Anda di halaman 1dari 28

Pengantar Terapi Komplementer

Dalam Keperawatan
Ns. Fatimah, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom
Pengantar terapi komplementer dalam
keperawatan
1. Definisi dan klasifikasi
2. Kegunaan terapi komplementer
3. Implikasi dalam keperawatan
4. Peran perawat dalam terapi komplementer
Pendahuluan
• Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini
menjadi sorotan banyak negara (Widyatuti, 2008)

• Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi


bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika
Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002
dalam Widyatuti, 2008; Snyder & Lindquis, 2006).

• Estimasi 38,3% - 62,1% orang di Amerika Serikat adalah


pengguna terapi alternatif dan komplementer
(CAM/Complementary and Alternative Medicine)
(Barnes et al., 2008 dalam Potter & Perry, 2013).
• Peneliti di Amerika Utara menyebutkan bahwa lebih dari
75% pasien mencari perawatan dari pelayanan kesehatan
primer untuk mengatasi stres, nyeri dan kondisi kesehatan
yang tidak diketahui penyebab atau pengobatan (Rakel &
Faass, 2006 dalam Potter&Perry, 2013)

• Pengobatan konvensional barat (allopathic medicine)


efektif dalam mengatasi infeksi bakteri, abnormalitas
struktur dan kondisi akut emergensi, tetapi kurang efektif
dalam menurunkan stres akibat penyakit, penyakit kronik,
kebutuhan emosi dan spiritual, meningkatkan kualitas
hidup dan kesejahteraan umum (Potter&Perry, 2013)
• Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2013 proporsi
rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan tradisional sebesar 30,4 % dengan jenis
pelayanan yang paling banyak digunakan adalah
keterampilan tanpa alat sebesar 77,8% dan ramuan
sebesar 49% (Kemenkes, 2015).

• Kondisi ini menggambarkan bahwa pelayanan


kesehatan tradisional mempunyai potensi yang cukup
besar dan perlu mendapat perhatian yang serius
sebagai bagian dari pembangunan kesehatan nasional
(Kemenkes, 2015).
Definisi
Pengobatan Komplementer-Alternatif adalah
pengobatan non konvensional yang ditujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan dan dan efektifitas yang tinggi yang
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik yang
belum diterima dalam kedokteran konvensional
(Permenkes No 1109, 2007)
Definisi
• Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern (Widyatuti, 2008)

• Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke


dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999).

• Terminologi komplementer ini dikenal sebagai terapi


modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan
ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).

• Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan


pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi
yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu
sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan
pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al.,
2004).
• Complementary and alternative medicine is a group of
diverse medical and health care systems, practices, and
products that are not presently considered to be part of
conventional medicine” (NCCAM National Center for
Complementary and Alternative Medicine, 2004 dalam
Snyder & Lindquis, 2006)

• Terapi komplementer dan alternatif termasuk


didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan
oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan
penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan
(Widyatuti, 2008).
Klasifikasi
• Menurut Kreitzer and Jensen (2000) dalam
Snyder & Lindquis, 2006 ada lebih dari 1800
terapi komplementer
TABLE 1.1 NCCAM Classification for Complementary Therapies
and Examples of Therapies
No Klasifikasi Contoh
1. Alternative Systems of Care Traditional Chinese Medicine (TCM), Ayurvedic,
Systems of health care that have Native American medicine,
been developed separate from the curanderismo, homeopathy, naturopathy
Western biomedical approach to
care

2. Mind–Body Therapies imagery, meditation, yoga, music therapy,


Interventions that employ a variety prayer, journaling, biofeedback,
of techniques to facilitate the mind’s humor, tai chi, art therapy
capacity
to impact physical symptoms and
body functions
3. Biologically Based Therapies plant-derived preparations (herbs), special diets
Natural and biologically based such as the Pritikin and the Ornish,
practices and products orthomolecular medicine (nutritional and food
supplements), other products such as cartilage
No Klasifikasi Contoh

4. Manipulative and Body-Based chiropractic medicine, the many types of


Systems massage, body work such as Rolfing, light and
Therapies that are based on color therapies, hydrotherapy
manipulation and movement of the
body

5. Energy Therapies healing touch, therapeutic touch, Reiki, external


Therapies that focus on energy Qi Gong, magnets
emanating from within the body
(biofields) or energy coming from
external sources
Ruang lingkup pengobatan komplementer-
alternatif yang berlandaskan ilmu pengetahuan
biomedik (Permenkes No 1109, 2007)
No Ruang lingkup

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions)

2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif (Alternative systems of medical


practice)

3. Cara penyembuhan manual (manual healing methods)

4. Pengobatan farmakologi dan biologi (pharmacologic and biologic


treatments)

5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (diet and nutrition the
prevention and treatment of disease)

6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan (unclassified diagnostic and


treatment methods)
Terapi komplementer dan alternatif
(Potter&Perry, 2013
No Tipe terapi

1. Biologically Based Therapies

2. Energy Therapies

3. Manipulative and Body-Based Methods

4. Mind–Body Interventions

5. Movement therapies: dance therapy, feldenkrais method, pilates

6. Whole medical systems: ayurvedic medicine, homeophatic medicine, latin


american traditional healing, native american traditional healing,
naturophatic medicine, traditional chinese medicine
Kegunaan terapi komplementer
• Dapat digunakan mulai dari anak-anak hingga lansia
• Penelitian Bruener, Barry, and Kemper (1998)
menunjukkan bahwa 70% remaja anak jalanan di USA
menggunakan terapi komplementer
• Yussman, Ryan, Auinger, and Weitzman (2004)
menemukan 2% anak dan remaja di USA menggunakan
terapi ini
• Rosen and colleagues (2003) menemukan bahwa lebih
banyak perempuan daripada laki-laki yang
menggunakan terapi ini, dan justru yang berpendidikan
lebih tinggi yang paling banyak menggunakan terapi
komplementer
• Terapi sentuhan untuk meningkatkan relaksasi,
menurunkan nyeri, mengurangi kecemasan, mempercepat
penyembuhan luka, dan memberi kontribusi positif pada
perubahan psikoimunologik (Hitchcock et al., 1999).
• Terapi pijat (massage) pada bayi yang lahir kurang bulan
dapat meningkatkan berat badan, memperpendek hari
rawat, dan meningkatkan respons. Sedangkan terapi pijat
pada anak autis meningkatkan perhatian dan belajar. Terapi
pijat juga dapat meningkatkan pola makan, meningkatkan
citra tubuh, dan menurunkan kecemasan pada anak susah
makan (Stanhope, 2004).
• Terapi kiropraksi terbukti dapat menurunkan nyeri haid dan
level plasma prostaglandin selama haid (Fontaine, 2005).
• Hasil lainnya yang dilaporkan misalnya penggunaan
aromaterapi. Salah satu aromaterapi berupa penggunaan
minyak esensial berkhasiat untuk mengatasi infeksi bakteri dan
jamur (Buckle 2003).
• Minyak lemon thyme mampu membunuh bakteri streptokokus,
stafilokokus dan tuberkulosis (Smith et al., 2004).
• Tanaman lavender dapat mengontrol minyak kulit, sedangkan
teh dapat membersihkan jerawat dan membatasi kekambuhan
(Key, 2008).
• Dr. Carl menemukan bahwa penderita kanker lebih cepat
sembuh dan berkurang rasa nyerinya dengan meditasi dan
imagery (Smith et al., 2004).
• Hasil riset juga menunjukkan hipnoterapi meningkatkan suplai
oksigen, perubahan vaskular dan termal, mempengaruhi
aktivitas gastrointestinal, dan mengurangi kecemasan
(Fontaine, 2005).
Implikasi dalam keperawatan
(Widyatuti, 2008)
• Dari definisi komplementer menunjukkan bahwa terapi
ini merupakan pengembangan terapi tradisional dan
ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek
biologis, psikologis, dan spiritual.
• Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang
telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan
obat modern.
• Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang
memandang manusia sebagai makhluk yang holistik
(bio, psiko, sosial, dan spiritual).
• Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung
kemampuan perawat dalam menguasai berbagai bentuk
terapi keperawatan termasuk terapi komplementer.

• Penerapan terapi komplementer pada keperawatan


perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari
praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang
memandang manusia sebagai sistem terbuka, kompleks,
mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat
mengembangkan pengobatan tradisional yang
menggunakan energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.
• Teori Transkultural Leininger yang dalam
praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi,
patofisiologi, dan lain-lain.
• Catatan keperawatan Florence Nightingale
menekankan pentingnya mengembangkan
lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya
terapi seperti musik dalam proses penyembuhan.
• Terapi komplementer juga meningkatkan
kesempatan perawat dalam menunjukkan caring
pada klien (Snyder & Lindquis, 2002 dalam
Widyatuti, 2006).
Peran perawat dalam terapi
komplementer
• Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu
pilihan pengobatan masyarakat.
• Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit
klien bertanya tentang terapi komplementer atau
alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter
ataupun perawat.
• Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal
ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan
yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila
keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan
klien.
• Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk
berperan memberikan terapi komplementer.
(Permenkes No 1109, 2007)
• Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan

• Tenaga kesehatan lainnya adalah tenaga


kesehatan selain dokter dan dokter gigi, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
melakukan pelayanan pengobatan
komplementer-alternatif
• Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi
asuhan keperawatan, di bidang upaya
kesehatan masyarakat, perawat berwenang
melakukan penatalaksanaan keperawatan
komplementer dan alternatif (UU No 38, 2014
tentang keperawatan)
• Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi
komplementer atau alternatif dapat disesuaikan
dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan batas
kemampuannya.

• Pada dasarnya, perkembangan perawat yang


memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh yaitu
American Holistic Nursing Association (AHNA), Nurse
Healer Profesional Associates (NHPA) (Hitchcock et al.,
1999). Ada pula National Center for
Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) yang
berdiri tahun 1998 (Snyder & Lindquis, 2002).
• Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan
berkembangnya penelitian terhadap terapi
komplementer menjadi peluang perawat untuk
berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat.

• Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien


dalam memilih alternatif yang sesuai ataupun
membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal
ini perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian
(evidence-based practice) agar dapat dimanfaatkan
sebagai terapi keperawatan yang lebih baik.
• Kebutuhan perawat dalam meningkatnya
kemampuan perawat untuk praktik keperawatan
juga semakin meningkat.

• Hal ini didasari dari berkembangnya kesempatan


praktik mandiri.

• Apabila perawat mempunyai kemampuan yang


dapat dipertanggungjawabkan akan
meningkatkan hasil yang lebih baik dalam
pelayanan keperawatan.
Peran perawat yang dapat dilakukan dari
pengetahuan tentang terapi komplementer
No Peran Uraian

1. Konselor Perawat dapat menjadi tempat bertanya,


konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan
informasi
ataupun sebelum mengambil keputusan

2. Pendidik kesehatan perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di


sekolah tinggi keperawatan seperti yang
berkembang di Australia dengan lebih dahulu
mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips &
Taylor, 2001).

3. Peneliti Melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan


dari hasil-hasil evidence-based practice.
Peran perawat yang dapat dilakukan dari
pengetahuan tentang terapi komplementer
No Peran Uraian
4. Pemberi pelayanan Perawat dapat berperan sebagai pemberi
langsung pelayanan langsung misalnya dalam praktik
pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi
terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).
5. Koordinator Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien
sehingga peran koordinator dalam terapi
komplementer juga sangat penting. Perawat dapat
mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter
yang merawat dan unit manajer terkait.
6. Advokat perawat berperan sebagai advokat untuk memenuhi
permintaan kebutuhan perawatan komplementer
yang mungkin diberikan termasuk perawatan
alternatif (Smith et al.,2004).
• Jenis terapi komplementer banyak sehingga seorang
perawat perlu mengetahui pentingnya terapi
komplementer.
• Perawat perlu mengetahui terapi komplementer
diantaranya untuk membantu mengkaji riwayat kesehatan
dan kondisi klien, menjawab pertanyaan dasar tentang
terapi komplementer dan merujuk klien untuk
mendapatkan informasi yang reliabel, memberi rujukan
terapis yang kompeten, ataupun memberi sejumlah terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).
• Selain itu, perawat juga harus membuka diri untuk
perubahan dalam mencapai tujuan perawatan integratif
(Fontaine, 2005).

Anda mungkin juga menyukai