan Langkah sesuai
Aturan Syari’ah
 Selalu Minta Petunjuk dan
Bimbingan Allah
2
Menjalani Keluarga
DENGAN RIDHA ILAHI
MENJALANI KELUARGA DALAM
RIDHA ILAHI
 Pembagian peran,
kepemimpinan, ketaatan,
musyawarah, interaksi dan
komunikasi, mencari nafkah,
mengekspresikan cinta,
mendidik anak, membangun
rumah, fasilitas, perabotan
dan peralatan rumah, dan
semua proses hidup berumah
tangga --- yang
mendatangkan ridha Ilahi
Mu’asyarah Bil Ma’ruf
DARI SISI
SUAMI
Interaksi dengan Akhlak Mulia

 “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya dan


aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap
istriku” (HR. At-Tirmidzi no 3895, Ibnu Majah no 1977.
Disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Sahihah no
285).
 “Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum
mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di
antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik
akhlaknya terhadap istri-istrinya”. (HR. At-Tirmidzi no
1162, Ibnu Majah no 1987. Hadits ini disahihkan oleh
Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 284).
Akhlaq Terhadap Istri

 “Sikap engkau terhadap istrimu hendaknya sebagaimana


harapan engkau akan sikap suami putrimu sendiri. Maka
sikap bagaimanakah yang kau harapkan dari lelaki tersebut
untuk menyikapi putrimu? Apakah engkau ridha jika ia
menyikapi putrimu dengan kasar dan kaku? Jawabannya
tentulah tidak. Jika demikian maka janganlah engkau
menyikapi putri orang lain dengan sikap yang engkau tidak
ridha jika diarahkan kepada putrimu sendiri. Ini merupakah
kaidah yang hendaknya diketahui setiap orang.” (Syaikh
Ibnu Utsaimin rahimahullah : Asy-Syarhul Mumti’
XII/381).
Selalu Bersabar Terhadap Sikap Istri

 Nabi Saw memberikan contoh selalu bersabar atas


sikap para istri. Beliau tidak pernah
mengekspresikan marah dengan semena-mena
terhadap para istri beliau.
 Dari Anas bin Malik ... Nabi Saw mengumpulkan
pecahan piring tersebut dan mengumpulkan
makanan yang berhamburan, beliau Saw berkata,
“Ibu kalian cemburu.” (HR Al-Bukhari V/2003 no
4927)
Memahami Tabiat Istri

 Al Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan, “Perkataan


Nabi Saw : Ibu kalian cemburu--- adalah udzur dari
Nabi Saw (untuk istri beliau yang menyebabkan
pecahnya piring) agar sikap istrinya tersebut tidak
dicela, akan tetapi sikap tersebut biasa terjadi
diantara seorang istri dengan madunya karena
cemburu. Rasa cemburu itu memang merupakan
tabiat yang terdapat dalam diri (perempuan) yang
tidak mungkin untuk ditolak”. (Fathul Bari V/126)
Pandai Menyenangkan Hati Istri

 Nabi Saw rela melakukan berbagai tindakan untuk


menyenangkan hati istri beliau
 Anas bin Malik berkata, “Aku melihat Nabi Saw
mempersiapkan kelambu di atas onta untuk
Shafiyah, lalu beliau Saw duduk di dekat onta lalu
meletakan lutut beliau. Shafiyah menginjakkan
kakinya di atas lutut beliau untuk naik di atas onta”.
(HR Al-Bukhari II/778 no 2120, III/1059 no 2736)
Aku Tidak Ingin Melihat Pertunjukan

 A’isyah berkata, “Aku tidak ingin terus melihat


mereka bermain, akan tetapi aku ingin para
perempuan tahu bagaimana kedudukan Rasulullah
Saw di sisiku dan kedudukanku di sisi Rasulullah
Saw ” (HR Al-Bukhari V/2006 no 4938, Muslim
II/608 no 892, An-Nasai no 1594).
 Dalam riwayat yang lain, A’isyah berkata,
“Hingga akulah yang bosan (melihat permainan
mereka)”. (HR Al-Bukhari V/2006 no 4938)
Mengenal Dengan Detail Sifat Istri

 A’isyah berkata, “Rasulullah Saw berkata


kepadaku, “Sesungguhnya aku tahu kapan
engkau sedang ridha kepadaku dan kapan
engkau sedang marah kepadaku”.
 Aku berkata, “Dari mana engkau tahu hal itu
ya Rasulallah Saw?”
Pengenalan Mendalam

 Beliau Saw berkata, “Jika engkau ridha kepadaku


maka engkau berkata : Demi Rabbnya Muhammad.
Jika engkau sedang marah, engkau berkata : Demi
Rabbnya Ibrahim”.
 A’isyah berkata, “Benar, demi Allah wahai
Rasulullah Saw aku tidak menghajr (marah) kecuali
hanya kepada namamu”. (HR Al-Bukhari V/2004
no 4930 dan Muslim IV/1890 no 2439)
Pertemuan Keluarga Setiap Malam

 Anas bin Malik berkata, “Nabi Saw memiliki


sembilan orang istri. Beliau jika membagi (giliran
jatah menginap) diantara mereka bersembilan maka
tidaklah beliau kembali kepada perempuan yang
pertama kecuali setelah sembilan hari. Mereka
selalu berkumpul di rumah istri yang gilirannya
mendapat jatah menginap Nabi Saw. (HR Muslim
II/1084 no 1462).
Family Time Setiap Malam

 Ibnu Katsir berkata, “…Dan istri-istri beliau


berkumpul setiap malam di rumah istri yang
mendapat giliran jatah menginapnya
Rasulullah Saw, maka beliau pun terkadang
makan malam bersama mereka kemudian
masing-masing kembali ke tempat
tinggalnya” (Tafsir Ibnu Katsir I/467).
Bercengkerama Sebelum Tidur

 Ibnu Abbas Ra berkata, “Aku menginap di


rumah bibiku Maimunah (istri Nabi Saw),
maka Rasulullah Saw berbincang-bincang
dengan istrinya (Maimunah) beberapa lama
kemudian beliau tidur”. ( HR Al-Bukhari
IV/1665 no 4293, VI/2712 no 7014 dan
Muslim I/530 no 763).
Obrolan Kebaikan

 Para ulama menyatakan, makruh hukumnya


mengobrol setelah shalat Isya', kecuali pada
obrolan yang memiliki nilai kebaikan.
 Imam An-Nawawi menjelaskan, "Para ulama
sepakat, makruh mengobrol setelah isya,
kecuali yang di dalamnya ada kebaikan".
(Syarh Shahih Muslim, 5/146).
Mengobrol Dengan Istri Adalah Ibadah

 Para ulama memasukkan obrolan dengan istri dan


keluarga, termasuk kategori kebaikan sehingga tidak
dimakruhkan, jika dilakukan setelah Isya'. Obrolan
dengan istri adalah ibadah yang berpahala.
 Imam Bukhari setelah menyebutkan bab bolehnya
bergadang untuk belajar agama, beliau sebutkan
kegiatan lain yang hukumnya sama, yaitu: Bab
bolehnya bergadang dalam rangka melayani tamu dan
mengobrol bersama istri (Shahih Bukhari, bab no. 41).
Mencumbui Istri Tiap Hari

 Aisyah berkata, “Rasulullah Saw tidak mendahulukan


sebagian kami di atas sebagian yang lain dalam hal jatah
menginap di antara kami (istri-istri beliau), dan beliau
selalu mengelilingi kami seluruhnya (satu persatu) kecuali
sangat jarang sekali beliau tidak melakukan demikian.
Maka beliau pun mendekati (mencium dan mencumbui)
setiap istri tanpa menjimaknya hingga sampai pada istri
yang mendapatkan jatah menginapnya, lalu beliau
menginap di tempat istri tersebut”.
 (HR. Abu Dawud no 2135, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak
no 2760, Ahmad VI/107. Dihasankan oleh Syaikh Al-
Albani (Ash-Shahihah no 1479)
Menciumi Istri

 A’isyah berkata, “Rasulullah Saw jika selesai shalat Ashar


maka beliau masuk menemui istri-istrinya lalu mencium
dan mencumbui salah seorang di antara mereka.” (HR. Al-
Bukhari no V/2000 no 4918, V/2017 no 4968, VI/2556 no
6571, Muslim no 1474).
 Ummu Salamah berkata bahwasanya Rasulullah Saw
menciumnya dan ia sedang puasa, ia juga mengabarkan
bahwasanya ia dan Rasulullah Saw mandi janabah bersama
di sebuah tempayan. (HR Al-Bukhari I/122 no 316, II/681
no 1828, Muslim I/243 no 296)
Hubungan Suami Istri Sesuai
Kebutuhan

 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Wajib bagi


seorang suami untuk menjimaki istrinya dengan yang
sepatutnya. Bahkan ini termasuk hak istri yang paling
ditekankan yang harus ditunaikan oleh suami, lebih
daripada memberi makan kepadanya. Dan jimak yang
wajib (dilakukan oleh suami) sekali setiap empat bulan,
dan dikatakan juga sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
sang suami memberi makan kepada istri sesuai kadar
kebutuhannya dan kemampuannya. Inilah pendapat yang
paling benar diantara dua pendapat tersebut.” (Lihat :
Majmu’ Fatawa XXXII/271).
Memperhatikan Penampilan
 Anas bin Malik berkata, “Pakaian yang paling
senang dipakai oleh Rasulullah Saw adalah
Hibarah”. (HR Al-Bukhari no 5476 dan Muslim no
2079).
 Berkata Ibnu Bathal, “Hibarah adalah pakaian dari
negeri Yaman yang terbuat dari kain Quthn. Dan ia
merupakan pakaian termulia di sisi mereka” (Fathul
Bari X/277). Al-Qurthubi menjelaskan,
“Dinamakan Hibarah karena pakaian tersebut
menghias dan mengindahkan (pemakainya)”
(Fathul Bari X/277).
Selalu Wangi

 A’isyah berkata, “Nabi Saw jika masuk ke


rumahnya maka yang pertama kali beliau lakukan
adalah bersiwak” (HR Muslim I/220 no 253).
 Aisyah berkata, (dalam kisah pengharaman madu)
“…Nabi Saw sangat merasa berat jika ditemukan
darinya bau (yang tidak enak)”. (HR. Al-Bukhari
VI/2556 no 6571).
Selalu Mesra

 Ummu Salamah berkata, “Tatkala aku sedang


berbaring bersama Rasulullah Saw dalam sebuah
kain (berselimutan sebuah kain), tiba-tiba aku haid.
Maka akupun diam-diam keluar dan mengambil
baju haidku, lalu Rasulullah Saw berkata kepadaku,
“Apakah engkau haid?” Aku berkata, “Iya”.
 Lalu Rasulullah Saw memanggilku dan akupun
berbaring bersama beliau dalam sebuah kain”.
Mencumbui Istri Saat Haidh
 Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ XII/397
memberikan penjelasan, bahwa boleh mencumbui atau
menjimaki istri yang sedang haid dibagian mana saja dari tubuh
sang istri, yang penting bukan di kemaluan atau di dubur.
Karena hukum asal dalam berjimak adalah halal. Oleh karena
itu Rasulullah Saw bersabda, “Lakukanlah segala perkara
kecuali nikah --yaitu menjimaki kemaluan istri yang sedang
hadih--”. (HR Muslim I/246 no 302).
 Syaikh Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ XII/398
menjelaskan, “Disunnahkan bagi sang istri yang sedang haid
untuk memakai sarung untuk menutup kemualuannya tatkala
sang suami sedang mencumbuinya. Dan diantara hikmahnya
adalah bisa jadi sang suami melihat darah haid atau mencium
bau yang kurang sedap sehingga mempengaruhi perasaannya”.
Mandi Bersama

 Suatu ketika beliau Saw mandi bersama Ummu


Salamah (HR Al-Bukhari I/122 no 316, II/681 no
1828, Muslim I/243 no 296, I/256 no 324).
 Beliau juga pernah mandi bareng bersama
Maimunah. (HR. Al-Bukkhari I/101 no 250,
Muslim I/256 no 322).
 Beliau juga mandi bersama Aisyah, “Aku dan Nabi
Saw mandi bersama dari satu tempayan”. (HR Al-
Bukhari I/100 no 247)
Mengerjakan Aktivitas
Kerumahtanggaan
 Aisyah berkata, “Rasulullah Saw dalam kesibukan membantu
istrinya, dan jika tiba waktu shalat maka beliaupun pergi
shalat”. (HR Al-Bukhari V/2245 no 5692)
 Urwah berkata kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin,
apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah Saw jika ia bersamamu
(di rumahmu)?” A’isyah berkata, “Ia melakukan (seperti) apa
yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian jika sedang
membantu istrinya, ia memperbaiki sendalnya, menjahit
bajunya, dan mengangkat air di ember”. (HR Ibnu Hibban (Al-
Ihsan XII/490 no 5676, XIV/351 no 6440). Dalam kitab Asy
Syama’il, At-Tirmidzi ada tambahan lafal, “Dan memerah susu
kambingnya.” (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di As-
Shahihah 671).
DARI SISI
ISTRI
Menjadi Istri Salihah

 “Dunia adalah
kesenangan dan
sebaik-baik
kesenangan di dunia
ini adalah istri yang
salihah” (Shahih
Muslim, Kitab 14,
Bab 17, Hadits No.
1467)
Menjadi Istri Salihah
 “Sebab itu maka
wanita salihah, ialah
yang taat kepada
Allah lagi
memelihara diri
ketika suaminya
tidak ada, oleh
karena Allah telah
memelihara
(mereka).” (QS An-
Nisaa’: 34)
Menjadi Istri Salihah
 “Aku beritahukan kepadamu
harta benda terbaik yang bisa
seseorang dapatkan, yaitu istri
salihah. Ketika suami
melihatnya dia akan
membuatnya senang, ketika dia
diperintah maka akan patuh dan
ketika dia ditinggal (jauh dari
suami) maka akan menjaga
dirinya.” Diriwayatkan dalam
Sunan Abu Dawud .
Menjadi Istri Salihah
 Mentaati Allah dan
RasulNya
 Taati suami, dalam hal
yang tidak maksiat
 Berbagi peran dengan
suami
 Bahagiakan suami
 Tampillah menyenangkan
untuk suami
 Manjakan pandangan
suami
Menjadi Istri Salihah
 Pandai menghormati
suami
 Menjaga nama baik suami
 Tetap berbakti kepada
kedua orangtua
 Berbakti dan
menghormati kedua
mertua
 Mendidik dan
menyayangi anak sepenuh
hati
3

MENGAKHIRI KEHIDUPAN
KELUARGA DENGAN RIDHA ILAHI
AKHIR KELUARGA : HIDUP
BAHAGIA DI SURGA
 Bagi keluarga yang
beriman, akhir yang
diharapkan adalah
SURGA tertinggi di
sisiNya
 Surga akhirat adalah
tempat akhir yang
sangat indah bagi
semua anggota
keluarga
Bersama Keluarga di Surga
 ‫والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا‬
‫بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء‬
 “Orang-oranng yang beriman,
dan anak cucu mereka
mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan
anak cucu mereka dengan
mereka, dan Kami tiada
mengurangi sedikit pun dari
pahala amal mereka. Tiap-tiap
manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.” (QS. At-Thur:
21).
Bersama Keluarga di Surga
 ‫ربنا وأدخلهم جنات عدن التي وعدتهم و َمن‬
‫صلح ِمن آبائهم وأزواجهم وذرياتهم إنك أنت‬
‫العزيز الحكيم‬
 “Ya Rabb kami masukanlah
mereka ke dalam surga ‘Adn yang
telah Engkau janjikan kepada
mereka dan orang shalih diantara
nenek moyang mereka, istri-istri
dan anak keturunan mereka.
Sungguh Engkau Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ghafir:
8).
SURGA ‘ADN
 (yaitu) surga 'Adn yang mereka
masuk ke dalamnya bersama-sama
dengan orang-orang yang saleh
dari bapak-bapaknya, isteri-
isterinya dan anak cucunya, sedang
malaikat-malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua
pintu; (sambil mengucapkan):
"Salamun 'alaikum bima
shabartum". Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu. QS.
Ar-Ra'd : 23.
Cahyadi Takariawan

 Fanspage / facebook : cahyadi.takariawan


 Instagram : @cahyadi_takariawan
 Twitter : @PakCah
 Blog : www.kompasiana.com/pakcah
 Blog : www.pakcah.id
Wonderful Family Community

 Gabung ke grup “Wonderful Family


Community”, hubungi nomer WA
+6282227845702

Anda mungkin juga menyukai