Anda di halaman 1dari 63

dr. Abdul Faris, Sp.

OG (K)
PENDAHULUAN

Terjadinya peningkatan tekanan darah lebih dari
≥140/90 mmHg yang dialami selama masa kehamilan

• National Center for Health Statistics, hipertensi pada kehamilan


HIPERTENSI telah diidentifikasi pada 150.000 wanita, atau 3,7% kehamilan.
PADA
KEHAMILAN Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi
yang disertai dengan proteinuria yang terjadi pada kehamilan.
Penyakit ini umumnya timbul setelah minggu ke-20 usia
kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika
timbul pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi
seperti kehamilan ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih
dari 35 tahun dan sebab lainnya.
DEFINISI

 Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-
kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang
ditandai dengan hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.
 Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan
tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria ≥ 5
g/ 24 jam atau kualitatif ≥ 3+. Sedangkan pasien
yang sebelumnya mengalami preeclampsia
kemudian disertai kejang dinamakan eklampsia.(1)
EPIDEMIOLOGI

 Kejadian preeklampsia di Amerika Serikat berkisar
antara 2-6% dari ibu hamil nulipara yang sehat. Di
negara berkembang, kejadian preeklampsia berkisar
antara 4-18%. Penyakit preeklampsia ringan terjadi
75% dan preeklampsia berat terjadi 25%.
FAKTOR RESIKO

 Usia
 Paritas
 Faktor genetik
 Kebiasaan merokok
 Molahidatidosa
 Obesitas
 Kehamilan multipel
ETIOLOGI

 Idiopatik
Teori yang berkaitan dengan penyakit :
 Peran Prostasiklin dan Tromboksan
 Peran Faktor Imunologis
 Peran Faktor Genetik
 Iskemik dari uterus
 Disfungsi dan aktivasi dari endotelial.
PATOFISIOLOGI

KLASIFIKASI

Preeklampsia terbagi atas dua yaitu Preeklampsia Ringan
dan Preeklampsia Berat berdasarkan Klasifikasi menurut
American College of Obstetricians and Gynecologists, yaitu:
1. Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai
berikut:
 Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15
mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat
tekanan darah normal.
 Proteinuria kuantitatif ≥ 300 mg perliter dalam 24 jam
atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter atau
midstream.

2) Preeklamsi berat
Definisi: preeklamsi dengan tekanan darah
sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110
mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 gram/24 jam.
Dibagi menjadi:
 Preeklamsia berat dengan impending eklampsia
berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah
– muntah, nyeri epigastrium dan kenaikan TD
progresif
 Preeklamsia berat tanpa impending eklampsia

Pre eklampsia digolongkan berat bila terdapat satu atau lebih
gejala:
 Tekanan sistole 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110
mmHg atau lebih dan tidak turun walaupun sudah menjalani
perawatan di RS dan tirah baring
 Proteinuria 5 gr atau lebih per jumlah urin selama 24 jam atau
+4 dipstik
 Oliguria, air kencing kurang dari 500 cc dalam 24 jam.
 Kenaikan kreatinin serum
 Gangguan visus dan serebral; penurunan kesadaran, nyeri
kepala, skotoma, dan pandangan kabur
 Nyeri di daerah epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan
abdomen karena teregangnya kapsula Glisson

 Terjadi oedema paru-paru dan sianosis
 Hemolisis mikroangiopatik
 Terjadi gangguan fungsi hepar peningkatan SGOT dan SGPT
 Pertumbuhan janin terhambat
 Trombositopenia berat (< 100.000 sel/mm3) atau penurunan
trombosit dengan cepat
 Sindroma Hellp.

Menurut Organization Gestosis, impending eklampsia


adalah gejala-gejala oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala
subyektif dan obyektif. Gejala subyektif antara lain, nyeri kepala,
gangguan visual dan nyeri epigastrium. Sedangkan gejala obyektif
antara lain hiperrefleksiia, eksitasi motorik dan sianosis.
DIAGNOSIS

 Gejala subjectif : sakit kepala di daerah frontal,
skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di
daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah.
Gejala-gejala ini sering ditemukan pada
preeklampsia yang meningkat dan merupakan
petunjuk bahwa eklampsia akan timbul (impending
eklampsia). Tekanan darah pun akan meningkat
lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah
meningkat.(7)

 Pemeriksaan Fisik :
Didapatkan peningkatan tekanan sistolik 30
mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah
meningkat ≥ 140/90 mmHg pada preeklampsia ringan
dan ≥ 160/110 mmHg pada preeklampsia berat. Selain
itu kita juga akan menemukan takikardia, takipneu,
edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi
ensefalopati, hiperefleksia, sampai tanda-tanda
pendarahan otak.(7)

 Pemeriksaan penunjang :
a. Urinalisis : ditemukan adanya protein pada
preeklamsia
b. Darah rutin : hemoglobin dan hematokrit akan
meningkat akibat hemokonsentrasi.
Trombositopenia juga biasanya terjadi.
PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah
mencegah terjadinya preeklampsia berat atau
eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan
janin dengan trauma sekecil-kecilnya, mencegah
perdarahan intrakranial serta mencegah gangguan
fungsi organ vital.(8)

 Pre Eklamsi Ringan
Istirahat di tempat tidur merupakan terapi
utama dalam penanganan preeklampsia ringan. Diet
yang mengandung 2 gram natrium atau 4-6 gram NaCl
(garam dapur) adalah cukup. Diet diberikan cukup
protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya
dan roboransia prenatal. Tidak diberikan obat-obat
diuretik antihipertensi, dan sedative.

Rawat Inap :
Keadaan dimana ibu hamil dengan preeklampsia ringan
perlu dirawat di rumah sakit ialah
 Bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria
selama 2 minggu.
 Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia
berat.
Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin berupa
pemeriksaan USG dan Doppler khususnya untuk evaluasi
pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion. Pemeriksaan
nonstress test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi dengan
bagian mata, jantung dan lain lain.(8)

 Pre Eklamsia Berat
Pada pasien preeklampsia berat segera harus
diberi sedativ yang kuat untuk mencegah timbulnya
kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut sudah
diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk
menghentikan kehamilan.(2)

Medikamentosa :
Penderita preeklampsia berat harus segera
masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan
tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang
penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan
cairan karena penderita preeklampsia dan eklampsia
mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya edema paru
dan oligouria.

Cairan yang diberikan dapat berupa:
 5% ringer dextrose atau cairan garam faal jumlah
tetesan:<125cc/jam
 infuse dekstrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi
dengan infuse ringer laktat (60-125 cc/jam) 500 cc.(8)
 Di pasang foley kateter untuk mengukur
pengeluaran urin.

Pemberian obat antikejang(8)
 MgSO4
Pemberian magnesium sulfat sebagai antikejang lebih
efektif dibanding fenitoin, Magnesium sulfat menghambat atau
menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan
menghambat transmisi neuromuskular.
Cara pemberian MgSO4
 Loading dose : initial dose 4 gram MgSO4: intravena, (40 %
dalam 10 cc) selama 15 menit
 Maintenance dose : Diberikan infuse 6 gram dalam larutan
ringer/6 jam; atau diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya
maintenance dose diberikan 4 gram im tiap 4-6 jam

Syarat-syarat pemberian MgSO4
1. Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi
yaitu kalsium glukonas 10% = 1 gram (10% dalam 10 cc)
diberikan iv 3 menit
2. Refleks patella (+) kuat
3. Frekuensi pernafasan > 16x/menit, tidak ada tanda tanda
distress nafas

 Diuretik
 Antihipertensi
 Kortikosteroid

Sikap terhadap kehamilannya
Berdasar William obstetrics, ditinjau dari umur
kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeclampsia berat selama perawatan, maka sikap
terhadap kehamilannya dibagi menjadi:
 Aktif : berarti kehamilan segera diakhiri/diterminasi
bersamaan dengan pemberian medikamentosa.
 Konservatif (ekspektatif): berarti kehamilan tetap
dipertahankan bersamaan dengan pemberian
medikamentosa.
KOMPLIKASI

Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin.
Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita
pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah
ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan eklampsia.
Komplikasi yang terjadi pada ibu :
 Solutio plasenta, terjadi pada ibu yang menderita hipertensi
 Hipofibrinogenemia, dianjurkan pemeriksaan fibrinogen secara
berkala.
 Nekrosis hati, akibat vasospasmus arteriol umum.
 Sindroma HELLP, yaitu hemolisis,elevated liver enzymes dan
low platelet.
 Kelainan ginjal
 DIC ( Disseminated Intravascular Coagulation)

Komplikasi yang terjadi pada janin :
 Prematuritas
 Dismaturitas
 Kematian janin intra uterine
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
 Nama : Ny. N
 Umur : 29 tahun
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. RE. Martadinata
 Tanggal Masuk RS : 13 Januari 2018
 Dokter Yang Merawat : dr. Abdul Faris, Sp.OG

ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
KELUHAN UTAMA
Mual disertai muntah

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien wanita dengan G3P2A0 hamil 35-36 minggu datang ke
IGD Kebidanan RS Wirabuana dengan keluhan mual disertai muntah-
muntah yang dialami sejak tadi sore sebelum masuk rumah sakit,
muntah dialami ± 5x dengan isi makanan, keluhan ini disertai dengan
sakit kepala dari sehari sebelumnya, penglihatan kabur (+), sesak (+),
nyeri epigastrium (+). Os juga mengakatan kalau tidak ada nyeri
perut tembus belakang (-), pelepasan darah dari jalan lahir (-), lendir (-
), air (-), menurut pasien hal ini baru dialami 2 minggu terakhir ini
dimana tekanan darah pasien juga meningkat 2 minggu terakhir ini.

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Riwayat hipertensi sebelum kehamilan disangkal, DM dan hepatitis disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA


Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, DM, dan Asma.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pasien tidak merokok dan minum minuman beralkohol.

RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien tidak pernah dirawat sebelum.

RIWAYAT PERSALINAN
 Anak pertama perempuan, lahir normal diRS
 Anak kedua perempuan, lahir nomal diRS
 Hamil saat ini
RIWAYAT ANTENATALCARE

Pemeriksaan selama kehamilan (ANC) sebanyak 3 kali dilakukan di
puskesmas.

RIWAYAT MENSTRUASI
Pertama kali haid saat berusia 12 tahun, teratur, sering terasa sakit saat haid
namun setelah menikah sudah jarang sakit saat haid, durasi haid 5 hari, siklus
28 hari, HPHT 12 Mei 2017.

RIWAYAT ALERGI
Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman, obat, dll.

RIWAYAT OPERASI
Belum pernah operasi

RIWAYAT KB
Pasien mengaku sebelum hamil menggunakan pil KB.

PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM : Lemah
KESADARAN : Compos Mentis
TANDA VITAL :
 Tekanan Darah : 200/140 mmHg
 Nadi : 68 x/menit
 Respirasi : 30 x/menit
 Suhu : 36,50C Axilla

STATUS GENERALISATA
Kepala :
Bentuk : Normochepal
Mata : Eksoftalmus (-/-), penglihatan kabur (+/+)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)

Leher :
Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax :
Paru paru :
Inspeksi : Simetris bilateral (+/+)
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)

Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V linea
midclavivula sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung 1 & 2 murni regular, gallop (-
), murmur (-)

Ekstremitas
Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
Inferior : akral hangat (+/+), edema (+/+), Tremor (-/-)

STATUS OBSTETRI
Abdomen :
Inspeksi : Tampak perut membuncit
Palpasi :
 Leopold I : TFU 29 cm, teraba bagian teratas janin
bulat lunak
 Leopold II : Teraba punggung dibagian dextra
 Leopold III : Teraba bagian terbawah janin bulat keras
 Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk
PAP.
Tapsiran berat janin : 2.635 gram
BJF : 160 x/menit
Pemeriksaan dalam vagina : tidak dilakukan.
HASIL LABORATORIUM 
HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

Hemoglobin 8.9 12-14 G%

Hematokrit 28.0 40-45 %

Leukosit 10.300 4000-11000 mm3

Trombosit 216.000 150 rb- 400 rb mm3

Protein Urin +++ - -

HbsAg Non- Reaktif Non-Reaktif

Anti-HIV Non- Reaktif Non-Reaktif

Gol Darah O

DIAGNOSIS
G3P2A0 + Gravid 35-36 minggu + PEB dengan tanda impending

PENTALAKSANAAN
 Pemasangan O2 2 liter/menit
 Ibu diminta tidur miring kesebelah kiri
 MgSO4 40% : pertama 4 gram dalam 100cc NaCl 0,9% habis dalam 30
menit kemudian dilanjutkan 6 gram dalam 500cc RL 28tpm
 Inj. Dexametasone 5 mg/6 jam/im
 Inj. Piracetam 1 gr/8 jam/iv
 Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam/iv
 Nevedipin 3x10 mg
 Pasang kateter, pantau produksi urin
 Obs TTV, PPV, Kontraksi, produksi urine
FOLLOW UP

HARI PERAWATAN PERTAMA : Minggu, 14/01-2018
Subject :
Anemis(-), Penglihatan Kabur (-) , Sesak (-), Sakit kepala (+), Nyeri Perut (+),
Mual (-), Muntah (-), Nyeri Ulu Hati (-), BAK (+) menggunakan kateter, BAB (+)

Object :
KU : Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
TD :150/90 mmHg Nadi : 80x/menit
RR :21x/menit Suhu : 36.50C,
BJF :140x/menit His : (-)
TFU : 29 cm Edema: (+)

Assessment :
G3P2A0 + Gravid 35 – 36 minggu + PEB dengan tanda impending

Planing :
 Ivfd RL 28 tpm
 Inj. Piracetam 1 gr/8 jam/IV
 Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
 Nifedipine 3x10mg
HARI PERAWATAN KEDUA, Senin, 15/02-2018
Subject :

Anemis(-), Penglihatan Kabur (-) , Sesak (-), Sakit kepala (-), Nyeri perut (+), Mual (-),
Muntah (-), Nyeri Ulu Hati (-), BAK (+) menggunakan kateter, BAB (+).

Object :
KU : Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
TD :140/80 mmHg Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.50C,
BJF : 142x/menit His : (-)
TFU : 29cm Edema: (+)

Assesment :
G3P2A0 + Gravid 35 – 36 minggu + PEB dengan tanda impending

Planing :
 Ivfd RL 28 tpm
 Nifedipine 3x10mg
 Furosemide 1x40 mg
 Sanobiat 1x1 tab
HARI PERAWATAN KETIGA, Selasa 16/02-2018

Subject :
Anemis(-), Penglihatan Kabur (-) , Sesak (-), Sakit kepala (-), Nyeri perut (+), Mual (-), Muntah (-),
Nyeri Ulu Hati (-), demam (+) BAK (+) menggunakan kateter, BAB (+).

Object :
KU : Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
TD :180/100 mmHg Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 38.10C
BJF : 154x/menit His : (-)
TFU : 29 cm Edema: (+)

Assesment :
G3P2A0 + Gravid 35 – 36 minggu + PEB dengan tanda impending
Planing :
 Ivfd RL 28 tpm
 Nifedipine 3x10mg
 Furosemide 1x40 mg
 Sanobiat 1x1 tab
 Paracetamol 3x500 mg
 Rencana USG hari ini

 Hasil USG
FL : 65.2 nn
GA : 33W.6D
EFW : 2015.9 gram
EDD : 2018-02-28
Instruksi :
Rencana SC
Priksa DL kembali
Inj. Cefotaxime 1 gr/12jam/iv

 Hasil Laboratorium
HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

Hemoglobin 8.8 12-14 G%


Hematokrit 27.3 40-45 %
Leukosit 16.800 4000-11000 mm3
Trombosit 269.000 150 rb- 400 rb mm3
Protein +++ - -
HbsAg Non- Reaktif Non-Reaktif
Anti-HIV Non- Reaktif Non-Reaktif
Gol Darah O
CT 7 Menit 3 – 8 Menit Menit
BT 2 Menit 1 – 3 Menit Menit
LAPORAN OPERASI

Dilakukan Operasi Sectio Caesaria Transperitoneal Profunda + Tubektomi
Operator : dr. Abdul Faris, Sp.OG(K)
Laporan Operasi :
 Pasien dibaringkan dengan posisi supine dibawah pengaruh spinal anesteshia
 Desinfeksi area operasi dengan kasa steril dan betadine
 Insisi abdomen dengan metode pfannenstic, lapis demi lapis menembus rongga perut secara tajam dan
tumpul, menembus kulit, lemak, otot, facia, dan peritoneum, kontrol perdarahan
 Eksplorasi cavum abdomen, insisi uterus pada segmen bawah rahim, lapis demi lapis, menembus plica
vesicouterina, myometrium, endometrium secara tajam dan tumpul, kontrol perdarahan
 Pecahkan ketuban, warna ketuban putih keruh, volume cukup
 Bayi dilahirkan dengan keadaan hidup dengan presentasi kepala, jenis kelamin laki – laki
 Plasenta dilahirkan secara manual dan lengkap
 Eksplorasi dan bersihkan cavum uteri dengan kasa steril dan betadine
 Jahit uterus lapis demi lapis, kontrol perdarahan
 Dilakukan pengikatan pada kedua tuba fallopi
 Eksplorasi dan bersihkan cavum abdomen, kontrol perdarahan
 Jait abdomen lapis demi lapis dari peritoneum, otot, facia, lemak dan kulit, kontrol perdarahan
 Bersihkan luka dan tutup luka menggunakan kasa steril dan betadine
 Vaginal toilet
 Operasi Selesai
FOLLOW UP

POST SC HARI PERTAMA, KAMIS, 18/01-2018
Subject :
Nyeri bekas operasi (+), PPV (+), pusing (-), sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), Flatus (+), BAK (+)
menggunakan kateter, BAB (-)

Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :130/80 mmHg Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.50C,
Kontraksi : Baik TFU : 2 jari dibawah pusat
ASI : -/- Edema : (+) sudah berkurang

Assesment :
P3A0 + post SC H1 a/I PEB dengan tanda impending

Planing :
 Ivfd RL 28 tpm
 Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
 Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam/iv
 Inj. Kalnex 500 mg/8 jam/iv
 Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam/iv
 Drips metronidazole 500 mg/8 jam/iv
 Nifedipine 3x10mg
POST SC HARI KEDUA, JUM’AT, 19/01-2018
Subject :

Nyeri bekas operasi (+), PPV (+), pusing (-), sakit kepala (-), batuk (+), mual (-), muntah (-), Flatus (+), BAK (+)
menggunakan kateter, BAB (-)

Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :140/90 mmHg Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.50C,
Kontraksi : Baik TFU : 2 jari dibawah pusat
ASI : -/- Edema : (-)

Assesment :
P3A0 + post SC H2 a/I PEB dengan tanda impending

Planing :
 Ivfd RL 28 tpm
 Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
 Inj. Ranitidine 50 mg/8 jam/iv
 Inj. Kalnex 500 mg/8 jam/iv
 Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam/iv
 Inj. Bisolvon 1 amp/8 jam/iv
 Drips metronidazole 500 mg/8 jam/iv
 Nifedipine 3x10mg
POST SC HARI KETIGA, SABTU, 20/01-2018
Subject :

Nyeri bekas operasi (+), PPV (+), pusing (-), sakit kepala (-), batuk (+) sudah
berkurang, mual (-), muntah (-), Flatus (+), BAK (+) menggunakan kateter, BAB (-)

Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :140/90 mmHg Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.50C,
Kontraksi : Baik TFU : 2 jari dibawah pusat
ASI : -/- Edema : (-)

Assesment :
P3A0 + post SC H3 a/I PEB dengan tanda impending

Planing :
 Ivfd RL 28 tpm
 Nifedipine 3x10mg
 Ganti oral
 Aff kateter
 Aff Infus
POST SC HARI KEEMPAT, MINGGU, 21/01-2018
Subject :

Nyeri bekas operasi (+), PPV (+), pusing (-), sakit kepala (-), batuk (-), mual (-
), muntah (-), Flatus (+), BAK (+), BAB (-)

Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :140/80 mmHg Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.80C,
Kontraksi : Baik TFU : 2 jari dibawah pusat
ASI : +/+ Edema : (-)

Assesment :
P3A0 + post SC H4 a/I PEB dengan tanda impending

Planing :
 Cefixime 2x100 mg
 Asam Mefenamat 3x500mg
 Sanobiat 1x1 tab
 Nifedipine 3x10mg
POST SC HARI KELIMA, MINGGU, 22/01-2018
Subject :

Nyeri bekas operasi (+), PPV (+), pusing (-), sakit kepala (-), batuk (-), mual (-), muntah (-),
Flatus (+), BAK (+), BAB (-)

Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :130/90 mmHg Nadi : 86x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.80C,
Kontraksi : Baik TFU : 2 jari dibawah pusat
ASI : +/+ Edema : (-)

Assesment :
P3A0 + post SC H5 a/I PEB dengan tanda impending

Planing :
 Cefixime 2x100 mg
 Asam Mefenamat 3x500mg
 Sanobiat 1x1 tab
 Nifedipine 3x10mg
 Pasien boleh pulang
RESUME

Pasien wanita dengan G3P2A0 hamil 35-36 minggu datang ke IGD
Kebidanan RS Wirabuana dengan keluhan nausea disertai vomiting yang dialami
sejak tadi sore sebelum masuk rumah sakit, frekuensi ± 5x dengan isi makanan,
keluhan ini disertai dengan cefalgia dari sehari sebelumnya, penglihatan kabur (+),
dypsneu (+), nyeri epigastrium (+). Menurut pasien hal ini baru dialami 2 minggu
terakhir ini dimana tekanan darah pasien juga meningkat 2 minggu terakhir ini.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD : 200/140 mmHg, Nadi :
68x/menit, Pernafasan : 30x/menit, Suhu : 36.8 oC Axilla
Pemeriksaan obstetrik :
 Inspeksi : Tampak perut membuncit
 Palpasi :
 Leopold I : TFU 29 cm, teraba bagian teratas janin bulat lunak
 Leopold II : Teraba punggung dibagian dextra
 Leopold III : Teraba bagian terbawah janin bulat keras
 Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
 Tapsiran berat janin : 2.635 gram
 BJF : 160 x/menit
 Hasil laboratorium yang didapatkan bermakna : protein urin : +3

Dan diIGD mendapatkan penanganan Pemasangan O2 2
liter/menit, Ibu diminta tidur miring kesebelah kiri, MgSO4 40% :
pertama 4 gram dalam 100cc NaCl 0,9% habis dalam 30 menit
kemudian dilanjutkan 6 gram dalam 500cc RL 28tpm, Inj.
Dexametasone 5 mg/6 jam/im, Inj. Piracetam 1 gr/8 jam/iv, Inj.
Ranitidine 50 mg/8 jam/iv, Nevedipin 3x10 mg, Pasang kateter,
pantau produksi urin, Obs TTV, PPV, Kontraksi, produksi urine
dan kemudian pasien dipindahkan keruang perawatan biasa.
Setelah tiga hari diruang perawatan biasa pasien tidak ada
perubahan dan tekanan darah pasien semakin hari semakin
meningkat walaupun sudah diberikan obat antihipertensi dan
didapatkan adanya edema tungkai sehingga pasien ini di
rencanakan untuk dilakukan USG untuk mengetahui keadaan
janinnya.

Setelah diUSG dimana didapatkan usia kehamilan 36
minggu dan melihat tekanan darah ibunya tidak turun-
turun walaupun sudah diberikan obat antihipertensi maka
diputuskan untuk dilakukan terminasi kehamilan dengan
SCTP.
Setelah dilakukan terminasi kehamilan pasien dirawat dirua
ngan perawatan biasa dan diperbolehkan pulang pada hari k
e5 post operasi dengan obat pulang yang diberikan Cefixime
2x100 mg, Asam Mefenamat 3x500mg, Sanobiat 1x1 tab, Nife
dipine 3x10mg dan ditegakkan bahwa diagnosis pada pasien
ini P3A0 + post SC a/I PEB dengan tanda impending.
PEMBAHASAN

Pasien wanita dengan G3P2A0 hamil 35-36 minggu
datang ke IGD Kebidanan RS Wirabuana dengan keluhan
mual disertai muntah-muntah yang dialami sejak tadi sore
sebelum masuk rumah sakit, muntah dialami ± 5x dengan isi
makanan, keluhan ini disertai dengan sakit kepala dari
sehari sebelumnya, penglihatan kabur (+), sesak (+), nyeri
epigastrium (+). Os juga mengakatan kalau tidak ada nyeri
perut tembus belakang (-), pelepasan darah dari jalan lahir (-
), lendir (-), air (-), menurut pasien hal ini baru dialami 2
minggu terakhir ini dimana tekanan darah pasien juga
meningkat 2 minggu terakhir ini.

Menurut teori yang ada gejala yang diderita pasien ini
disebabkan oleh preeklamsi berat yang merupakan penyebab
tersering terjadinya hipertensi pada kehamilan dimana hipertensi
pada kehamilan ditandai dengan kenaikan tekanan darah yang terjadi
selama kehamilan, yang diklasifikasikan menjadi hipertensi kronik,
preeklamsia-eklamsia, hipertensi kronik dengan superimposed
preeklamsia dan hipertensi gestasional. Preeklamsia adalah hipertensi
yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria. Pada
preeklamsia berat didapatkan sakit kepala, mual dan muntah hal ini
terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial yang merupakan
kompensasi tubuh yang disebabkan karena hiperperfusi otak
sehingga menimbulkan vasogenik edema, sama seperti yang dialami
pada pasien ini. Penglihatan kabur yang dialami pada pasien ini
disebabkan karena spasme arteri retina dan edema retina yang
menyebabkan terjadinya gangguan visus.

Pada pasien ini juga didapatkan sesak nafas hal ini
disebabkan karena pada preeklamsi berat mempunyai resiko
terjadinya edema paru yang disebabkan karena kerusakan
endotel pada pembulu darah kapiler paru dan menurunnya
diuresis bisa juga karena payah jantung kiri. Nyeri
epigastrium pada pasien ini juga didapatkan karena
subscapular hematoma dimana terjadi perdarahan pada sel
perioral lobus perifer yang meluas hingga dibawah kapsula
hepar sehingga akan terjadi nekrosis sel hepar dan
peningkatan enzim hepar. Hal inilah yang mendasari
terjadinya keluhan pada pasien ini yang mengarahkan pada
tanda impending dalam preeklamsi berat.(1)

Pada pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium pada
pasien ini didapatkan TD : 200/140 mmHg, Nadi : 68x/menit,
Pernafasan : 30x/menit, Suhu : 36.8 oC Axilla, BJF : 160x/menit,
protein urin : +3.

Menurut teori preeklampsia berat ialah preeklampsia


dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria ≥ 5 g/ 24 jam atau
kualitatif ≥ 3+. Sedangkan pasien yang sebelumnya mengalami
preeclampsia kemudian disertai kejang dinamakan eklampsia.
Peningkatan tekanan darah pada pasien ini disebabkan karena
vasospasme pembulu darah jantung yang mengakibatkan
terjadinya gangguan terhadap curah jantung, penurunan volume
plasma yang mengakibatkan terjadi peningkatan tekanan darah.

Proteinurine yang didapatkan pada pasien ini
disebabkan karena kerusakan pada sel glomerulus yang
mengakibatkan peningkatan permeabilitas membrane
basalis sehingga kebocoran dan mengakibatkan proteinuria.
Pada kasus ini juga didapatkan tanda dystress janin yang
disebabkan karena terjadi gangguan oksigenasi dan atau
nutrisi yang bersifat akut yang disebabkan karena perfusi
pada jaringan atau organ penting menjadi menurun
(hipoperfusi) sehingga terjadi gangguan pada pertukaran
bahan-bahan metabolik dan oksigenasi jaringan. Penurunan
perfusi ke dalam jaringan utero-plasenta mengakibatkan
oksigenasi janin menurun.(1,2)

Terapi yang diberikan pada pasien ini MgSO4
40% : pertama 4 gram dalam 100cc NaCl 0,9% habis
dalam 30 menit kemudian dilanjutkan 6 gram dalam
500cc RL 28tpm, Inj. Dexametasone 5 mg/6 jam/im,
Inj. Piracetam 1 gr/8 jam/iv, Inj. Ranitidine 50 mg/8
jam/iv, Nevedipin 3x10 mg, pasang kateter, pantau
produksi urin.

Terapi ini sesuai dengan teori karena pemberian
magnesium sulfat sebagai antikejang lebih efektif
Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar
asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat
transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuskular
membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian
magnesium sulfat, magnesium akan menggeser kalsium,
sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif
inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium). Kadar
kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja
magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini tetap
menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada
preeklampsia atau eklampsia.(1)

Dexametasone merupakan golongan
kortikosteroid dimana pemberian obat ini pada kasus
ini untuk sebagai pematangan paru janin dan untuk
terapi sindroma HELLP.(1)
Tujuan pemberian piracetam pada pasien ini
adalah dimana piracetam merupakan golongan
neuroproktetan yang berkerja meningkatkan fungsi
neurotrasmiter kolinergik, fungsi lain dari piracetam
adalah sebagai antitrombolitik sehingga pemberian
piracetam pada pasien ini untuk mencegah terjadinya
perdarahan otak.(9)

Pada pasien ini diberikan ranitidine yang
merupakan golongan antagonis H2 reseptor yang
berfungsi menghambat sekresi asam lambung.
Nevedipin merupakan obat antihipertensi golongan
dihidropiridin yang merupakan vaskuloseletif yang
berkerja cepat menurunkan tekanan darah.
Pemasangan kateter dan pemantauan produksi urin
pada pasien ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana kondisi ginjal pasien ini.(9)

Pada pasien ini setelah 3 hari perawatan tidak ada
perbaikan dimana tekanan darah pada pasien ini tetap tinggi
dimana pada hari pertama perawatan TD : 150/90 mmHg, hari
kedua perawatan TD : 140/90 mmHg disetai didapatkan edema
tungkai, hari ketiga TD : 180/100 mmHg dan edema tungkai.
Menurut teori Pada kehamilan normal tekanan darah
dapat diatur tetap meskipun cardiac output meningkat, karena
terjadinya penurunan tahanan perifer. Pada kehamilan dengan
hipertensi terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasokonstriktor sehingga keluarnya bahan- bahan vasoaktif dalam
tubuh dengan cepat menimbulkan vasokonstriksi. Adanya
vasokonstriksi menyeluruh pada sistem pembuluh darah arteriole
dan pra kapiler pada hakekatnya merupakan suatu sistem
kompensasi terhadap terjadinya hipovolemik.

Sebab bila tidak terjadi vasokonstriksi, ibu hamil dengan
hipertensi akan berada dalam syok kronik. Perjalanan klinis dan
temuan anatomis memberikan bukti presumtif bahwa preeklampsi
disebabkan oleh sirkulasi suatu zat beracun dalam darah yang
menyebabkan trombosis di banyak pembuluh darah halus,
selanjutnya membuat nekrosis berbagai organ. Gambaran patologis
pada fungsi beberapa organ dan sistem, yang kemungkinan
disebabkan oleh vasospasme dan iskemia, telah ditemukan pada
kasus-kasus preeklampsia dan eklampsia berat. Vasospasme bisa
merupakan akibat dari kegagalan invasi trofoblas ke dalam lapisan
otot polos pembuluh darah, reaksi imunologi, maupun radikal bebas.
Semua ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan/jejas endotel yang
kemudian akan mengakibatkan gangguan keseimbangan antara kadar
vasokonstriktor (endotelin, tromboksan, angiotensin, dan lain-lain)
dengan vasodilatator (nitritoksida, prostasiklin, dan lain-lain). Selain
itu, jejas endotel juga menyebabkan gangguan pada sistem
pembekuan darah akibat kebocoran endotelial berupa konstituen
darah termasuk platelet dan fibrinogen.(2,6)

Vasokontriksi yang meluas akan menyebabkan
terjadinya gangguan pada fungsi normal berbagai
macam organ dan sistem. Gangguan ini dibedakan atas
efek terhadap ibu dan janin, namun pada dasarnya
keduanya berlangsung secara simultan. Gangguan ibu
secara garis besar didasarkan pada analisis terhadap
perubahan pada sistem kardiovaskular, hematologi,
endokrin dan metabolisme, serta aliran darah regional.
Sedangkan gangguan pada janin terjadi karena
penurunan perfusi uteroplasenta.(6)

Pada pasien ini pada hari kedua diberikan
furosemide 1x 40 mg.
Pada pasien ini diberikan obat ini berdasarkan teori
pemberian furosemide yang merupakan golongan diuretik
yang berfungsi mengurangi volume cairan ekstrasel, aliran
balik vena dan tekanan pengisian ventrikel ventrikel.
Dengan demikian edema perifer dan kongesti paru akan
berkurang, selain itu tujuan agar deuresis cukup mencapai
euvolemik dan mempertahankannya karena pada
preeklamsia berat terjadi hipovolemik.(9)
Pada pasien diambil keputusan untuk dilakukan
terminasi kehamilan karena mengingat tekanan darah ibu
yang tidak turun – turun setelah 3 hari perawatan dan sudah
diberikan obat antihipertensi, dan diuretik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai